Akashi menatap dengan tajam ketika wanita yang diajaknya bicara hanya memalingkan wajahnya dan menatap arah lain dari sisi ruangan kamar rumah sakit. "Sudah kuduga, lanjutkan seperti ini aku jamin kau tidak akan bebas dari kami jika kau terus melakukannya dengan sengaja." Decihan terdengar membuat Akashi kini menatap wanita didepannya dengan acuh.
"Kagami panggilkan dokter minta lakukan operasi padanya sekarang, lebih cepat akan lebih baik." Pria dengan alis bercabang itu meninggalkan ruangan dan menatap Midorima yang baru saja siuman.
"Merasa lebih baik?"
"Bagaimana kau bisa dengan entengnya bilang aku baikan bahkan aku bermimpi mereka akan memotong jariku satu per satu."
"Bukankah itu bagus, aku akan melakukan hal yang sama padanya." liriknya pada target yang menurutnya tidak berguna.
"Lakukan saja, bahkan ketuanya tidak akan peduli. Dia hanya rekruan baru dan sialnya dia tertangkap oleh kita." Midorima berbalik dan menatap luar kaca pintu rumah sakit. "Sepertinya Kise dan Aomine kemari." Dan benar tidak lama kedua orang itu datang bersamaan dengan Kagami dan seorang dokter perempuan dan seorang suster.
"Lakukan didepan kami saja, aku tidak keberatan." Akashi memerintahkan dokter itu dengan wajah datarnya bahkan terbilang sengaja melakukan hal itu agar mereka berlima tidak ingin kecolongan jika pihak musuh bekerja sama dengan rumah sakit ini. "Mido-cchi, apa wajahmu baik? kupikir mereka bilang kau babak belur."
"Tch! Kau yang seharusnya menerima ini bagaimana bisa orang sepertiku menerima disiksa secara bruntal disana dan..." Midorima menatap Akashi yang menatapnyabalik dan serasa mengerti ditepuknya punggung suster itu lalu Akashi memintanya untuk mengambilkan beberapa obat anti mual. "Mereka menyuntikan itu lagi? Kupikir kau sudah pulih pasca traumamu."
"Tak akan semudah itu mengingat aku masih memiliki kecemasan akan hal itu."
"Akashi gadis itu kesakitan," tunjuk Aomine pada dokter yang masih melakukan bedah pada paha wanita itu. "Aku menembaknya dibagian kaki tapi yang terkena malah berada di paha, setidaknya tidak akan sesakit melakukan operasi kaki."
"Dan kau meminta dokter itu melakukan operasi seorang diri yang bahkan bius yang digunakan tidak akan pengaruh padanya selama wanita itu masih sadar."
"Bisakah kalian semua diam saya mencoba berfokus disini!" ujar dokter itu kesal dengan kebisingan yang dilakukan para pelangi. "Pokoknya kembali dari sini kita akan menuju tempat itu, Beritahu Tetsuya dan Atsushi." Mendengar itu mata Kagami melebar bahagia. "Akhirnya!" Aomine juga bersemangat ketika mendengar akan kembali ketempat itu.
"Sudah!" Bersamaan mereka berlima menoleh dan mendapati kaki wanita itu sudah diperban. "Dia akan siuman beberapa menit lagi, aku hanya memberinya obat bius dosis ringan. Mungkin kakinya akan sembuh tiga sampai empat minggu. Dan peluru yang di tembakan menembus sampai dagingnya. Untung saja aku bisa mengatasinya."
"Dan dimana suster yang bersamamu mengapa dia tidak kembali?"
"Aku tidak mengerti dan aku tidak akan berurusan dengan kalian lagi. Akan kuberi resep obat wanita itu dan aku akan mengambil obatmu juga." ujar dokter itu meninggalkan mereka dan Akashi menatap wanita itu dalam diam. "Tugas kalian yang ada disini aku sudah mengurusnya tinggal barang yang kalian butuhkan saja yang perlu dibawa. Aku akan memanggil sopirku seperti biasa."
"Ngomong-ngomong soal dia, Momoi wanita yang kita tangkap di istana kekaisaran, memberi clue jika kelompoknya tidak ada campur tangan dengan peristiwa ini." Wajah Akashi mengkerut, "bagaimana bisa aku bertemu dengannya kemarin bertapatan penyelatan Midorima." Batinnya yang mendengar penjelasan dari Kise.
"Urusan itu akan aku usahakan berbicara dengan kepolisian. Kalian semua hanya menunggu informasi dari dia, atau informasi lainnya." Akashi meninggalkan ruangan dengan tergesa sementara Midorima, Kise, Aomine dan Kagami. Mereka menunggu jemputan dan mengecek kondisi Midorima dan wanita itu.
Akashi tiba lebih dahulu dengan menggunakan speedboat-nya. Memeriksa penginapan yang telah lama ditinggalkan dan menuju sebuah ruangan didalam sebuah kamar. "Well, come to papa," serigai khasnya ketika melihat beberapa benda yang tergantung ditiap dinding.
"Akashi mungkin akan marah jika kita tak mendapat informasi darinya." Aomine menatap Kuroko yang melihat wanita itu lebih dekat. "Ini akan menjadi hal mudah Aomine-kun." Pemuda polos itu kini berganti menatap pria kuning didepannya.
"Selama disana semua tugas yang ada di lab akan dipindahkan pada kepolisian utama dan sisanya Akashi yang mengatur. Itu kata Jiraou-san kepala kepolisian. Dan untuk masalah penanggung jawab penjara itu diserahkan pada atasan Akashi." ujar Kagami panjang lebar dan hanya dibalas gumaman.
"Untuk gadis bernama Momoi itu, aku masih ingin megorek informasi darinya." Kise berujar sendiri ketika tidak sengaja dirinya melamun. Sementara wanita yang ditahan oleh mereka berada diantara Kise dan Aomine dan kursi bagian belakang diisi Kagami dan Midorima sementara Kuroko berada disebelah kursi pengemudi.
Akashi memeriksa beberapa ruangan dan beberapa sengaja dikunci olehnya dan kini setelah dirasa semua telah selesai dirinya berjalan mendekati kaca besar yang memantulkan pemandangan indah tepi laut dengan senja merah. Bahkan jika dibilang sebuah penginapan ini lebih terlihat seperti sebuah mansion dengan taman yang mengelilingi.
Pintu utama terbuka dan terdengar kerumunan dengan salah satu dari mereka kegirangan. "Jadi?" Akashi mendekati wanita yang kini menatap sekitarnya dengan mata berbinar. "Aku mengambil tanggungjawab penuh jika terjadi hal tidak diinginkan terutama berkaitan dengan kau." tunjuknya pada wanita yang kini berdiri tepat dihadapanya.
"Bawa dia keruang rapat," Kagami menariknya segera pintu bagian kanan terbuka dan terdapat ruangan luas dengan layar lebar dan meja bundar ditengahnya. Kursi antik berjajar mengelilingi meja dan diatas meja telah tersedia dokumen dan berkas yang diperlukan.
"Aku akan langsung mengatakan tujuanku, ini berkaitan dengan pembobolan bank di daerah Saitama. Mereka masih belum ditemukan dan hanya sebagian besar informasi yang didapat palsu. Selebihnya, tidak ada." Akashi mengakhiri pembicaraannya dan semua saling menganalisis data di depan mereka kecuali wanita yang kini duduk paling tengah di bagian belakang. Akashi menghampiri dan duduk disampingnya. "Mari aku memulai sesuatu yang mudah." Ujarnya dengan tatapan mata dwiwarna.
TBC
pic by bonp111 - pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadistic Mafia
FanfictionSirine berbunyi dan para polisi mulai berpencar. Lampu merah dan biru yang bergantian menyala, suara decitan dan gesekan beradu menyebabkan suara bising disekitarnya. Malam yang dingin menjadi sebuah peristiwa besar bagi seorang wanita yang menjadi...