1. Rutinitas

1.8K 211 22
                                    

Jangan lupa vote yah 🥺

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT U - From Home

~~~~~

"Aku bahagia, karena aku punya keluarga."

~~~~~

"Woi kerasin dong musiknya! Yang jedag-jedug viral beb!"

Teriakan super keras dari pemuda sipit itu mampu mengalihkan semua pandangan, tertuju kepadanya sekejap lalu kembali fokus ke kegiatan masing-masing saat sang DJ menaikkan volume suara. Badan mereka terhentak, meloncat senang bagaikan anak kucing yang diberi asupan makanan.

Bukan hal aneh jika anak-anak muda sekarang semakin tersesat ke dalam dunia malam. Balapan, judi, narkoba hingga sex sudah seperti makanan sehari-hari. Apa yang mereka cari sebenarnya tentang semua ini? Nikmat dunia? Mungkin.

"Heh Reza! Inget doi lu dong, hei dia call gue terus dari tadi bangsat!"

Pemuda bernama Reza itu berdecak, keluar dari arena dance floor dan berjalan lemas menuju sekumpulan temannya. Berdehem sejenak dan mengubah nada suara. "Halo baby, mau apa hem?"

Beberapa dari sang sahabat menunjukkan ekspresi ingin muntah, beberapa dari mereka tengah sibuk bercumbu dengan mengait salah satu wanita yang lewat. Tidak terkecuali Almeron Anderson, pemuda paling menawan diantara semua pemuda yang berada disampingnya itu tengah menatap malas sang sahabat. Benar-benar bermuka 2.

Tangan kekarnya bergerak pelan mengambil gelas vodka, meneguknya dengan sekali tegukan dan kembali mengalihkan pandangan ke arah pemuda cantik lainnya. Ia akui paha-paha segar itu sangat menggoda, menawarinya dengan gerakan gemulai. Namun lagi-lagi Almeron kehilangan gairah, entah kenapa dia seperti ini. Banyaknya wanita yang hampir telanjang membuatnya bosan, semua wanita sama.

Tidak adakah perempuan yang sama seperti ibunya?

Ah, berbicara dengan sang ibu membuatnya kangen. Hidup sendiri di ibu kota terkadang membuatnya kesepian, kesepian karena tidak bisa menjahili kedua adik kecilnya. Semua ini karena sang ayah, kenapa sosok itu kekeh membuangnya ke Jakarta sedangkan dia sendiri sudah bahagia berada di Bali.

"Ada apa sama cewe lo?"

Reza menoleh, mengibaskan tangan pertanda masalah kecil. "Biasalah, nyuruh gue beliin tas branded."

"Dan lo mau?"

"Murah bro, sekali kibas juga bisa kebeli."

Almeron menghela nafas, menyandarkan tubuhnya dan sedikit menjauh mendapati perempuan yang bercumbu dengan sahabatnya yang lain mulai mendekat ke arahnya. Bibirnya semakin berdecak kesal merasakan pahanya memberat.

"Pergi."

"Gue bilang pergi," ucapnya sekali lagi.

"Ah sayang mah gitu, ayok main sebentar. Free deh buat kamu."

Brukk

Bantingan benda yang menimbulkan suara sedikit keras membuat Reza menggelengkan kepala, sang sahabat benar-benar risih terhadap sosok wanita.

"Lo kenapa sih Al? Disini banyak cewek cantik, masa satu diantara mereka gak ada yang lo taksir?" tanya Reza heran.

"Apa? Lo bandingin gue sama kupu-kupu malam kayak gini? Sorry dude."

"Ck ck ck, masih ada ya cowok yang nolak kenikmatan dunia kayak gini? Tuh coba liat Al, si Rafael aja udah cari kamar! LO GAK PENGEN?!"

"Shut up!" desis Almeron.

Lagi dan lagi Reza menggelengkan kepala, sangat susah ditebak. Apa yang ada dalam otak tampan Almeron? Reza merasa iri, seharusnya dia saja yang diberikan berkah ketampanan wajah, bukan kepada Almeron. Hei, wajah dan tubuh itu sangat mudah digunakan untuk menggaet semua wanita, bahkan dia percaya ada beberapa pria yang menyukai sahabatnya itu. Julukan anak mapan sudah tersemat pada Almeron, lalu apa lagi yang dipikirkan sang sahabat jika tidak menghamburkan uangnya?

"Jangan-jangan lo gay ya Al?!"

Bughh

Tinjuan lumayan keras mendarat dengan sempurna di perut Reza hingga pemuda itu mengaduh kesakitan, memegang perut dengan ringisan yang sangat ketara. Mata sipitnya menajam, menatap Almeron dengan kilat penuh amarah. "Biasa aja dong, sakit nih!"

"Lambemu jogonen!"

Jaga mulutmu.

"Hah?"

Almeron berdecak, mengibaskan tangan seolah tidak terjadi hal apapun. "Jaga mulut lo, gue normal."

"Oh..... gue kira belok bos, maklum gue kan suka overthinking, hehehe."

Walaupun masih kesal, namun Reza bersyukur karena sang sahabat masih normal. Jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin terjadi jika Almeron tidak lurus. Masyaallah, apa yang dia pikirkan!

"Gabut banget gue mikirin kayak gitu." Reza berucap lirih, namun tidak lama setelah itu tersenyum lebar mendapati sosok wanita cantik super seksi telah duduk di pahanya dengan wajah manja. Melihat itu saja mampu membangunkan adik kecil di bawah. "Ayo cari room sayang."

"Gue duluan ya Al, have fun aja."

Almeron hanya menanggapi dengan dehemen dan anggukan kecil, kepalanya mengangguk mengikuti irama lagu, menyilangkan kaki dan men-scrooll berbagai pesan masuk dari para penggemarnya di media sosial. Dia sebenarnya malas, malas jika pergi ke kelab malam dan harus ditinggal oleh Reza yang sedang melampiaskan nafsunya. Tidak hanya Reza, teman-temannya yang lain pun juga sama, meninggalkannya sendiri dengan ponsel ternama milik keluarganya.

Keputusan yang dibuat sepihak oleh sang ayah membuatnya harus hidup sendiri dan jauh dari keluarga, apa yang sebenarnya dipikirkan oleh orang tua itu? Mungkinkah memisahkannya dengan sang adik akan membuatnya semakin mandiri? Tentu tidak.

Almeron merasa jika dirinya yang sekarang sudah mulai lupa menerapkan hal-hal kebajikan yang diberikan oleh sang ibu, semakin terjatuh dalam dunia malam hingga lupa akan kewajiban. Almeron tertampar oleh benda tak kasat mata setiap melihat bangunan berkubah, entah di jalan maupun hanya virtual. Hatinya bergemuruh hebat, jantungnya berdetak cepat, inikah pertanda bahwa ada siasat?

"Masyaallah," ucapnya dengan kikikan kecil.

Kapan dia akan rutin kembali melaksanakan kewajiban? Mengingat hari ini saja dia hanya melaksanakan sholat magrib, dan jam berapa sekarang? Kepalanya kembali menggeleng kecil, ini sudah jam 4 pagi, sudah memasuki jam subuh, perlukah dia sholat? Tuhan saja menjauhkannya dari sang keluarga, lalu untuk apa dia sholat?

Tangan kekarnya menyambar jaket kulit miliknya dengan cepat, memakainya dengan tergesa-gesa dengan gigi menggigit kunci mobil. Almeron meninggalkan kelab malam dengan cepat, menjawab pertanyaan dari salah satu temannya dengan sedikit berteriak.

"Mau kemana Al?"

"Sholat subuh sebentar!"

Beberapa dari mereka melipat dahi bingung. Almeron Anderson sholat?!

Senyuman manis terpatri di bibirnya, apa yang dilakukannya ini sudah benar. Setengah dari bagian tubuhnya adalah setan, sedangkan setengahnya lagi adalah sisi malaikat yang berusaha mendorong setan-setan itu untuk keluar dari tubuhnya. Mungkin inilah yang dilakukannya selama ini.

Nakal jalan, sholat juga jalan.

.
.
.

STAY SAFE

1 Desember 2021

Pakarti (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang