Chapter 3

657 103 9
                                    

Alooo~~ sorry ngilang ya hehe, sebenernya kerangka ceritanya udah ada cuman aku teh bingung mau nyalurinnya gimanaa, maaf banget ya:(

aku sampe lupa terakhir kali ngepublish itu pas alurnya sampe mana wkwk

_ _ _ _ _ <•NoéVan•>_ _ _ _ _

Sepanjang perjalanan pulang ke Inggris, Noé hanya melamunkan kejadian beberpa waktu lalu yang berkaitan dengan Mia, kekasihnya. Well- mantan kekasih  lebih tepatnya.

"Tuan, kau sudah sampai di tempat tujuanmu." Suara pengemudi Taxi yang ditumpangi Noé membuatnya sedikit tersentak.

"Ah, baiklah, terima kasih." Seusai menyerahkan beberapa lembar uang dollar, Noé segera keluar dari Taxi tersebut dengan penyamarannya yang membuat dirinya seperti seorang teroris.

Noé turun tidak beberapa jauh dari Istana Kensington, kediaman keluarga bangsawan Inggris, keluarganya.

Noé berjalan cepat dan sedikit mengendap - ngendap kedalam kediamannya, lama dia berjalan, akhirnya Noé sampai juga ke tempat yang sekiranya aman untuk melepas semua penyamarannya.

Noé melepas topi, kacamata serta mantel besar untuk menutupi pakaian khas keluarga kerajaan berwarna merah yang dikenakannya.

Tepat saat ia ingin kembali ke kamarnya, Noé berpapasan dengan Ibundanya, Putri Diana.

Raut wajahnya tampak pucat namun setelah melihat kehadiran Noé, wajahnya kembali seperti sedia kala.

"Sedang apa kau disini Noé? kau seharusnya sudah berganti pakaian untuk menghadiri pesta ulang tahun nenekmu!" Putri Diana memarahi Noé dan langsung menarik Noé ke kamarnya untuk bersiap siap.

Noé nampak tampan dan berwibawa saat mengenakan pakaian berwarna putih gading yang dipilihkan oleh Ibundanya dilengkapi dengan pantofel berwarna hitam dan juga sarung tangan yang warnany senada dengan sepatunya.

"Putraku menjadi semakin tampan saat mengenakan pakaian seperti ini." Diana membelai pelan pipi Noé sambil terkekeh pelan melihat pipi anak tunggalnya itu sedikit memerah karena malu.

Namun hal tersebut membuat Diana sedikit bingung, sebab Noé yang ia kenal, sifatnya sangat amat dingin dan tidak akan malu hanya karena pujian kecil seperti itu malah putranya tersebut akan mendecak tak suka ke arahnya, sebenarnya ada apa?

Diana menepis pikiran itu karena dia yakin bahwa ini adalah Noé-nya.

_ _ _ _ _ <•NoéVan•>_ _ _ _ _

Noé dan Diana menuruni mobil saat sudah sampai di kediaman sang Ratu Inggris.

Diana sudah sibuk untuk menyapa kenalan kelanannya dan meninggalkan Noé sendirian.

Noé yang ditinggalkan begitu saja hanya mengangkat bahu dan mulai berjalan keliling kediaman neneknya.

Bruk

"Aw, apa apa kau? kenapa kau berlari lari di acara seperti ini hah!" Noé sedikit emosi karena bahunya ditabrak cukup keras dari arah depan.

"Maafkan aku, aku tidak punya waktu dan aku harus pergi sekarang, sampai nanti! sekali lagi aku minta maaf." lelaki itu sempat mengangkat kepalanya untuk menatap Noé dan tersenyum sekilas lalu langsung berlari kembali ke arah gerbang istana.

Dia- memiliki wajah yang manis, batin Noé.

"Apa yang aku pikirkan?!" Noé sontak menggeleng gelengkan kepalanya guna mengusir pikiran absurdnya tersebut.

Noé berlari mengejar lelaki yang berlari tadi dan betapa beruntungnya ia, karena Noé berhasil menyusul lelaki itu sebelum dia menaiki Double Decker.

"HEI! BERI TAHU AKU SIAPA NAMAMU!" teriakan Noé berhasil mencuri perhatian pejalan kaki di trotoar London.

Lelaki itu menoleh lalu dengan suara besar dia balik berteriak, "VANITAS! ITU NAMAKU!"

_ _ _ _ _ <•NoéVan•>_ _ _ _ _

"Vanitas ya?" Noé berguman kecil sembari tersenyum dengan badan terlentang di atas kasur.

Noé tak dapat mengalihkan pikirannya ke hal hal lain, wajah Vanitas terus menerus terbayang bayang dalam benaknya.

"Ah.. ini bahaya, apa yang harus ku lakukan dengan situasi ini Vani?" Noé mengerang.

"Huft, lagi pula aku langsung membenci Mia seusai melihat kejadian tersebut dengan mata kepalaku sendiri, namun mana mungkin aku gay bukan?" Noé merenungkan itu selama beberapa saat dengan pikiran yang melayang endtah kemana.

Setelah puluhan menit berlalu, Noé tiba tiba bangkit terduduk dengan wajah cemas.

"Aku tidak bisa mengecewakan harapan ibunda Diana... mengingat bahwa aku sekarang adalah pewaris tahta utama serta anak tunggal yang mana berarti aku adalah harapan ibunda satu satunya.." Noé mengacak rambutnya gusar, hanya memikirkannya saja bisa membuat Noé hampir gila.

"Dan, Grandma tidak mungkin merestui hubunganku dengan Vanitas." Noé bergumam sendiri, padahal sebentar lagi dia harus mengikuti kelas Professor Jace berkaitan dengan subjek Matematika.

Noé benci sekali dengan matematika, jika ia boleh jujur.

_ _ _ _ _ <•NoéVan•>_ _ _ _ _

Holaaaa, segitu dulu yaaa^^

maaf banget singkat dan mungkin agak aneh?  haha gomen, lagu bingung aku mau nulis apa

The Senses Of Love ₊˚ˑ༄ؘ NoéVan₊˚ˑ༄ؘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang