Chapter 8: She Smiles

29 4 0
                                    


Kagami menatap ponselnya dengan serius ketika sebuah pesan aneh masuk pada nomornya. "Kami memiliki temanmu, tebak diantara kalian dia sekutu kami." Kagami hanya terdiam ketika melihat pesan itu dan menghapusnya setalahnya tanpa diketahui Kuroko berada disampingnya menatap dengan pandangan mencurigai Kagami saat ini.

Ini yang terjadi ketika semuanya menjadi canggung. Kuroko berjalan kembali menuju Kise dan Atsushi mengabaikan Kagami bahkan pria dengan alis bercabang itu kini menatap bosan pada ketiga rekannya. "Permainan apalagi ini." rancau Kagami tidak jelas.

Aomine berjalan mendekati ruangan yang sempat dilaluinya. Dibukanya pintu itu dan terdapat Midorima dengan meneguk segelas cairan bewarna biru. "Tumben kau berada disini," Aomine berjalan menuju laci kecil terdapat gelas tersusun dengan rapi, diambilnya gelas tabung kecil dan sebotol kaca berisi cairan kuning kecoklatan dan dirinya mendekati Midorima dan mengambil duduk tepat disampingnya.

"Kau tau pesan dari ponselnya Kagami?" Aomine hanya mengangguk mendengarkan. "Akashi memintaku hanya untuk memberi tau padamu saja. Salah satu dari kita ada yang menjadi mata-mata mereka entah sejak kapan. Jangan ada yang membocorkan hal ini. Yang tau saat ini hanya aku, kau, Akashi dan Kagami sendiri sementara Akashi meminta untuk tidak memberi tahukan pada yang lain."

Aomine kembali menegak kedua kali gelas yang dipegangnya. "Lalu, wanita itu?" Aomine mendekati botol kaca Midorima dan mengambilnya, mengisi gelasnya yang kosong. "Perlakukan seperti tikus kecil yang tidak berdaya, atau mungkin kau bisa memperlakukannya seperti anjing penurut."

Aomine hanya menyerigai dan kembali menegak entah keberapa kalinya pria itu menuangkan cairan pada gelas kaca yang dipegangnya. "Makan malam kali ini Kagami yang buat hanya saja aneh jika Atsushi tidak membantunya atau mungkin aku mulai mabuk?" Rancau Aomine ngawur dan dirinya menghampiri papan dart yang tidak jauh darinya melemparkan satu per satu. "Ya, ini menjadi rumit seketika." Ujar Midorima menegak segelas penuh sebelum meninggalkan Aomine diruangan itu sendirian.

Kuroko berjalan menuju pantai sendirian dengan menikmati deburan ombak yang terdengar jelas ditelinganya. Tatapan kosong itu diberikan pada sosok yang bersembunyi dibalik karang dengan memberikannya sebuah kaset dan sosok itu pergi meninggalkannya begitu saja.

Kuroko kembali menuju ruangannya dengan melewati pintu belakang. Menghindari tatapan aneh dari rekannya dirinya bergegas berjalan meninggalkan mereka. Dalam kamarnya diambilnya pemutar kaset dan dengan earphone dirinya mendengarkan pesan dari suara berat seseorang.

Dimeja makan kini semua makan dengan tenang bahkan wanita itu dengan perlahan menikmati makanan yang disuguhkan padanya. Semua makan dengan diam tanpa ada suara dan ketika mereka selesai makan. Akashi meninggalkan begitu saja dan suara mobil diluar terdengar menjauh. "Jadi, aku akan memulai pembicaraannya." Tatapan tajam itu diarahkan pada wanita yang menatap mereka tanpa ada isyarat atau pergerakan sama sekali. "Walau kami sudah tau datamu sepertinya dengan menggunakan nama samaran tidak akan berpengaruh pada kami." Kise melanjutkan pembicaraan dengan wanita itu menatapnya dan hanya memberinya tatapan tersenyum saja. "Kalau begitu jika kalian tahu seharusnya aku tidak perlu lagi memperkenalkan diri." wanita itu mengakhiri pembicaraan dengan menatap datar pada ke enam pria didepannya.

"Baiklah, jangan salahkan kami jika salah satu dari kami memanggilmu dengan sebutan tidak senonoh." Wanita itu terdiam dan hanya menatap tidak suka pria berambut kuning didepannya. "Namaku-"

"(Fullname)" Semua yang ada disana menatap kearah Kuroko. "Apa?" Sementara dengan polosnya pemuda itu hanya menjawab singkat kepada rekannya. "Kuroko teme!" Kesal Aomine menatap Kuroko yang berakting polos di depan mereka semua.

"Aku hanya mengatakan namanya saja, apa salah?" Sementara Kise hanya bergumam tidak jelas menatap temannya yang tidak bisa membedakan polos dengan dungu. Sementara Midorima mengambil ponselnya disaku dan menatap pesan dari seseorang diseberang sana.

My Sadistic MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang