Jangan lupa vote yah
~~~~~
Selamat membaca
Monggo enjoy~~~~~
WayV - Miracle
~~~~~
"Tidak masalah, tidak semua orang suka terhadap saya, dan tidak semua orang penting bagi saya."
~~~~~
"Jadi lo beneran suka sama tuh cewe Al?"
"Biasalah."
"Wah bandar buaya kita balik lagi nih," celetuk teman Almeron yang lain.
Pemuda itu tersenyum pongah dengan seringaian khas di kedua bibirnya, mengusap dagu runcingnya dengan perlahan. "Kayak gak tau siapa Almeron aja," ucapnya.
"Almeron Anderson lebih tepatnya," tambah Reza.
Almeron tidak menanggapi, telinganya sedikit gatal mengetahui fakta jika di belakang namanya masih terdapat nama keluarga kaya raya itu. Kapan waktu yang tepat untuk mengubah namanya? "Ini semua karena Mama, kenapa Mama melarangku menghapus nama Anderson? Lagipula aku tidak berguna disana, dan juga aku sudah bisa hidup sendiri di ibukota."
Sudah berkali-kali terpikirkan olehnya untuk menghapus nama Anderson, namun berkali-kali pula sang ibu mengancamnya untuk tidak menemuinya lagi sampai kapanpun. Hei yang benar saja, dia berpisah dengan sang Mama? Tentu tidak. Bibirnya berdecak sebal, kenapa dulu dia melamarkan sang ayah bukan dirinya saja? Karena pada kenyataannya, sang ibu sambung senantiasa nampak muda di usianya yang menginjak kepala tiga. Kenapa bukan dirinya saja yang menikahi sang Mama?!
"Tuan Mark benar-benar beruntung mendapatkan istri seperti Mama, di Jakarta perempuan kayak Mama ada gak sih?" tanyanya sendiri dalam diam, kepalanya menggeleng dengan cepat. Benarkah ada perempuan seperti sang ibu sambung di kota keras seperti Jakarta?
Mengaji, berpuasa, bersedekah, tunggu sebentar. Jangankan bersedekah, orang-orang yang sholat di masjid kampus saja bisa dihitung dengan jari. Jika sholat biasa tentunya masih ada, yang dia maksud disini adalah sholat sunnah, hampir tidak ada orang yang menjalankan sholat sunnah kecuali dosen mata kuliah akuntansi dan 2 mahasiswinya di belakang. Hanya 3 orang itu yang senantiasa mengunjungi masjid.
"Lagi mikirin apa sih Al, serius banget."
Almeron tersadar dari lamunan, kepalanya menggeleng pelan. "Gak ada, besok ngatur jadwal mau ketemu kliennya Tuan Mark."
"Ck ck ck, gue bingung sama lo deh. Bokap sendiri dipanggil pake embel-embel Tuan, dia bapak lo atau bos lo?" tanya Reza heran.
"Dua-duanya."
"Sinting nih anak."
"Sinting-sinting yang penting ganteng, iya ga sih? Pacar gue aja suka sama lo anjing, keparat emang tuh cewek." Salah satu teman kuliah di belakangnya membuka suara, menyahuti ucapan Reza dengan sedikit kesal. "Bisa-bisanya tuh orang puji-puji lo di hadapan gue, dan jawabannya tuh gampang banget, karena Almeron ganteng, kamu kan dibawahnya dia sayang. Hahaha, anjir tuh cewek, kalo ga semok mah udah gue tinggalin sejak dulu."
"Lo gak sebar nomer gue kan?" tanya Almeron yang dijawab dengan gelengan dari sang lawan bicara.
"Ah muka gak seberapa gitu berani gebet model nasional, menang duit lo pren."
"Bangsat lo Reza," umpat sosok itu terhadap Reza yang mengejeknya.
Pemuda keturunan China itu tertawa puas, menangkupkan tangan di kedua dada meminta ampun melihat wajah kesal sang teman seperjuangannya. Dengan masih memegangi perut, Reza bertanya kepada Almeron wanita apa yang menjadi incarannya selama ini. "Jadi tipe cewek yang lo mau kayak gimana Al?"
"Punya attitude yang baik, jago urusan rumah, paham agama, dan yang paling utama adalah perempuan sholehah kayak Mama."
"FUCK!"
Semua orang menoleh, menatap sosok yang berteriak keras seakan toa masjid berpindah ke dalam kelas marketing bisnis. Reza menghiraukan semua orang, tatapannya fokus ke arah Almeron yang baru saja mengucapkan syarat tak terduga untuk calon pacarnya kelak. Dengan sebelah tangan menutup mulut yang terbuka dan tangan yang lainnya berpegangan di atas meja, Reza memberanikan diri bertanya. "Lo gak mabuk kan Al?"
"Enggak."
"Lo sadar kan sekarang?"
"Sadar."
"Lo gak dalam pengaruh obat kan?"
"Enggak anjir, lo kenapa sih Chindo?!" tanya Almeron geram, pemuda blasteran China dan Indonesia di depannya ini sangat menguras emosi.
Sedangkan Reza berdecak tidak suka, panggilan Chindo yang disematkan Almeron kepadanya sudah sangat pasaran. Karena pada dasarnya setiap orang yang dia temui pertama kali akan memanggilnya dengan Chindo ataupun Koko. "Panggil gue Reza anjing, jangan kayak orang-orang deh Al."
"Lagian lo juga ngeselin, kaget banget kayak liat cewek bugil di depan mata aja."
"Gimana gak kaget anjir, kelakuan lo suka aneh-aneh Al. Ceplas-ceplos bilang ini itu sesuka hati, gimana gue gak kaget. Ya walaupun gue bukan muslim, tapi gue taulah tipe-tipe orang kayak lo ini jauh dari Tuhan. Dan lo bilang apa tadi, kayak Mama lo?" Reza menjeda ucapannya, menggelengkan kepala tidak percaya. "Disini mana ada wanita lemah lembut kayak nyokap lo itu? Dan gue sampek sekarang pun gak percaya kalo dia nyokap lo! Atau jangan-jangan dia kakak lo kan?" tuduh Reza.
Almeron menghela nafas pelan, terlalu malas jika harus menjelaskan berkali-kali kepada Reza jika Sasti Anderson adalah ibunya, bukan kakaknya. "Terserah lo lah, mau percaya atau engga bukan urusan gue juga."
"Jadi beneran dia nyokap lo?"
"He em." Almeron berucap dengan menganggukkan kepala. Sedangkan Reza membuka mulutnya semakin lebar, kebaikan apa yang dibuat Almeron masa lampau hingga mempunyai ibu sambung sebaik, secantik, sepintar Mama Sasti! Reza menghela nafas, kedekatannya dengan Almeron membuatnya dekat juga dengan ibu dari sang sahabat, bahkan Sasti mengizinkannya memanggilnya dengan sebutan Mama. Menurutnya, Sasti adalah figur ibu tiri yang dicari oleh anak-anak broken home saat ini.
Sangat jauh dengan ibunya yang super duper menyebalkan, bahkan membuatnya mengucapkan istighfar tanpa sengaja. "Andai Emak gue kayak Mama Sasti, yaampun bahagia banget pasti gue."
"Emang sekarang ada gak sih cewek kayak Mama kita?" tanya Reza penasaran.
"Boro-boro ada, lu gak liat di jalan simpang depan makin banyak aja cewek yang ngejual diri di trotoar hah? Ck ck ck, mending cari pondok pesantren aja sih, terjamin segelnya."
"Lo tau bahasa inggrisnya bulan?"
"Moon."
"Kalau pintu?"
"Door."
Reza menganggukkan kepala. "Nah coba lo gabungin dua kata itu."
"Moondoor."
"Mundur aja sih pren, mundur! Saingan lu Gus, ingat Gus!"
Ingin rasanya Almeron membalikan meja dan menghantamkannya kepala wajah mengesalkan milik Reza, kenapa pemuda ini sangat mengesalkan? Lagipula ada apa dengan seorang Gus, dia kan juga manusia, seharusnya bisa saja dia melengserkan posisi itu bukan. Toh dia sudah memiliki segalanya, tampan, muda dan kaya. Almeron yakin semua wanita akan bertekuk lutut kepadanya, termasuk perempuan itu.
.
.
.STAY SAFE
Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian yah, ga ada temen bisa ke doi, ga ada doi bisa ke BESTie, ga ada BESTie bisa dibaca sendiri. Aku ga maksa kok, semoga bahagia 💚
Oh ya sudahkah kalian melihat teaser NCT U Universe? Bagaimana, bagaimana dengan pesona bang Eron disana? Jujur aku sendiri mleyot, mengingat mas Echan suamiku juga luar biasa, ditambah papi YangYang sangat tampan. Hahaha mau curhat sedikit karena tadi malem senyum² kayak orang gila gara² liat mereka 🙂
8 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakarti (OPEN PO)
ChickLitSebagian part akan dihapus, buruan baca daripada nyesek di part tengah" hikss.... Masih OPEN PO! "Aku bisa menyelesaikan ini semua sendiri." Kalimat cukup singkat itu mampu membuat darahnya mendidih. Bagaimana caranya menjelaskan bahwa dia ingin ber...