10 tahun berlalu...
"ARGHHHHHH!!!"
Teriakan melengking terdengar dari toilet cewek membuat beberapa siswa SMA Nusantara yang saat itu berada disekitar lokasi ikut bergerombol penuh penasaran. Selang beberapa menit keluarlah Siska, anak kelas 11-IPS 2 yang selain terkenal memiliki bentuk bodi semlohay juga terkenal galaknya.
"Siapa yang berani ngintip gue?" dia berlari ke belakang berharap menemukan pelaku. Diikuti beberapa siswa lain.
Sementara dibelakang bangunan seorang cowok sedang meringis kesakitan. Pemandangan yang tak sengaja dilihat membuat dia kaget hingga terjatuh dari atas pohon mangga. Dia tidak lain adalah Genta, bocah pengecut yang sebenarnya berniat menggembalikan anak burung yang terjatuh dari sangkarnya. Malah apes, batinnya.
Siska yang termakan emosi langsung menarik kerah Genta.
"Lo yang ngintip gue? Demen lo sama gue HAH!!!"
"Ampun kak, saya nggak sengaja kak. Sumpahhh."
"Sumpah-sumpah. Gue sumpahin digentayangin setan lo!!!"
Genta yang terlihat culun dimata Siska pun dilepaskan. Tidak seperti cowok-cowok nakal biasanya yang suka berulah. Dilihat-lihat lagi tampaknya bocah itu juga menyesal.
Siska memperhatikan sekitar beberapa pasang mata mengamati mereka. Tidak ingin memperbesar masalah ini yang hanya membuat citra dirinya rusak, Siska memilih membiarkan Genta kali ini."Awas kalo lo macem-macem lagi." Tunjuk Siska memperingatkan sebelum pergi.
Beberapa orang sempat bisik-bisik sebelum membubarkan diri membicarakan Genta yang selama ini dianggap nggak banyak tingkah cenderung pendiam malah berani melakukan aksi tersebut.
"Lo mainnya kurang alus sih, bro. Lain kali gue ajarin hahah." Celetuk seorang siswa menepuk pundak Genta kemudian meninggalkan dia sendiri di tempat itu.
***
Genta yang tampangnya pas-pasan atau malah terkesan culun, tidak pernah bercita-cita menjadi rangking 1 karena dia sadar diri, dia tidak sepintar itu. Jangankan rangking, untuk mendapatkan nilai sesuai KKM saja itu sudah sulit. Dia juga tidak memiliki bakat yang bisa dia ditonjolkan. Genta sekadar murid biasa-biasa saja yang berharap disemester kedua dikelas sepuluh ini bisa naik kelas. Mungkinkah itu terjadi? Batinnya ditambah memikirkan kejadian yang kemarin membuatnya sedikit terkenal semakin membuat overthinking.
"Ta, udah bel istirahat tuh," kata Bimo bangkit dari duduknya.
Bimo adalah teman sebangku sekaligus bromance satu-satunya di sekolah ini. Sebelas-duabelas otaknya dengan Genta, jomblo muka pas-pasan, pintar enggak, kuper iya. Kesamaan itulah yang membuat mereka menjadi teman dekat. Bedanya saja hanya diperut dan badan Bimo lebih berisi 30 kg ketimbang Genta yang badannya lurus kerempeng.
"Lo nggak mau makan di kantin? Perut gue udah keroncongan nih belum diisi."
Yang ditanya masih asik menidurkan kepala dimeja, berpaling muka. "lagi males, duluan aja ntar gue susul."
Sebenarnya Genta sendiri tidak yakin ingin menyusul atau tidak. Kata 'malas' adalah topeng untuk menututupi rasa malunya ketika bertemu dengan orang-orang.
"Yaudah, gue duluan yak." Bimo berlari kecil keluar meninggalkan Genta, dia tak sabar mengisi perut kosongnya, takut keburu pingsan.
Ketika memastikan kondisi kelasnya benar-benar kosong, Genta menarik badannya bersandar di kursi. Sekarang yang harus dia pikirkan adalah apa yang harus dia lakukan di jam istirahat ini karena tiduran hanya akan membuat badannya sakit. Dia butuh ruang sepi selain gudang ataupun pohon beringin yang katanya angker di halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentayangan
Random-Bukan cerita horror yang harus ditakuti- Bermula ketika Genta yang dikeroyok kakak kelasnya, dalam keadaan terdesak tanpa sengaja membuat dia dapat melihat sosok Sukma yang sudah 10 tahun gentayangan. Sukma yang selama ini merasa kesepian memilih...