ACT I : PARK SUNG JAE ( BAB 3)

52 17 18
                                    


"Kita mendapatkan kekuatan

Bangkit dari jurang kegelapan

Mainkan musiknya dengan meriah

Untuk melangkah di Dream Stage

Yeah yeah yeah..."

-S.T.U.N, Dream Stage Official MV

***

Instrumen musik elektronik bernada sedikit rock terdengar.

Keadaan yang semula gelap berubah setelah lampu sorot menerangi panggung. Sinarnya mengerucut ke tengah panggung. Di sana, empat orang laki-laki berdiri tegap sejajar dengan tangan di lipat ke belakang dan wajah tertunduk. Serupa posisi tegak angkatan militer. Empat orang itu mengenakan pakaian senada. Kemeja hitam dengan celana jeans panjang berwarna sama. Tak lupa blazer cokelat menjadi outwear yang digunakan malam itu. Penyempurna setelan mereka adalah sepatu bot hitam yang tampak mahal dan mewah.

Pada momen yang pas, seorang personil dengan rambut panjang yang dibentuk menjadi man bun menengadahkan wajah sambil berkata, "Hey yo! Listen up. No matter what they say. No matter what they do. We gonna turn back the table ...."

Semua anggota bergerak menyusun posisi nya. Dua orang berada di depan, sisanya berada di belakang. Mereka menari dengan gerakan powerful dan tampak gentle. Gerakan yang ditunjukkan menyatu sempurna bersama instrumen musik yang semakin intens. "Cahaya tidak pernah hilang, meski ia di sudut. Garis akan tetap lurus meskipun berusaha dipatahkan. Meski sudah jelas, tapi itu belum tentu. Mimpi terbang dengan tinggi tanpa sepasang sayap. Menjadikannya satu."

Serempak, keempat pria tampan itu mengayunkan tangan ke atas sementara tubuh mereka bergoyang. Seakan-akan mereka sedang meraih mimpi di langit dengan cara yang seksi. Kemudian, gerakan berikutnya berganti. Laki-laki yang mengenakan topi fedora berwarna krem, berjalan ke tepi panggung, mendekati kamera drone yang sedang merekam penampilan mereka."Orang-orang terpilih? No, no, no! Itu omong kosong. Semuanya sama, janganlah takut. Janganlah bimbang. Pegang tanganku. Kita berjuang."

Pertunjukkan itu memuncak saat bagian reff muncul. Latar belakang futuristik pada panggung yang semula dipenuhi kubik-kubik berganti memunculkan pemandangan gedung-gedung kota monokrom yang berganti secara cepat. Lampu neon biru menyorot secara acak menciptakan seni yang abstrak. Keempat personil semakin menari dengan energik.

"Kita mendapatkan kekuatan. Bangkit dari jurang kegelapan. Mainkan musiknya dengan meriah. Untuk melangkah di Dream Stage."

Sekali lagi latar belakang panggung berubah. Logo S.T.U.N.

"Yeah, yeah, yeah."

Setelah fase puncak berlangsung, musik berubah menjadi pelan. Melow. Tiga orang dari personil menjatuhkan diri ke lantai panggung, membentuk serupa segitiga. Mereka memejamkan mata. Satu orang yang tersisa berdiri di tengah mereka. Menyanyi dengan penuh penghayatan. Momen yang merepresentasikan sesuatu yang sedih. Saat nada tinggi dilontarkan, mereka yang semula berbaring seketika berdiri dengan cara yang elegan dan musik berubah kembali. Mulai membara seperti latar panggung yang berwarna merah. Ada api yang berkobar-kobar

Inilah dance breaks.

"Put your hand in the sky ...."

Kalimat itu bergema berulang-ulang hingga momen pengakhiran. Saat musik dari instumen elektronik selesai, semua personil berdiri sejajar di tengah panggung, hingga lampu sorot memadam.

Dream StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang