3

3 2 0
                                    

Tian berjalan kearah kamarnya tanpa memperdulikan teriakan mamanya. "Maafin Ian ya. Satria pasti ngerti kan."

"Aku ngerti kok tante. Disekolah Ian juga hindarin aku terus. Bisa masuk kesini juga karna tante yang nyuruh." Ucap Satria sambil tertawa ramah.

"Tapi,aku boleh nanya gak tante?" Tanya Satria hati-hati. Kalau Ian tak mau menjawab mungkin saja kan Mama Rifaya mau.

"Boleh. Kamu mau nanya apa? Nih sambil makan cemilannya."

Satria memakan camilan cookies yang disuapi Rifaya. Setelah menelannya,wajahnya jadi sedikit serius.

"Aku sekarang baru masuk kelas 10 tapi kenapa Ian kelas 11?" Tanya Satria.Pertanyaan yang mengganggunya seharian ini sejak bertemu senior diperpustakaan.

Setelah membereskan buku-buku yang ia jatuhkan di perpustakaan senior yang menegurnya bertanya."Anak kelas 10 ternyata. Lo kok bisa bicara sama Tian?"

"Emangnya kenapa kak? Tian teman sekelas saya waktu SD." Jelas Satria.

Senior itu menepuk pundak Satria. Tinggi mereka berbeda beberapa Cm walaupun tentu saja Satria yang lebih rendah. "Gak usah kaku. Gue sekelas sama Tian. Nama gue Arkhanza. Panggil aja Bang Khanza. Lo siapa?" Khanza tersenyum ramah.

"Satria.Tapi kakak maksudnya Bang Khanza kan kelas 11 masa sekelas sama Tian." Bingung. Satria tidak percaya.

"Lo gak percaya? Tian kan emang kelas 11." Jelas Khanza.

"Tapi.." Ucapan Satria dipotong oleh Khanza.

"Udahlah. Lo bisa ceritain gak Tian dulu gimana?" Tanya Khanza penasaran. Bukan rahasia lagi kalau Khanza menyukai Tian. Walaupun dia tak mengakuinya tapi semua orang juga bisa tau dari sikapnya.

Satria terlihat berpikir mengingat-ngingat. "Tian baik,periang,banyak tertawa,Pintar,dan juga-" Satria tertawa. "Dia itu takut gelap."

"Baik?Periang?Banyak tertawa?,Hahahahahah!!!" Khanza tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul perutnya.

"Emangnya sekarang Tian gimana?" Tanya Satria balik.

"Suram."

"Datar."

"Jutek."

Tiga jawaban itu keluar dari mulut orang yang berbeda. Yang pertama memang dari Khanza tapi setelahnya keluar dari orang dibelakang Satria.

Satria menoleh kebelakang. Ah,itu teman sekelasnya. Dua cowok itu berdiri di samping Satria.

"Bener kan Bang?" Tanya Rakhan.

"Bener." Jawab singkat dari Khanza.

Faran yang datang dengan Rakhan merangkul pundak Satria sok akrab. "Yo,anak baru."

"Kelas 10 juga udah pada tau ya. Padahal baru dua bulan." Ucap Khanza sambil geleng-geleng kepala tak habis pikir. Dia menyugar rambutnya kebelakang. Cewek yang disukainya itu memang luar biasa.

Setelah itu bel berbunyi dan merekapun bubar ke kelas masing-masing.

Kembali ke pembicaraan dengan Rifaya. Satria melihat Rifaya tersenyum bangga.

"Tian SMP cuma 2 tahun. Guru disekolahnya bilang kalau Ian harusnya sudah masuk SMA karna sangat pintar." Jelas Rifaya.

Tentu saja dia bangga. Anak perempuan yang Genius terlahir dari rahimnya.

Satria lumayan terkejut tapi juga lega. Ah,ternyata alasannya itu. Kalau dipikir-pikir Tian memang sangat pintar sejak SD dulu.

"Wah,tante pasti bangga. Tian emang genius!" Puji Satria semangat.

fri(END)sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang