pic by fanpop -google
Akashi menatap mata indah itu dengan tatapan tajamnya membaca setiap gerakan dan raut wajah wanita didepannya dengan saksama. Bahkan anggota yang lain juga memperhatikan pergerakan mereka. "Katakan yang kau tau sebelum aku memintamu menelan pil berisikan cip guna melacakmu." Akashi pada akhirnya bersandar pada kursi dan menatap wanita itu dengan pandangan yang sulit diartikan. "Baiklah, kami menyerah. Hentikan aktingmu Akashi dia memang keras kepala." Aomine menghampiri mereka berdua dan begitupun yang lain menyusul. "Jadi, secara tidak langsung kami akan mengatakannya. Jika kami sudah menanam cip didalam tubuhmu." Ujar Aomine dengan kesal menatap wanita didepannya.
"Jelaskan saja pada kami, kau telah dibuang oleh mereka. Dengan begini kau tidak bisa kembali lagi. Kami sudah menggeledah tempat yang kau tinggali dan hanya ini semua kembali dengan jawaban yang akan kau berikan pada kami." Akashi berdiri dan mengambil remot dan menombol angka mengganti layar dengan sebuah gambar pada layar namun dengan lokasi yang diberi detail jelas.
"Ini semua lokasi dimana pencurian terjadi, tiga dari lima tempat terbukti barang yang kau curi dan pesan yang kau berikan pada ketuamu itu. Jadi kami minta berikan sisanya dan kami tidak akan memaksamu melakukan hal aneh." Semua pandangan menuju kearah wanita itu sementara kini mereka menunggu dengan wajah yang sulit diartikan.
"Aku bekerja dengan dua grup." ujar wanita itu final. Akahi hanya mengangguk dan membuka berkas tidak jauh darinya. "Baguslah semua terjelaskan."
Akashi berjalan mengambil berkas utama dimejanya dan mencoret memperbaiki beberapa kata. "Selesai," kata pria itu berlalu meninggalkan enam orang yang dibuat terdiam. Borgol dilepaskan, dan satu per satu dari mereka pergi sisa pria berkulit tan yang menatapnya kesal. "Ikuti aku dan kita akan menuju ruanganmu. Oh, dan jangan pernah keluar dari rumah ini jika kau ingin hidup, ada sensor dari segala arah jika kau mengenainya nyawamu taruhannya."
Midorima menghampiri Akashi yang berfokus pada berkas usang dikantornya menatap pria itu dengan gusar Midorima memberikan sebuah flashdisk. "Kamera pengawas pada penjara yang memantau Momoi dan rumah sakit ketika aku dirawat. Ada beberapa orang yang mencoba membebaskan wanita itu. Tapi, secara terus terang dia terlalu gila mengambil hal ini. Jika tidak saja pemikiran itu keluar begitu saja, nodayo."
Midorima menatap jam pada dinding dibelakang Akashi. "Cip wanita itu ditanam tidak sedalam yang aku pikirkan." Midorima mengerutkan dahi menatap tab yang disodorkan padanya. Gambar diagram seorang manusia dengan tanda merah dibagian paha yang sedikit redup. Suster yang kita temui dirumah sakit saat membantu melakukan oprasi. Berkatmu kita masih bisa menanam cip itu tapi, wanita bernama Momoi Satsuki yang masih ditahan. Kepala kepolisian menghubungiku ketika aku baru saja tiba ditempat ini. Seseorang menyamar menjadi anggota polisi dan membebaskannya tepat ketika penjagaan malam sedang senggang.
"Jadi, kesimpulan kita saat ini..." Akashi mengangguk. "Kedua wanita ini salah satunya seorang spy dan seorang pengalih perhatian." Midorima hanya bisa diam dan bergelud dalam pemikirannya bahkan Akashi menatap berkas didepannya dengan tidak ada niatan untuk membaca. "Musuh kita dipimpin oleh dua grup yang berbeda. Seperti yang gadis itu katakan, dan kurasa grup ini bukan grup semena-mena." Akashi menatap tab dan menggesernya berganti menjadi layar kamera disebuah ruangan.
Aomine berjalan dengan santai bahkan tidak meperdulikan jika wanita yang berjalan jauh dibelakangnya ini melakukan pemberontakan. Tiba disebuah ruangan yang aneh dengan bau semerbak yang familiar wanita itu mendekati ruangan yang bahkan kuncinya tergantung begitu saja.
"Ruangan apa ini?" Wanita itu bertanya dengan nada pelan. Aomine mendorong gagang pintu dan terlihatlah sebuah tempat.
Wanita itu hanya terdiam ketika melihat sebuah bar dibangun di dalam mansion. "Ini ruangan kesenangan bagi sebagian kami terutama ini permintaanku untuk meminta 'dia' membangunnya," ujar Aomine dan segera kembali menutup pintu dan menarik wanita itu menjauhi ruangan. Hingga mereka tiba disebuah kamar, kamar sederhana hanya bernuansa putih dan abu-abu dengan perabotan lemari dan nakas berukuran sedang serta jendela yang menyuguhi pemandangan laut langsung.
"Ini ruanganmu, jam setengah enam cobalah untuk kembali keruang rapat. Kami masih membutuhkan informasi darimu." Suara pintu tertutup wanita itu berjalan menghampiri jendela menatap laut biru yang tenang dengan matahari yang setengah terbenam. "Kalian tidak akan mendapatkan apapun dari kami." Wanita itu terdiam, terduduk dikursi menikmati waktu sesaatnya.
Aomine berjalan disebuah ruangan yang berada disuatu tempat di dalam mansion. Disana terdapat empat pria yang berkumpul dengan bermain billiard. "Kau bertaruh padaku Kise-chin!"
Pemuda dengan tatapan kosong itu menghampiri Aomine, "Dia bagaimana?" ujarnya menatap perkelahian temannya yang tidak berguna. "Tikus kecil itu kan segera sadar posisinya. Lagipula kita telah menduga ini sebelumnya hanya saja Akashi dan Midorima ingin mendapatkan lebih. Terlebih Akashi melihat 'dia' dan urusan ini akan semakin panjang."
Pemuda itu hanya mengangguk dan mencoba melerai kedua temannya yang mulai beradu argumen.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadistic Mafia
FanfictionSirine berbunyi dan para polisi mulai berpencar. Lampu merah dan biru yang bergantian menyala, suara decitan dan gesekan beradu menyebabkan suara bising disekitarnya. Malam yang dingin menjadi sebuah peristiwa besar bagi seorang wanita yang menjadi...