Semua tubuhku terasa sakit yang kuingat terakhir kali rasanya seperti mimpi, tubuhku dengan lemah manatap sekitar walau aku tau itu mustahil karena kini semuanya sia-sia saja. Tidak jauh seseorang berdiri disudut ruangan dengan mata tajam yang seakan menerkamku kapan saja. "Sudah bangun tuan sniper?" Aku hanya berusaha menggeliat dengan sekuat tubuhku namun, aku terdiam ketika aku mencoba merasakan kakiku tapi berikutnya aku hanya berteriak dengan kencang takala melihat jari kakiku yang hilang terpotong disekitarku.
Sebuah sel yang entah dimana keberadaannya, dalam sel itu terdapat seorang pria dengan rambut hijau lumut yang tergeletak dengan kedua tangan dan kakinya dirantai secara bersamaan. Kacamata yang dipakainya entah kemana dan hanya menyisakan bekas gores akibat pukulan seseorang yang tepat mengenai pangkal hidungnya. "Menurutmu mereka akan menyusulnya?" seseorang dibalik sel menatap dengan kesal pada orang yang berada didepannya. "Entahlah mengingat jika polisi merah itu tidak akan mengulur waktunya untuk melakukan hal konyol. Mungkin mereka akan meminta kerja sama dengan pihak polisi lain jika mereka tidak sibuk." ujarnya meninggalkan orang itu yang hanya diam kembali menatap ponselnya.
Tidak lama mata dengan surai hijau itu terbuka menampakkan mata hijaunya yang memandang tajam pada penjaga didepannya. Mencoba memandang sekitarnya dirinya menemukan sebuah kaca didekatnya namun ketika melihat rantai yang mengikat dirinya. Dengan kesal pria itu hanya diam memandangi langit. "Mengapa hidup ini menjadi serumit ini." Tanpa disadarinya gumaman itu didengar pria yang bersembunyi tidak jauh dari sel tempatnya berada. "Temanmu tidak akan datang bahkan ketika kami mulai menyiksamu." Surai hijau yang redup dan bahkan pemiliknya hanya terdiam beberapa saat sebelum sebuah kalimat terucap, pria penjaga sel itu meninggalkannya.
"Tak akan pernah ada yang hidup jika mereka berurusan dengan kami."
Akashi menggeram kesal ketika melihat beberapa anak buahnya yang tumbang terutama Aomine dan Kise. Sisanya, terkadang Akashi berpikir jika ini memang jebakan yang sengaja dibuat untuk menangkap satu per satu dari kelompoknya mengingat masalalu mereka yang sangat mengancam bahkan keika ingin pergi dari masalalu itu rasanya mustahil. Kagami kini berada disisinya dan mereka menuju suatu tempat yang merupakan bekas penjara dan kantor kepolisian yang lama. "Untung saja saranmu saat itu sangat tepat, Taiga." Pria itu hanya menoleh dan kembali memantau dengan binocular yang dipegangnya kini. "Tidak ada pergerakan tapi ada beberapa orang yang berlalu lalang walau mereka mencurigakan." ujarnya dan menatap Akashi yang menyiapkan pistol beserta silentcernya. "Lakukan seperti biasa ini akan sedikit mudah jika tidak ada ketua mereka disana."
Kagami mengangguk dan mulai mengambil pistol dan belatinya. "Aku akan mencoba dari belakang jika ada seseorang lain segera memberiku sinyal, Akashi." Pria itu dengan santai menyembunyikan pistolnya di punggung lalu mengangguk.
Kagami berjalan menjauhi tempat penjara dan menuju sewer didekat sana. Dengan hanya berbekal senter kecil yang dipegangnya Kagami menatap radar kecil pada pad dibawanya. "Inilah alasan kelompok ini dibilang sangat gila. Parahnya kami menyepakati jika tubuh kami ditanam alat pemancar gelombang radiasi." Dengan kesal dirinya menelusuri sewer yang bau itu hingga dirinya menemukan sebuah pintu yang nampak asing dan belum pernah dilihatnya sebelumnya. "Ini dia," matanya berbinar seperti mendapatkan jackpot. Memang pekerjaan ini tidak cocok untuknya tapi Akashi membutuhkannya dalam hal kekuatan tapi, kemungkinan yang dia dapat jika dirinya ikut dalam melakukan misi penyelamatan ini setidaknya dirinya akan berguna dan menghilangkan stres yang dideritanya akibat terlalu lama berada di labnya.
Dengan cepat dipasangnya C-4 rakitannya sendiri dan dirinya mulai menyiapkan dirinya dengan topeng dan belati kesayangannya. "Mari pemanasan sedikit sebelum kita beraksi." ujarnya bersamaan dengan pintu besi yang terbuka dan beberapa orang berlari mendekat dengan membawa senjata AK. Ditusuknya belati itu tepat antara leher dan bahu menyebabkan tergetnya tewas ditempat. Kagami dengan segit menusuk daerah vital musuhnya hingga mereka berdua terkapar. Sisa beberapa orang yang kabur dan segera Kagami mengejarnya.
Akashi menatap pos penjaga yang memandu dirinya menuju sebuah penjara yang dihuni oleh nara pidana kelas kakap yang barus saja dipindahkan dan segera setelahnya Akashi melihat Kagami yang sedang melawan beberapa orang yang tidak dikenalinya dalam daftar termasuk pria yang memandunya dan memberikan laporan palsu padanya. Hingga Akashi berhenti dan menatap sebuah sel penjara yang seharusnya kosong namun dihuni oleh seorang wanita. "Siapa namanya? Aku belum pernah melihat wanita ini sebelumnya." Pria itu menghampiri Akashi dan mencoba mencari nama wanita itu dalam daftarnya.
"Namanya, 'Sakura Kiomi' baru saja dipindah beberapa jam lalu dengan tuduhan membunuh seorang kepala DPR." Akashi hanya mengangguk dan ketika meminta melanjutkan perjalanan sel wanita itu terbuka dan dengan segera pistol diarahkannya pada paha wanita itu akibatnya beberapa polisi yang mungkin penjahat yang menyamar menjadi polisi menghampiri dan menodong pistolnya pada Akashi. "Anda diminta menyerahkan diri tuan!" salah satu polisi itu mencoba mendekati Akashi namun, suara Kagami yang terdengar membuatnya menembak dengan cepat lampu yang ada disekitarnya dan menggelindingkan beberapa bom ringan dan beberapa bom asap dan dirinya mendapatkan buruannya.
Berlari dengan cepat Akashi melihat wajah yang familier dan mata sedingin miliknya. "Lama tidak berjumpa teman lama." ujarnya, Akashi mendecih dan membiarkan orang itu kabur dan kini melihat target yang dibawanya tak sadarkan diri Akashi menghampiri Kagami yang berjalan terseok bersama dengan Midorima yang nampak babak belur.
"Ini tidak akan mudah." Segera dirinya berlari sebelum dirinya tersadar beberapa tempat ini telah dipasang bom waktu dan itu meledak dalam beberapa detik lagi lebih tepatnya 30 detik lagi. Akashi meminta Kagami mempercepat langkahnya dan menuju besment untuk mengambil salahsatu mobil polisi dan didapatinya dengan sebuah mobil hitam yang dirasa milik penjahat yang mencari masalah dengannya beberapa waktu lalu. Dilihatnya kunci dan semua lengkap dengan segera Akashi memasukkan wanita yang digotongnya kedalam mobil dan diambilnya Midorima segera setelah keduanya berada di dalam mobil Kagami yang dirasa dapat menyetir diserahkan tugas itu pada Kagami, "Cepat keluar dari tempat ini!" pintanya tapi mobil mereka ditembaki dari berbagai arah Dengan cepat Kagami menginjak pedal gas dan Akashi menembaki mereka dengan semampunya.
"Setidaknya dengan ini kita impas," Ujar Akashi menyerigai ketika pelurunya tidak sengaja mengenai perut pria yang berbicara ngawur padanya. Beberapa detik setelah mereka keluar tempat itu meledak tepat dengan dua mobil yang keluar bersamaan dengan mobil mereka.
Berita menyebar dengan cepat orang yang menjadi korban dalam insiden tersebut merupakan beberapa narapidana buronan dan setengahnya merupakan orang imigran. Akashi yang mendengar berita di televisi tepat di depannya hanya menghela nafas dan menatap kedua orang yang kini terbaring dengan infus dan perban di atas stretcher. "Jadi, kini kami yang menahanmu nona Sakura?" ujar Akashi dengan serigai legendanya. "Beritahu namamu, rubah manis yang licik!" wajah itu seketika berubah menajam menatap gadis yang terkulai lemah dengan infus yang penuh dengan darah yang terpasang pada tangan kanannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadistic Mafia
FanficSirine berbunyi dan para polisi mulai berpencar. Lampu merah dan biru yang bergantian menyala, suara decitan dan gesekan beradu menyebabkan suara bising disekitarnya. Malam yang dingin menjadi sebuah peristiwa besar bagi seorang wanita yang menjadi...