01

6 1 0
                                    

Cerita pertama yang di publish serius.

🦕🦕🦕

Di halaman rumah itu sedang di sapu oleh seorang gadis. Karena memang ini sudah jadwal sorenya menyapu setiap hari. Meskipun halaman rumahnya tak seberapa namun peluh memenuhi paras cantiknya.

Memang gadis itu tinggal di sekitar pondok. Tapi bukan berarti dia keluarga ndalem. Hanya tinggal di desa yang sama dengan pondok besar itu.

Jangan di pikir pula gadis itu sangat alim. Tidak, dia masih seperti gadis pada umumnya yang bebas, dan belum begitu kental ilmu agamanya. Ketika menyapu pun dia hanya memakai pakaian seperti umumnya tanpa krudung yang melindungi mahkotanya.

Iya dia tau hal itu udah membawa ayahnya satu langkah ke dalam neraka. Meskipun ketika keluar rumah agak jauh ia pasti memakai krudung. Ia masih belum siap mental jika di gunjing oleh lingkup keluarganya terutama. Keluarganya pun bukan termasuk keluarga yang agamis banget.

Karena pada dasarnya keluarga memiliki peran penting untuk mental seorang anak. Jika di lingkup keluarga sudah menjadi gunjingan, lalu dia sedang berproses menjadi seseorang yang lebih baik, dia pasti akan merasa down. Ia tahu harusnya ia tidak berfikir seperti ini, tapi mental dia belum sekuat itu.

Tapi entah dengan dia yang seperti ini. Seorang yang awam sangat tentang ilmu agama. Tapi malah bisa memikat seorang abdi ndalem pondok yang termasuk kuat ilmu agamanya.

~~~

Disisi lain di lantai 2 ndalem kyai di lingkup pondok itu. Seorang abdi ndalem putra tengah menatap gadis yang menyapu halaman itu. Ia tau ini termasuk zina mata, tapi ia penasaran akan sosok gadis itu.

Gadis yang mampu mengguncangkan hatinya. Selama ini ia tak pernah merasakan rasa seperti ini. Rasa yang begitu asing. Rasa yang ingin terus tau tentang gadis itu.

Laki-laki lain yang ada di dekatnya pun terheran kenapa dengan teman sekaligus sahabatnya ini. "Sampean ada rasa sama gadis itu", ucap laki-laki itu sambil mengarahkan dagunya ke arah gadis itu.

"Entah kang tapi kulo pengen liat dia terus, ya meskipun cuma bisa liat tiap sore doang", jawab laki-laki yang dari tadi memandang gadis yang sedang menyapu.

"Istighfar sampean, ingat zina mata kang", ucap temannya.

"Astaghfirullah", ucapnya mengalihkan pandangan sambil mengelus dadanya.

"Suka kan?, Datengin orang tuanya, jangan lupa izin pak kyai, sampean taukan maksud e kulo?", ucap temannya menasehati.

"Kulo faham kang, tapi sampean taukan dia seperti itu, kulo khawatir pak kyai ndak ngizinin", ucapnya kala mendengar nasehat temannya.

"Sampean istikharah dulu, ntar kalo udah mantep sampean temui kulo, nanti kulo antar ke ndalem izin pak kyai, siapa tau malah di bantu buat khitbah in kan dia adik sambungnya kang Harish, sampean tau kan kang Harish?, Ben ndang sat set ngunu lo, hehehe", ucap temannya mengarahkan sahabatnya ini supaya tidak terlalu lama melakukan zina mata, zina hati dengan di akhiri candaan.

"Enggeh kang,  kulo perso kok kang Harish engkang pundi, matur suwun mpun di arahne, secepat e kulo temui sampean", ucapnya karena sudah mendapat pencerahan.

Akhirnya laki-laki itu mendapatkan pencerahan untuk mengambil langkah seperti apa. Meskipun dia tau konsekuensinya apa jika ia memilih gadis itu. Ia siap menerima semuanya.

02-12-2021

AnargyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang