2.

4 2 0
                                    


"Btw sorry gue gak bisa nungguin lo, gue harus berangkat sekarang soalnya gue mau salin PR."

"Ih Kila tungguin gue! Gue masih pake seragam!" Teriak Nea dari dalam kamar, tapi Kila tidak peduli dan pergi begitu saja dengan mobilnya. Ketika mendengar suara mobil keluar dari bagasi Nea cepat-cepat keluar dengan sisir di tangannya.

"Kila! Bangsat banget gue ditinggal!"

Nea menghentakkan kakinya sambil menyisir rambutnya, wajahnya terlihat kesal tapi perempuan itu tetap santai menyisir rambut di depan rumah dengan mata tak lepas dari mobil Kila yang semakin menjauh. Dia tak sadar Niki sedang melihatnya sambil tertawa. "Bareng gue aja." Teriak Niki dari seberang sana.

"Gapapa, gue bisa pesan ojol. Lagian gue masih lama, masih harus pake sepatu." Balas Nea kemudian masuk ke dalam rumah. Dia langsung memakai sepatunya dan sedikit mencatok rambutnya.

Nea keluar lagi dari rumahnya sambil sibuk mencari ojek online. Matanya terlalu fokus di layar ponselnya sampai tidak sadar Niki sedang duduk di atas motornya, depan pagar rumah Nea.

"Eh kaget gue, lo ngapain diem disitu?" Nea menghampiri laki-laki itu dengan wajah bingung. Sementara Niki langsung memakaikan helmnya ke Nea dan menyuruh Nea naik ke atas motor. "Tapi gue udah terlanjur pesen ojol nik."

"Batalin aja, bisa kan?"

"Tapi kasihan."

"Anterin lo ke sekolah termasuk permintaan kedua gue, jadi cepet naik." Ucap Niki membuat Nea diam. Nea tidak bisa berbuat banyak selain naik ke atas motor dan membatalkan ojek online yang dipesannya.

Setelah Nea naik ke atas motor Niki segera menjalankan motornya menuju ke sekolah. "Sejauh ini semua permintaan lo gak ada yang ngerepotin." Kata Nea memecah keheningan antara keduanya. Niki hanya tersenyum tidak membalas perkataan Nea.

"Lo kayak bukan Niki yang gue kenal, Niki yang gue kenal suka ngerepotin gue."

Perempuan itu perlahan melingkarkan tangannya di pinggang Niki dan meletakkan dagunya di bahu Niki. "Kalo lo punya masalah lo bisa cerita ke gue."

"Masalah apa? Gue baik-baik aja sebelum lo meluk gue."

"Hah?"

"Tangan lo."

"Eh iya sorry." Nea cepat-cepat menarik tangannya, saat itu juga Nea mengutuk dirinya sendiri sambil menahan malu. "Shit." Gumamnya. Mungkin karena sudah terbiasa saat pacaran dulu Nea jadi reflek memeluk Niki.

Akhirnya mereka berdua sampai di sekolah. Setelah Niki memarkirkan motornya Nea turun dan langsung pergi duluan ke kelas meninggalkan Niki yang kewalahan mengejar Nea. "Nea, tungguin gue." Panggil Niki sebelum dia bertabrakan dengan guru matematika yang kebetulan wali kelas dia dan Nea juga.

"Maaf bu, saya gak sengaja." Niki berjongkok membantu bu Windy mengumpulkan buku-buku anak kelas 10 yang jatuh karena di tabrak Niki. Sadar dengan kejadian di belakang sana Nea kembali membalikkan badannya lalu berjalan menuju Niki yang berjarak sepuluh langkah darinya.

"Niki, kamu udah sembuh? Kok udah sekolah lagi?" Tanya bu Windy ketika sadar murid yang menabraknya adalah Niki.

Niki hanya mengangguk sambil tersenyum tipis kemudian memberikan buku-buku itu ke bu Windy. "Jangan dipaksain ya nik, kalo kamu ngerasa gak enak badan langsung ke UKS atau kamu bisa pulang aja." Setelah bu Windy berkata seperti itu Nea sampai di depan mereka berdua.

"Kenapa?" Bisik Nea ke Niki.

"Gapapa."

"Kebetulan saya ketemu kamu disini, Nea saya minta tolong kamu bilangin ke yang lain buat kerjain tugas yang ada di buku cetak matematika halaman 37 soalnya saya harus ke ruang kepala sekolah sebentar jadi akan terlambat masuk kelas." Bu Windy menepuk bahu Nea si ketua kelas lalu pergi meninggalkan keduanya.

N I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang