1

7 0 0
                                    

Bismillah
Happy reading teman-teman❣

Dimalam yang dingin dan sunyi ini menemani seorang gadis untuk bercerita kepada Rabb-nya. Dia bangun menuju kamar mandi dan berwudhu untuk menunaikan sholat sunnah tahajjud.

Meskipun udara tiap malam begitu dingin, gadis ini tetap menjalankan ibadahnya dengan ikhlas. Dia memakai mukenanya dan melaksanakan sholat sunnah tahajjud 4 rokaat dan 1 rokaat sholat witir. Setelah sholat, dia beristighfar dan bersholawat pada Nabi Muhammad seraya berdoa dan bermunajat kepada Rabb-nya.

“Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim, hamba mohon ampunilah dosa kedua orang tuaku dan juga dosa hamba sendiri Ya Allah. Ampuni hamba yang masih sering melanggar larangan Engkau. Lancarkanlah segala urusan hamba, baik untuk beribadah kepada Engkau maupun untuk menuntut ilmu. Dan jagalah hati hamba untuk seseorang yang telah tertulis di Lauhul MahfudzMu Ya Allah Ya Rabbi. Aamiin.”

Setelah berdoa, dia mengambil Al-Qur’an diatas meja dan membacanya, tak lupa dia juga menghafalnya. Setelah mengaji, sambil menunggu azan shubuh dia berdzikir untuk terus mengingat Allah.

Gadis itu bernama Azalea Halwa Anindya Alfarisi, gadis yang terkenal penurut pada orang tua, selalu ceria dan optimis terhadap apa yang ingin dia capai. Anak tunggal dari pasangan Ahmad Alfarisi dan Ria Nuriyah, keluarga kecil yang bahagia dan harmonis. Meskipun kedua orang tuanya sama-sama bekerja, tapi Halwa tidak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tuanya.

Azan shubuh berkumandang, Halwa segera mengambil wudhu lagi agar lebih segar saat menunaikan sholat shubuh. Seperti biasa ketika Halwa dirumah, dia sholat shubuh berjamaah dengan ayah dan bundanya dimushola rumah. Namun ketika dia akan sholat qobliyah shubuh, pintu kamarnya ada yang mengetuk.

Tok... Tok... Tok...

“Sayang, Halwa sudah bangun nak?” Tanya bunda. Bundanya yang selalu membangunkan dia untuk segera menunaikan sholat shubuh dimushola rumah.

Segera Halwa membuka pintu kamarnya dan terlihat wajah cantik bundanya yang selalu tersenyum kepadanya.

“Sudah bun, Halwa mau sholat qobliyah shubuh dulu. Setelah itu Halwa langsung kemushola.” Halwa pamit kepada bundanya untuk menunaikan sholat qobliyah shubuh dikamarnya.

“Ya sudah bunda sama ayah tunggu dimushola ya nak.” Halwa mengangguk pada ucapan bundanya dan bergegas untuk segera sholat qobliyah. “Baik bun.”

Setelah sholat shubuh berjamaah, keluarga kecil Alfarisi melakukan aktifitasnya masing-masing.

Seperti pagi ini, Halwa menyiapkan pakaiannya untuk nanti sore kembali merantau kekota orang setelah libur 3 hari. Halwa adalah seorang mahasiswi semester 5 yang mengambil jurusan Psikologi dikota dingin Malang.

Berbeda dengan ayah Ahmad yang bersiap-siap akan pergi kerja sebagai direktur utama perusahaan pengelolaan bahan pangan. Juga bunda Ria yang juga bersiap-siap untuk kerja dibutik miliknya, tapi tak lupa untuk memasak dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya terlebih dahulu. Meskipun bunda Ria sibuk dengan butiknya, namun tak menghalangi bunda Ria untuk melayani anak dan suaminya.

“Assalamu’alaikum ayah bunda.” Sapa Halwa sesampainya dimeja makan.

“Wa’alaikumussalaam sayang.” Jawab ayah bunda bersamaan sambil tersenyum kepada anaknya.

“Ayah, bunda, Halwa nanti sore balik Malang lagi, waktu libur Halwa sudah habis.” Ucap Halwa sendu.

“Sstt... Halwa jangan sedih, Halwa ke Malang kan untuk mencari ilmu nak. Sudah dua tahun disana masih saja sedih-sedih gini, inikan keinginan kamu sendiri kuliah disana. Bunda sama ayah hanya bisa mendo’akan putri sematawayang bunda ini untuk menjadi orang yang bermanfaat nantinya.” Jelas bunda.

“Benar kata bundamu sayang, kita sebagai orang tua hanya bisa mendo’akan dan selalu mendukung keinginan anaknya jika keinginannya itu baik dan bisa menjadikan anaknya lebih baik dari sebelumnya.” Jelas ayah menambah ucapan bunda.

“Iya ayah, Halwa memang ingin sekali kuliah di Malang. Tapi untuk berpisah dengan ayah bunda sangat sulit. Apalagi kalau sudah dirumah dan rasanya Halwa ga mau balik ke Malang.” Jujur Halwa kepada orang tuanya. Karena baru kali ini Halwa berpisah dengan orang tuanya, yang semenjak kecil dia selalu berada diantara kedua orang tuanya.

“Ya sudah nak, kamu makan saja nanti keburu dingin ini makanannya. Ayah juga keburu pergi kekantor.” Titah bunda dengan menyodorkan piring pada Halwa. Halwa mengangguk dan mengambil piringnya.

“Baik bunda.”

Tbc.

Jangan lupa share dan vote commentnya teman-teman. Makasih😊

KAMULAH SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang