58 - Drop

141K 8.9K 368
                                    

"Sayang?"

Gala membuka mata nya, dia tersenyum tipis ketika merasakan tangan hangat milik istri nya menempel di pipi. Rania terlihat sangat cantik, rambutnya yang diikat menjadi satu dan menggunakan celemek.

"Mas, bangun yuk? Sarapan nya sudah siap? Katanya, hari ini ada meeting. Bangun yuk?" pinta Rania dengan suara yang sangat lembut.

Gala duduk. Dia heran, kenapa istri nya sangat cantik ketika hamil? Apa Gala harus membuat Rania hamil terus biar tetap cantik seperti ini? Tapi jika tidak hamil juga, Rania selalu terlihat cantik.

"Pagi," sapa Rania, sambil mencium kening Gala.

Gala tersenyum, pagi pagi sudah mendapatkan kiss dari ayang. "Pagi, sayang." balas Gala, "Mas mau teh tawar ya?" pinta Gala

Rania mengangguk, "Iya, aku buatin. Sekarang, mandi dulu."

Gala turun dari kasur, dia berjalan menuju kamar mandi.

Rania mengelus perut nya, tidak terasa tinggal menghitung hari, bayi nya akan lahir ke dunia. Rania sudah tidak sabar, apalagi dokter mengatakan bahwa kandungannya sehat dan kemungkinan Rania bisa melahirkan dengan normal. "Baik baik di dalem ya baby moon," gumam Rania

Rania membereskan tempat tidur, setelah selesai dia pergi ke kamar Damian untuk membangunkan Damian. Hari ini, disekolah Damian mengadakan lomba antar kelas. Putranya mengikuti lomba kelereng dan tarik tambang. Sebenarnya, Rania ingin menghadirinya tapi Gala dan Damian melarangnya.

"Nanti pulang sekolah, aku mau bawa kabar gembira untuk si bayi," ujar Damian sambil memakai baju olahraga nya

Rania menyisir rambut Damian, merapikan pakaian putra nya. "Mama tunggu ya, tapi apapun itu hasilnya Mama tetep bangga sama kamu." balas Rania

Damian tersenyum lebar, "Gak bisa, aku harus bawa kabar gembira untuk bayi." keukeuh Damian

Rania membuang nafasnya, sifat keras kepala Gala menurun dengan sempurna kepada Damian. "Iya gantengnya Mama,"

Mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Gala sudah duduk di meja makan menunggu Damian dan Rania, "Pagi, Dam." sapa Gala

"Morning Daddy," balas Damian, ia duduk di hadapan Gala. "Gimana tidurnya, Dad?"

Gala mengerutkan keningnya, dia menatap Rania lalu kembali melihat putranya. "Harusnya Daddy yang bertanya seperti itu kan?"

Damian menyengir, "Gapapa, sekali kali aku yang nanyain Daddy. Iyakan, Ma?" tanya Damian

Rania mengangguk

"Nyenyak, gimana tidurmu?"

"Sangattt nyenyak,"

"Kenapa?"

"Because i have Mama Rania,"

Gala terkekeh.

****

"Tante Iren?" gumam Gala

Gala langsung berdiri dari duduknya, dia salam kepada Iren. "Ada apa Tante? Tumben-"

"Bunda Rania, meninggal." potong Iren

Deg!
Gala menatap Iren dengan intens. Ingin tidak percaya, tapi melihat wajah serius dan mata sembab Iren membuat Gala yakin. Tangannya seketika dingin, dia bingung harus menjelaskan bagaimana kepada istri nya. Rania sedang hamil 9 bulan, sebentar lagi anaknya akan lahir, Gala tidak ingin membuat Rania stress.

"Tan?"

Iren mengangguk dengan air mata yang susah ditahan. "Iya Gala, Kak Lena meninggal. Dia meninggal karena penyakit jantung dan sekarang jenazah nya akan dibawa ke Jakarta." jelas Iren

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang