Tian pulang jalan kaki. Jarak rumah dan sekolah memang bisa ditempuh dalam waktu 15 menit jadi dia bisa sekalian olahraga. Rencana pindah sekolah sepertinya akan ditunda. Orangtuanya tidak akan setuju. Apalagi ini mendadak tanpa ada alasan yang jelas. Tian berhenti berjalan. Dia kemudian menolehkan kepalanya kebelakang.
"Stela,Satria,Khanza gue tau kalian ikutin gue" ungkapnya.
Mereka akhirnya keluar. Stela mendengus kesal. "Kok lo bisa tau?" tanyanya heran.
"Kalian cuma sembunyi dibalik celah gedung sama toko. Jelas gue tau lah" Jelas Tian. Dia berkacak pinggang. "Jadi ngapain kalian ikutin gue?"
"Kita mau mampir kerumah lo boleh?" Tanya Khanza. Dia memasang wajah memelas.
"Tadinya gue pulang nungguin lo,tapi lo ternyata udah pulang duluan. Trus gue pulang sendiri. Eh mereka ternyata mau kerumah lo. Jadilah gue ikut" Ucap Satria.
"Kalian gak bisa kerumah gue. Pulang aja ke rumah masing-masing" Usir Tian sambil kembali berjalan.
Stela mengejarnya lalu merangkul pundak gadis itu. "Gue sebenernya mau makan kue buatan tante Rifaya. Boleh ya"
"Beliin gue novel baru kalian boleh main kerumah" Ucap Tian.
"Novel? Itu mah gampang. Sekarang gue beliin" Ucap Khanza. Dia kemudian bertanya novel apa yang Tian mau.
"Tomorrow gift. Awas kalo lo salah" Ucap Tian. Kalau begini dia bisa memamfaatkan mereka.
"Siap" Khanza memberi hormat.
"Gue juga bisa kali beliin lo novel." Ucap Satria tiba-tiba. Dia tak bisa kalah dari Khanza. Entah kenapa dia merasa Khanza tidak boleh dekat dengan Tian.
"Founded land. Lo bisa beliin kan" Ucap Tian sambil tersenyum. Ah,dia merasa jahat memamfaatkan dua orang itu untuk obsesi novelnya. Tapi ya bagaimana lagi. Obsesi adalah obsesi.
"Ok sip. Gue beliin sekarang. Tapi toko buku disini emang ada?" Tanya Satria.
Tian lalu menunjuk sebuah toko buku besar disebrang jalan. Satria mengikuti arah yang ditunjukan Tian. Dia kemudian mendengus melihat Khanza sedang memasuki toko itu. Dia kemudian berlari menyebrang jalan lumayan sepi itu. Toko disini memang banyak tapi biasanya dia jam segini orang-orang memilih beristirahat daripada berjalan diluar. Jalanan ini cukup sepi.
"heh lo mamfaatin mereka ya" sindir Stela.
"Lo gak beliin gue novel. Kalau mau pulang silahkan" Ucap Tian di balas pukulan di lengan atasnya.
"Gue juga bisa kali. Tapi lo harus ajarin gue dulu." Ucap Stela. Anak itu mencak-mencak ditempat.
"Hm,nanti" Jawab Tian.
"Ngomong-ngomong. Lo kok beberapa hari ini agak beda. Gak se-barbar biasanya. " Celetuk Tian. Dia jadi memperhatikan Stela. 'Ini gak ada hubungannya sama gue tapi kok gue kesel kalo ni anak aneh' begitu pikir Tian.
Stela hanya tertawa. "Lo perhatiini gue? Makasih. Tapi gue gak papa kok. " Ucap Stela. Dia kemudian menunjuk Khanza dan Satria yang sedang menunggu lampu merah.
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti didepan mereka. Beberapa orang pria kemudian keluar. Tian dan Stela tak menganggap itu bahaya. Mereka hanya mengalihkan pandangan. "Ini artinya lo mulai anggap gue temen lo. Gue seneng liat lo mulai buka diri" Ucap Stela sambil tersenyum. Matanya sampai membentuk bulan sabit.
Tian diam sebentar tak memberi respon.
Stela kembali membuka mulutnya ingin bicara. Sebuah tangan tiba-tiba memukul bagian belakang kepala Stela membuat gadis itu pingsan. Tian melotot melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
fri(END)s
Teen FictionJika orang-orang yang membuatmu sakit malah tiba-tiba datang dan teman kecilmu yang meninggal tiba-tiba muncul,apa yang akan kamu lakukan? "Gimanapun sikap lo,gue tetep temen lo dulu sampe sekarang." "Gila lo."