2. Bertemu Bidadari

1.2K 205 20
                                    

Jangan lupa vote yah 🥺

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

WayV – Moonwalk

~~~~~

"Banyak jalan menuju Roma, banyak pula jalan menuju mushola."

~~~~~

Malam yang sunyi ditemani dengan rintik hujan kecil di pagi hari, suara adzan menggema bersahut-sahutan memenuhi gendang telinga pemuda tampan itu. Dengan cepat Almeron menginjak gas, melaju kencang membelah jalanan ibu kota yang sangat lenggang di jam pagi seperti ini. Almeron sedikit berlari memasuki mushola dan berjalan menuju tempat wudhu, berpapasan dengan orang-orang yang telah menyelesaikan kewajibannya. Jika kalian bertanya mengapa dia buru-buru, maka jawabannya adalah untuk menghindari orang-orang yang akan menempel kepadanya.

Namun dugaannya salah, mobilnya yang luar biasa mewah nyatanya mampu menyita perhatian beberapa orang yang tengah memasuki sebuah mushola kecil. Siapa yang tidak menolak melihat body mulus mobilnya? Bahkan Almeron pun yakin jika nyamuk saja akan tergelincir jika bersandar pada mobilnya. Lalau ada gerangan apa yang membuat sosok manusia kaya itu mau berhenti dan singgah ke dalam mushola kecil di kampungnya ini?

Apakah ini semua ada hubungannya dengan rentenir? Benarkah mushola ini dibangun di atas tanah sengketa?

"Kaya banget anjir, aduh siapa sih yang punya."

Almeron mengalihkan pandangan, menatap sosok 2 perempuan berbeda generasi yang tengah berdebat kecil.

"Memang kenapa Buk?"

"Mau ibu jodohin sama anak ibu lah."

"Aku kan anak ibuk."

Kedua sudut bibirnya tanpa sadar terangkat, tersenyum kecil melihat interaksi di antara keduanya. Tidak sadarkah bahwa orang-orang ini jika dirinya pemilik mobil sports hitam itu?

Almeron menundukkan kepala, menggeleng sebentar melihat penampilannya yang seperti gelandangan. Celana robek sana sini, kaos oblong oversize hingga menunjukkan bahunya, belum lagi ditambah dengan wajah kucel miliknya. Pantas saja orang-orang tidak tahu dan tidak akan mempercayai jika dirinyalah sang pemilik mobil idaman chili itu.

Mengangkat bahu acuh, Almeron kembali berjalan masuk ke arah musholla.

Kedua tangannya terangkat dengan bibir yang senantiasa bergerak mengucapkan kalimat takbiratul ikhram. Almeron dengan khusyuk melaksanakan sholat, menyesali segala perbuatan jahat yang telah dia lakukan. Entah perbuatan jahat maupun perbuatan yang dilarang oleh agama, namun tetap saja dia lakukan.

"Anjir, ribet banget sih," ucap Almeron kesusahan melipat sarung yang baru saja dia kenakan. Tidak mungkin bukan menghadap sang pencipta dengan penampilan seperti tadi, pergi kencan saja pusing 7 keliling memikirkan outfit, namun jika menghadap Tuhan hanya mengenakan pakaian seadanya. Bukan main.

"Allahu kahfi robbunal kahfi...."

"Khasathanal kahfi wa shaddanal kahfi, likulil kahfi kafannal kahfi wa niqmal kahfi alhamdulillah...."

Kegiatan pemuda itu terhenti seketika, jantungnya berdegub dengan kencang mendengar sholawat yang muncul dari sekat pembatas di sampingnya. Penyanyi mana yang singgah di mushola kecil untuk melaksanakan konser dadakan ini?

Hatinya tergerak, namun tidak dengan kakinya. Jelas Almeron tidak berani jika di salahkan warga jika dia akan mengintip seseorang yang terus menerus menyanyikan sholawat dengan suara indahnya. Sial, tidak biasanya dia bertindak bodoh seperti ini. Lagipula siapa seseorang yang harus diperhatikan disini, mengingat semua keluarganya berada di tanah Bali yang indah dengan pemandangan alam. "Ah, jangan kangen Mama." Almeron mendesah kecewa mengingat sang ibu yang sudah tidak Ia temui selama 6 bulan.

Almeron berperang batin, dia ingin sekali menjatuhkan diri ke sebelah sekat agar dia bisa melihat siapakah sosok dibalik suara merdu ini. Namun jika kembali dipikir, dia sendiri yang akan menanggung malu. Tunggu, ini salah. Laki-laki tidak boleh menatap lama sang lawan jens yang bukan makhromnya, begitupun sebaliknya.

"Ah ngintip sebentar juga gak papa kali, cuma sebentar ya Allah."

Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri memastikan sudah tidak ada orang yang berada di area dalam musholla, bisa anjlok harga dirinya jika seseorang memergokinya tengah mengintip seorang perempuan yang bersholawat. Almeron dengan hati-hati menggeser sekat yang terbuat dari kayu itu untuk mundur ke belakang, matanya memicing memastikan jika seseorang yang bersholawat tadi benar-benar manusia. Hei dia tidak salah, menemukan hantu bersuara merdu merupakan hal buruk yang menjadi daftar favoritnya. Tangannya bergerak pelan, sedikit demi sedikit dia mulai melihat dengan jelas sosok itu. Satu, dua, dan Almeron tidak bisa berkata-kata.

Deg

Disana, lewat sebelah matanya Almeron dengan jelas melihat sosok wanita cantik dengan hidung bangir. Dan jangan lewatkan dengan bibir alami berwarna pucat sedikit merah itu, oh my god Almeron benar-benar gila.

"Masyaallah."

"Calon istriku."

"Mantu buat mama."

"Siapa Kak?"

Brukkk

Almeron melonjak kaget mendengar sapaan tiba-tiba dari remaja laki-laki di depannya, dengan wajah penuh tanya remaja itu berhasil membuatnya jantungan. Sumpah serapah ingin Almeron lontarkan terhadap remaja di depannya, namun mengingat saat ini mereka tengah berada di mushola dengan segera Almeron mengusap dada. "Lo siapa anjir."

"Seharusnya aku yang nanya, Kakak siapa?"

"Yaudahlah lupain," ucap Almeron dengan mengibaskan tangan malas. Dia dengan cepat berbalik dan menatap bidadari cantik calon penghuni surga itu. Namun naas, pupus sudah harapannya. Perempuan tadi menghilang!

Almeron ulangi lagi jika perempuan tadi menghilang bagaikan di telan karpet mushola. Bahkan tempat tadi benar-benar bersih layaknya tidak ada satu orangpun yang menyinggahinya, lalu siapa yang dia lihat tadi?!

"Masa setan secantik itu?" tanyanya terhadap diri sendiri.

"Kakak ODGJ yah?"

Almeron menolehkan kepala dengan wajah cengo, matanya membulat dengan bibir sedikit terbuka. Hei, pria setampan dirinya dianggap gila? Yang benar saja bung, that's crazy!

"Kakak masih normal dek, adek ganteng."

"Oh iya terimakasih, aku mah emang ganteng kok."

Almeron hanya bisa mencibir dalam hati, remaja tadi sangat percaya diri hingga melupakan cermin yang berada di rumah. Tunggu, atau mungkin dia tidak mempunyai cermin? Perlukah dia membelikannya untuk remaja ini? Perlukah?

"Aku jamin mata Kakak bintilan." Remaja itu berucap dengan menunjuk mata sebelah kiri Almeron, mengucapkan dengan nada rendah berusaha mengintimidasi pria tampan di hadapannya. "Ih kok gitu, jangan dong!"

"Suka ngintip kan?"

"Masyaallah, enggak!"

"Terus kenapa ngintip calon istri aku?"

"Hah?"

Remaja tadi berdecak malas, menghembuskan nafas lelah dan mengulurkan tangan terhadap Almeron. "Perkenalkan nama saya Alfino Subagyo, calon sah dari mbak Arfana Qanita Widjaja."

"Dia siapa?" tanya Almeron bingung.

"Perempuan yang Kakak intip tadi."

"Bangsat," cibir Almeron pelan.
.
.
.

STAY SAFE

1 Desember 2021

Pakarti (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang