Siapa yang tak mengenal Arsen Cyrano seorang jenderal tertinggi sangat dikenal di kota Bèss bahkan kota kota disekitarnya. Wajahnya yang sangat mudah di kenal, dengan pahatan yang tampan.
Saat ini, Arsen sedang melalukan rapat bersama anggotanya di markas di tengah kota Bèss. Suaranya yang berat menjelaskan begitu detail strategi penyerangan yang akan di laksanakan dua minggu kedepan. Sebagai pemimpin, Arsen tentu tak ingin saat musuh menyandra penduduk kota dimana tempat ia ditugaskan oleh tentera negara. Menerobos masuk ke markas musuh secepatnya juga bukanlah hal yang bagus, butuh strategi yang benar benar tersusun rapi.
"Ada berapa penduduk yang menjadi korban sandera, Hans?" Tanya Arsen kepada Hans, yang berperan sebagai mata mata di markas musuh. "Tercatat, ada dua belas orang dewasa, lima anak anak, dan tiga orang tua," jawab Hans dengan tegas. Arsen mengangguk paham.
"Dua minggu lagi kita adakan penyerangan, kumpul kan semua angggota, mereka akan ditugaskan untuk melalukan penyerangan" jelas Arsen
"Arsen, kenapa harus dua minggu, bukankah itu waktu terlalu lama? Bagaimana nasib korban, jendral?" Salah seorang mengangkat tangan, berbicara sebaik mungkin, karena merasa pertanyaanya mungkin akan memancing amarah sang Jendral.
"Baiklah, saya jelaskan. lusa kita adakan pertemuan ke dua, untuk para anggota yang jauh dari markas, mereka membutuhkan waktu paling lama dua jam menuju markas. Kita akan membagi kurang lebih lima puluh orang anggota, membutuhkan paling lama satu hari. sebagian anggota akan tetap di markas , untuk menjaga keadaan sekitar, kita akan berangkat minggu depan, satu minggu nya kita akan berjaga di beberapa titik yang sudah disebutkan, jika ada penyerangan dari musuh, barulah kita bergerak. Tidak perlu khawatir tentang korban penyanderaan, saya sudah mengirim dua puluh orang mata mata, dan delapan di antara mereka ditugaskan untuk menjaga korban sandera, apa ada yang kurang jelas? Bisa di tanyakan sekarang" Arsen menjelaskan panjag lebar tanpa berpikir panjang.
"Bagaimana andal tahu, bahwa dua minggu lagi akan ada penyerangan?" salah satu anggota bertanya lagi.
"Kita punya dua puluh orang mata mata zeck," jawab Arsen singkat. Ia melihat pergelangan tangannya yang di lingkari arloji perak, sudah tiga jam ia melalukan rapat, sepetinya sudah waktunya untuk istirahat.
"Rapat hari ini selesai, jika kalian punya pertanyaan, bisa tanyakan pada Dion. Saya masih ada urusan"
Dion adalah tangan kanan Arsen, tak jauh beda dengan Arsen, Dion juga memiliki kecerdasan untuk mengatur strategi.
"Baiklah, saya permisi" pamit Arsen di sertai tepukan tangan para anggota mafia. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka, saat rapat di bubarkan.
◇◇◇
Malam ini, Arsen disibukkan dengan tumpukan kertas di mejanya, berupa dokumen tentang kerja samanya bersama jendral Brucè, biodata korban penyanderaan yang di kumpulkan oleh Hans, dan beberapa dokumen lainnya.Tiba tiba, pintu ruang pribadi nya terbuka, memperlihatkan seorang pria berjalan mendekat "apa kau sudah lupa untuk mengetuk pintu? Apa tangan mu lepas saat berkelahi?" Bibir Arsen bergerak mengeluarkan suara rendah nya.
"Maaf kan saya, saya sudah mengetuk pintu. Tetapi tak ada jawaban, sehingga saya membukanya" pria itu menunduk, tak berani menatap mata Arsen, yang mulai berdiri menghampiri pria tersebut. "Ayolah, kau selalu melakukannya Dion, apa aku harus marah seperti saat pertama kau melakukannya? Ruangan ini sudah sangat akrab dengan mu" Arsen menepuk pundak Dion, disusul dengan kekehan Dion,"aku selalu membayangkan jika ada seorang anggota yang masuk keruangan ini tanpa mengetuk pintu, bagaimana nasib selanjutnya"
Arsen tertawa menanggapi perkataan sahabat nya itu
"apa aku sejahat itu?"
"Ah, Arsen. Aku datang kesini membawa satu dokumen untuk mu, korban bertambah satu orang, seorang gadis. Aku tak tahu dimana terjadi penculikan nya, ini masih Hans selidiki. Kurasa mereka sengaja menyembunyikan gadis ini," Dion menyodorkan selembar dokumen berupa biodata korban yang bisa di ambil oleh mata mata.
"Gretta haidee?. Haidee, aku baru mendengar nama ini. Kapan kau mengetahui kejadian ini, Dion?" Arsenmengerutkan alisnya "tiga puluh menit yang lalu"
Arsen tak menjawab, pemuda berusia 28 tahun itu kembali mendudukkan dirinya bersama tumpukan dokumen tadi, "Dion, ini tidak bisa kita diam dan menunggu untuk minggu lusa, aku akan pergi malam ini juga," Arsen mulai mengemasi barang barangnya di atas meja
"Apa kau gila, Arsen? Lalu bagaimana dengan rapat kedua?" Raut wajah Dion bercampur aduk, antara khawatir dan marah. "Rapat akan tetap berjalan, aku akan kembali ke markas pukul 6 pagi, kau tak perlu khawatir. Aku pergi dulu"
Seakan tidak memberi kesempatan untuk Dion berbicara, Arsen dengan ligat menuju perbatasan kota Bèss dan negara musuh.
♡♡
Masih banyak kekurangan di dalamnya. Hahaha
Typo harap maklum
Kritik dan sarannya babe♡xivvmmv
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Dengan Rahasia
Teen Fiction"Untuk mu... Seseorang yang saya cintai, tak bosan bosan saya ucapkan cinta untuk mu. Membawa berjuta juta warna didalam kehidupan saya. Terima kasih telah hadir. Katakan pada tuhan, jika kau terlahir kembali, sudi lah menjadi milik saya, dan tingga...