ACT I : PARK SUNG JAE ( BAB 4)

36 11 6
                                    

"Selamat datang, Madam Grace. Mohon dekatkan wajah anda pada alat pemindai."

Suara tiruan manusia keluar dari benda bulat berwarna merah yang tertempel pada dinding besi sebuah ruangan rahasia. Benda itu berkedip-kedip seperti lampu ambulans. Tak jauh di depannya, seorang wanita dengan perawakan tegas dan sedikit angkuh mengikuti intruksi itu. Wajahnya tampak sehat, meskipun kerutan di bawah matanya tidak bisa disamarkan oleh bedak. Ia mendekatkan wajah pada kotak pemindai di sebelah kiri pintu, dan menunggu dengan sabar selama 30 detik.

"Pemindaian wajah, sukses. Silakan masuk."

Pintu terbuka secara otomatis dan masuklah ia pada ruangan gelap gulita, pada awalnya. Begitu Madam Grace melangkah semakin dalam, gerakannya menyebabkan lampu di ruangan itu menyala bergantian. Penerangan yang hanya aktif karena gelombang suara. Terlihat ruangan yang seluruh dindingnya dipenuhi kotak-kotak dari kaca. Hanya ada satu mimbar besi di bagian tengah. Seakan-akan ia adalah primadona dari kemonotonan tempat itu. Madam Grace mendekati mimbar yang sudah terinstalasi sistem komputer. Ia menekan tombol on menyebabkan beberapa kotak kaca di bagian depan menyala. Rupanya, kotak kaca itu adalah alat transmisi yang dapat terhubung dengan orang lain. Seperti telepon video. Sudah ada beberapa orang berseragam rapi serupa Madam Grace di sana.

"Karena sudah lengkap, saya mulai pertemuan khusus hari ini." Madam Grace bersuara. Nada suaranya rendah, berjenis alto. Saat ia berbicara, dunia disekitarnya menjadi hening. " Dua hari lagi, kita akan membuka pameran inovasi teknologi di Museum Horim Sinsa. Apakah segala keperluan dan tetek-bengek mengenai perizinan sudah teratasi?"

Seorang perempuan dengan rambut bergaya bob menjawab. "Sejauh ini berjalan lancar. Kita hanya perlu menyiapkan pameran maksimal H-1 sebelum acara. Namun, saya sudah menyuruh tim pemasaran keMuseum saat ini."

"Bagus. Lebih cepat lebih baik," ujar Madam Grace mengapresiasi.

Belum sempat Madam Grace berbicara lagi, seorang pria muda berkacamaa menginterupsi. "Maaf menyela, Madam," katanya. "Mengenai rencanamu itu, apakah kita benar-benar yakin bisa menemukan target? Akan ada banyak orang yang hadir di sana. Lagipula, identitas target tidak diketahui sejak insiden terjadi."

Madam Grace berusaha tersenyum. Perkataan pria itu jelas-jelas meremehkan rencananya. "Bagaimana pun, prototipe itu harus kembali ke tangan Graclex Corporation. Apapun caranya, akan saya lakukan meskipun tingkat keberhasilannya kecil. Tidak ada yang nol di dunia ini!" jelas wanita paruh baya itu tegas. "Sekarang bukan waktunya meragu. Ada lagi yang ingin menyanggah?"

Seseorang mengangkat tangan.

"Anu ... saya tidak akan menyanggah, tapi sepertinya usulan ini mungkin bisa dipertimbangkan," kata pria dengan wajah rupawn. Ia membagikan sebuah video aktivitas dari boy group yang sedang menjadi topik perbincangan dunia maya. "Agar tidak berakhir membosankan, bagaimana kalau kita mengundang S.T.U.N untuk mengisi acara hiburan. Kehadiran mereka pasti akan menjadi daya tarik pengunjung."

Madam Grace mengetuk-ngetuk mimbar besi, raut wajahnya masih menunjukkan eskpresi tidak bahagia. "Baik. Lalu, apakah dengan kehadiran mereka dapat membantu kita menemukan petunjuk mengenai prototipe yang dicuri? Mereka hanya dapat mendatangkan pengunjung saja, tapi kalau berkaitan dengan prototipe itu rasanya tidak efektif."

Pria itu masih kelihatan tenang ketika atasannya berkata seperti itu. "Saya rasa, anda harus melihat mereka lebih jeli lagi, Madam Grace," ujarnya dengan nada sopan. Laki-laki itu kemudian memperbesar video aktivitas dari grup S.T.U.N yang dia dapatkan dari postingan sosial media. "Dua dari personil grup itu, terkesan mencurigakan."

"Maksudnya?"

"Saya sudah melakukan riset mengenai informasi dan profil mereka," lanjutnya menjelaskan. "Hasilnya, anggota yang bernama Hoon dan Park Sung Jae tidak memiliki informasi latar belakang yang jelas. Internet tidak mencantumkan informais penting mengenai dua orang ini, tidak seperti dua anggota lainnya. Lalu..."

Dream StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang