Ice prince

520 87 5
                                        

Sinar mentari menembus memasuki jendela yang besar dimana pemiliknya masih terlelap diatas katil kesayangannya. Seorang pemuda berkulit putih pucat dengan hidung bangir serta bibir merah, begitu rupawan bagaikan putri salju dalam versi lelaki.

Matanya masih terpejam tetapi aura dingin dan kesepian masih begitu terasa. Setiap orang yang dulu bertemu dengannya selalu berkata,

" hidupnya begitu sempurna, tapi kasihan dia tidak bisa menikmatinya."

Ia membuka manik cokelat yang dilengkapi bulu mata yang lentik itu ketika mendengar ketukan dari luar kamarnya.

" Rei, aku berangkat dulu ya. Kamu ingatkan hari ini hari pertama kita SMA?"

Suara itu yang selalu didengarnya tetapi ia tak bisa menjawabnya. Ia bangun dari katilnya dan berjalan mendekat kearah pintu yang besar dimana pemilik dari suara yang dapat menghangatkan hatinya itu berada.

"Nanti pulang sekolah aku bakal ceritain semuanya sama kamu. Aku janji." Tambah pemuda itu, dia mematung didepan pintu itu dan menyetuhnya.

"sampai nanti," gumamnya dan tentu saja tak bisa didengar oleh pemuda itu.

"aku pergi dulu, kamu baik-baik ya di sini, bye."

"aku menantikannya,Kei." Gumamnya lagi dan berjalan menuju sebuah kursi yang berada didekat jendela yang juga merupakan tempat favoritenya.

Ia kembali terdiam, hingga sekumpulan kupu-kupu di taman bunga menarik perhatiannya. Sinar mentari menorobos semakin jauh kedalam kamar pemuda yang memiliki nama lengkap Reinan Atma Purnama. Putra pertama atau lebih tepatnya saudara kembar dari Keinan Atma Purnama. Anak dari pasangan konglemerat yang cukup berpengaruh disana.

Manik indahnya masih fokus memperhatikan sekumpulan kupu-kupu yang terbang dengan bebas. Hingga membuatnya tak sadar jika sinar mentari kini telah menyinari setengah tubuhnya.

"hah," ia terkejut kemudian berdiri dari posisi duduknya dan meninggalkan tempat favoritnya itu.

"huh, hampir saja." Ucapnya lega dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Para pelayan masuk kedalam kamar dan segera merapikan tempat tidur yang berukuran besar itu. Juga tak lupa mereka menyiapkan sarapan. Setelah itu menutup gorden agar sinar mentari tak menyelinap masuk kedalam kamar bernuansa hitam putih itu. Sebelum dia selesai mandi para pelayan sudah harus selesai mempersiapkan segalanya dan harus segera keluar.

Itu adalah perintah darinya. Hingga sampai sekarang tidak ada satupun pelayan yang mengetahui seperti apa wajah Reinan ketika remaja. Mereka tidak tau jika yang mereka rawat selama ini telah tumbuh dengan baik dan berparas rupawan akan tetapi ia memiliki kepribadian yang dingin walaupun hidup disebuah keluarga yang kaya raya.

Ia menatap wajahnya dicermin. Mengamati setiap jengkal bagian tubuhnya. Mulai dari kaki yang jenjang, hidung yang terpahat sempurna, bibir yang begitu indah, manik coklat yang dapat membuat siapa saja terpesona hingga kulit putih yang begitu pucat. Semua bagian tubuhnya sangat mirip dengan saudara kembarnya kecuali bola matanya. Hingga ia menyadari ada suatu hal lagi yang membuatnya tidak terlihat seperti saudara kembarnya.

Senyuman, saudaranya selalu tersenyum itulah yang menjadi perbedaan besar diantara keduanya. Senyuman mungkin sekarang ia sudah lupa bagaimana melakukannya.

Sudah sangat lama ia tak pernah tersenyum lagi. Karena senyuman itu sudah direnggut saat ia berumur 7 tahun.

10 tahun lalu

"bagaimana keadaan putra saya dok?" tanya seorang wanita dengan nada yang sangat cemas.

"begini nyonya, kondisi tuan muda saat ini sedang tidak baik. Setelah di lakukan pemeriksaan terhadap semua gejala yang nyonya dan tuan jelaskan kepada kami serta yang kami amati pada tuan muda. Kami mediagnosis bahwa tuan muda mengidap salah satu penyakit langka." Terang dokter itu.

"apa?" wanita itu tak mampu menahan tangisnya dan menangis didalam pelukan suaminya. Rasanya ujian yang menimpa putra pertamanya sangatlah berat. Putranya masih sangat kecil. Seharusnya ia masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk menikmati hidupnya dan menjelajahi dunia luar. Tapi sekarang, ia mungkin tidak akan pernah lagi melihat dunia luar dikarenakan penyakitnya.

Xeroderma pigmentosum sebuah kelainan genetic dimana penderitanya menjadi sangat sensitive terhadap sinar matahari. Sebenarnya gejala ini sudah terlihat disaat Reinan berusia 3 tahun.

Dimana suatu ketika Rei dan Kei sedang bermain di taman dan saat itu Rei hanya menggunakan kaos berlengan pendek. Tiba-tiba ia menangis dan menghampiri mamanya dan saat itu tangan Rei sudah melepuh juga perlu waktu yang cukup lama untuk sembuh.

Itu merupakan salah satu gejala dari seorang yang menderita xeroderma pigmentosum. Untungnya saat itu Rei masih bisa bermain diluar rumah meski harus menggunakan pakaian yang tebal. Walaupun Rei sering jatuh pingsan ketika bermain disaat suhu diluar sangat panas.

Akan tetapi ketika ia berusia 6 tahun orang tuanya menjelaskan bahwa penyakitnya semakin parah, sehingga ia tak bisa keluar rumah lagi meskipun sudah menggunakan pakaian yang tebal.

Flashback off

Hingga saat ini, Rei tumbuh tanpa pernah sekalipun lagi melihat dunia luar. Ia hanya melihat semua itu dari ponselnya atau cerita dari adiknya. Dan hal ini jugalah yang menjadi alasan mengapa ia sangat menyukai kupu-kupu. Karena, menurut I Gusti Ngurah a. Wijaya, kupu-kupu melambangkan perjalan hidup yang penuh perjuangan hingga mencapai keindahan hidup. Dimulai dari ulat yang sering dihina karena jelek hingga menjadi seekor kupu-kupu yang menjadi simbol kecantikan. Selain itu, kupu-kupu juga melambangkan kebebasan yang merupakan salah satu keinginan Rei.

Ia ingin bebas seperti kupu-kupu. Ia ingin bebas pergi kemanapun yang ia inginkan. Ia ingin bebas seperti saudaranya yang dapat menikmati hidup sesuai dengan yang ia inginkan.

Namun, itu semua hanya dari sudut pandang remaja yang belum sempat menikmati hidupnya. Jelas berbeda dengan sudut pandang remaja yang mungkin saat ini menanggung semua ekspektasi orang tuanya.

To be countinued

Perfect TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang