Aku pikir hidupku setelah hari itu hanya akan berlalu begitu saja. Hari dimana seseorang mati di depanku.
Tapi....
Kupikir aku sudah lupa. Ternyata keterlambatanku waktu itu membuatku tenggelam di laut penyesalan yang berujung di dasar kehampaan. Bukan aku yang salah,dia yang mati di depanku pun juga tidak salah.
Semuanya tak berubah. Hari-hari yang aku jalani terasa seperti kebohongan.
**
"Ah,novelnya selesai." Gumanku setelah selesai membaca novel petualangan. Perpustakaan sekolah yang jadi tempatku saat ini sangat tenang dengan orang-orang yang sedang membaca. Sudah dua bulan tahun ajaran baru dimulai. Sekarang aku sudah di kelas 11 saja . Di SMA NUSANTARA. Novel yang baru selesai kubaca menceritakan seorang gadis yang menjelajahi dunia fantasi bersama teman-temannya. Mereka bebas melakukan apapun. Ingin sekali aku bisa sepertinya. Tapi.....tanpa bertanyapun aku sudah tau itu tak bisa terwujud. Lebih tepatnya teman yang aku miliki sudah tidak ada.
Aku berdiri lalu berjalan ke rak buku di paling ujung untuk mengembalikan novel ini ketempatnya semula.
"Tian?"
Suara berat datang dari arah samping membuatku menoleh. Seorang laki-laki remaja dengan tumpukan buku di tangannya menatapku dengan mata takpercaya. Gerakanku terhenti sejenak lalu kembali berjalan. Bisa-bisanya orang ini malah satu sekolah denganku.
Suara buku berjatuhan terdengar dibelakangku. Diikuti langkah kaki yang cepat menghampiriku. "Tian,tunggu!."
Aku tak memperdulikannya dan langsung menyimpan novel. Saat aku berbalik cowok itu sudah berada didepanku. Aku mendongkak karna tinggi badannya."Apa?" tanyaku.
"Kita satu sekolah? Gue gak percaya. Akhirnya!" Dia malah terlihat senang. Aku berekspresi datar tak ada niat menanggapi.
"Permisi." Ucapku sambil berjalan melewatinya.
"Eh,tunggu. Kita baru ketemu terus lo malah hindarin gue?" Tanya cowok itu tak terima. Dia menyusulku lalu menarik tanganku membuat badanku terhenti. Aku menghembuskan napas berusaha tenang lalu menghempaskan tangannya.
Lanjut berjalan aku tak memperdulikan ocehannya. "Lo gak inget gua. Gua Satria. Temenlo waktu sd."
Dia terus mengikutiku sampai kami keluar dari gedung perpustakaan.
"Tian,lo kenapa jadi gini si?" Tanyanya.
Aku menatap matanya sebentar lalu membuang muka. Satria terlihat makin kebingungan. "Dari dulu juga gue gini." Jawabku.
"Ha?Apaan si-" Ucapan Satria terhenti ketika seseorang meneriakinya.
"Oi,lo anak yang jatuhin buku. Beresin tuh gimana sih." Ucap seorang cowok di pintu perpustakaan.
"Aduh,gua lupa." Ucapnya sambil berjalan kembali ke perpustakaan."Tian,lo jangan kemana-mana bentar lagi gue balik." Lanjutnya.
Sesampainya di pintu dia di omeli oleh cowok tadi. Sepertinya itu anak kelas 12. Sebelum masuk dia berbalik lalu memberi isyarat untukku menunggu. Aku menghembuskan napas sambil merotasikan bola mataku. Mana mau aku bertemu dengannya lagi. Ku lihat jam ditanganku. Istirahat tinggal tersisa 15 menit lagi. Sepertinya cukup kalau mau makan di kantin dulu.
***
Rencana ke kantin sebelumnya aku sesali. Dikantin aku malah bertemu orang ini.
"Tian,ajarin aku ya. Nanti aku kasih coklat deh." Stela duduk di depanku sambil mengeluarkan isi tasnya.
"Dengan senang hati gue tolak." Ucapku sambil tersenyum.
"Yah,kok gitu si. Gue harus apa lagi biar lo mau ajarin gue. Lo tau kan nilai gue anjlok tahun kemarin." Ucapnya dengan wajah tak terima. Dia menggebrak meja sambil memelototiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
fri(END)s
Teen FictionJika orang-orang yang membuatmu sakit malah tiba-tiba datang dan teman kecilmu yang meninggal tiba-tiba muncul,apa yang akan kamu lakukan? "Gimanapun sikap lo,gue tetep temen lo dulu sampe sekarang." "Gila lo."