7 - Kemarahan Galandra

296K 19.2K 640
                                    

“Damian!” Rania melambaikan tangannya ketika Damian baru saja keluar dari kelasnya. Dia menarik bibirnya untuk tersenyum lebar, meskipun Damian menatapnya dengan tatapan sinis.

Damian berjalan ke arah Rania. Tidak ada senyuman yang terbit di wajah anak itu, seperti nya sulit untuk membuat anak itu tertawa. Damian dan Gala sama sama dingin dan sulit untuk didekati.

“Kita langsung pulang aja? Gak akan jajan? Dulu waktu tante seumuran kamu, tante kalau pulang suka jajan telur gulung. Pokoknya enak banget, gak ada duanya deh rasanya.” tanya Rania

“Telur gulung?” heran Damian

Rania menggangguk, “Iya, telur yang digulung sama tusuk sate gitu. Kamu belum pernah nyobain ya? Nanti kapan kapan tante beliin, tante yang traktir pokoknya kalau buat kamu.”

Damian hanya berdehem saja untuk membalasnya. “Kita pulang naik bus?”

Rania mengangguk, “Kamu berubah pikiran ya? Mau minta dijemput sama Pak Dirman? Tante bisa telepon Pak Dirman.”

Damian menggelengkan kepalanya. “Ayok pulang.” ajak Damian

Rania mengangguk, dia menggenggam tangan kecil itu lalu berjalan beriringan dengan dirinya yang terus berceloteh. “Kalau kita mau naik bus, kita harus nunggu di halte. Kenapa? Karena ya bus berhenti nya di halte.” oceh Rania

Mereka sudah berada di halte, halte sangat ramai. “Damian, duduk disini ya. Kamu pasti pegal, kalau naik bus ya gini, harus nunggu, yang sabar ya.” ucap Rania sambil mengelus kepala Damian

Akhirnya bus datang, semua orang berbondong bondong untuk naik ke bus. Rania menuntun Damian untuk masuk ke dalam bus. Kursi bus hanya tersisa satu.

“Nah, kamu duduk disini.” ucap Rania

“Terus tante?”

“Ya berdiri, kalau kursi nya habis ya harus berdiri.” jawab Rania

Damian mendongakan kepalanya, menatap Rania yang sudah mulai mengeluarkan keringat. Hanya Rania yang berdiri sendirian, yang lain mendapatkan kursi. Damian sangat handal mengendalikan ekspresi nya, dia sangat terkejut dengan kehadiran Rania tadi disekolah. Dia pikir, Rania hanya omong kosong untuk membuatnya senang saja, tapi tidak, Rania menepati ucapannya.

Damian belum pernah merasakan seperti ini. Gala sangat tegas kepada Damian tapi tidak pernah memberi perhatiannya sedikit pun. Bahkan Damian sangat jarang bisa berinteraksi dengan Gala.

Dimata Damian, Gala ada super hero nya. Hanya Gala yang bertahan bersamanya meskipun Rere, Mommy-nya meninggalkan Damian. Damian pintar sekali membaca situasi, dia sudah di dewasakan oleh keadaan yang membuatnya cukup tertekan diusia yang masih anak - anak.

Damian benci bertemu dengan orang asing, termasuk Rania. Apalagi Rania sering bersama Gala, dia takut Rania mengambil perhatian Gala melewati dirinya.

“Berhenti di sini Pak,” ucap Rania sambil memberi ongkos kepada kenek bus.

“Bang, berhenti bang!” teriak kenek itu kepada supir bus

Bus telah berhenti. Rania menuntun Damian untuk turun dari bus. “Gimana seru gak?” tanya Rania

Damian mengangguk, “Terimakasih.”

Rania mengangguk, “Kalau mau apa apa lagi, bilang ya sama tante, nanti kita lakuin hal yang belum kamu rasakan.”

Damian terdiam.

****

Brugh!

Gala menendang meja tepat saat Rania baru saja membuka pintu. Rania dan Damian sangat terkejut dengan suara itu, bahkan mereka lebih terkejut dengan kehadiran Gala. Bukan kah Gala bekerja?

“Damian! Kamu dari mana?” tanya Gala dengan nada yang tidak bersahabat

“Pulang sekolah.”

“Daddy jemput kamu dan kamu tidak ada.”

“Dia jemput aku naik bus.” balas Damian

Gala menatap Rania, dia mengepalkan tangannya.

Rania melepaskan genggamannya, “Damian, kamu ke kamar ya? Nanti Bi Inah bawain makan ke kamar kamu. Pasti belum makan kan?”

Damian berjalan begitu saja, meninggalkan Rania tanpa berpamitan. Sedangkan Rania, dia tidak berani menatap Gala yang terlihat emosi. Mata tajam itu berhasil membuat Rania ingin pergi dari rumah ini.

Srt!

Gala menarik tangan Rania dan melangkahkan kaki nya menuju kamar Rania. Setelah berada di kamar, Gala mendorong Rania hingga tersungkur ke lantai dan menutup pintu dengan sangat keras.

“Saya sudah peringati kamu, jangan ikut campur urusan saya, Rembulan! Kamu disini hanya orang asing, jangan ikut campur.” bentak Gala

Gala berjongkok di hadapan Rania, dia mencengkram pipi Rania supaya mendongak untuk menatapnya. Hidungnya sangat merah, air mata Rania terus berjatuhan. “Jangan mentang - mentang kamu memiliki gelar istri saya, kamu bisa melakukan sesukamu. Saya menerima perjodohan ini karena Mama saya. Jangan bertindak sesukamu, karena disini kamu hanya numpang. Jangan ikut campur urusan saya.”

“Sakit..” cicit Rania. Kedua pipi nya terasa begitu perih karena cengkraman Gala yang terlalu keras.

Gala melepaskan cengkraman di pipi Rania, dia menatap Rania yang menghapus air mata nya.

“Aku juga gak mau nikah sama Mas Gala. Bunda sama Ayah yang paksa aku. Aku gak mau jadi istri Mas Gala, tapi pernikahan ini yang mengikat aku jadi istri kamu. Aku gak tau apa yang buat kamu benci sama aku, aku hanya ingin dekat dengan Damian. Itu saja.”

“Pernikahan ini, ini bukan pernikahan yang aku mau. Aku...aku nyakitin hati seseorang dengan pernikahan ini, kamu...kamu hiks...” Rania tidak bisa berkata lagi, dia menangis sambil menutup wajahnya.

Emosi Gala mulai mereda, dia mendengar isak tangisan Rania yang menggelegar di kamar ini.

“Aku..aku mau ke rumah tante Iren, aku gak mau tinggal disini.” pinta Rania dan itu berhasil membuat Gala kembali marah

“Wow! Egois sekali kamu, Rania. Dengan kamu pergi kerumah tante kamu, kamu membuat nama saya terlihat buruk. Sedangkan saya terus menjaga nama baikmu di hadapan keluarga saya.” sinis Gala

Rania menggelengkan kepalanya, “Bukan gitu-”

“Terus gimana?!” bentak Gala

Rania terdiam, dia tidak berani menjawab pertanyaan Gala.

Seketika hening, hanya terdengar isak tangis Rania yang mulai mereda. “Mas Gala...” panggil Rania dengan suara bergetar, “Jangan marah - marah, aku takut. Aku minta maaf atas kesalahan aku. Aku...aku benar benar minta maat.” lirih Rania

Gala berdiri dan keluar dari kamar Rania, membiarkan gadis itu sendirian di kamar.

****

Malam hari. Gala keluar dari kamarnya, entah mengapa perasaan sedikit khawatir dengan keadaan Rania. Dari semenjak kejadiaan tadi siang, Rania melewatkan makan siang dan makan malam, bahkan tadi pun saat sarapan Rania hanya memakan sedikit saja.

Gala membuka pintu kamar Rania, hal yang pertama dia lihat adalah kegelapan. Tidak ada sedikitpun cahaya yang menerangi kamar Rania.
Gala menyipitkan matanya, melihat Rania yang sudah tertidur di kasur yang kecil itu.

Gala menutup kembali pintu kamar Rania. Namun, dia dikejutkan dengan kehadiran Damian yang tiba tiba berdiri di sebelahnya.

“Daddy ngapain?”

“Kenapa?”

“Mau tidur bareng Daddy.”

“Tidur sendiri. Jangan manja. Kamu anak laki - laki. Sana, masuk kamar terus tidur.” tegas Gala

Damian menghela nafas, keinginannya sangat sulit untuk dipenuhi.

“Selamat malam, Dad.”

Gala hanya berdehem saja.

Bersambung..

Jngan lupa vote and comment cerita ini guys
Maaf kalau masih bnyak yg kurang dan tidak jelasnya.

Ig : rahmaakmr22

1046

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang