3 - Satu Langkah Lebih Dekat -

27 7 0
                                    

Bosan, bosan, bosan...Saat ini Kayana tengah duduk di bangkunya menunggu pergantian pelajaran.

Ms Bel, guru sejarah yang seharusnya sudah berdiri dan mengajar kelasnya dari 30 menit yang lalu tidak jadi datang. Katanya sih ada urusan mendadak entah apa lah urusan itu. Jadilah dia dari tadi hanya mengscroll layar hp nya.

"Kay, PUBG oke kali nih."

Jimin menyikut tangan Kayana sembari menaik-naikkan alisnya sebelah.

"Hmm..males ah. Gue keluar dulu deh."

"Ga asik lo, mo kemana emangnya. Ke kantin ya?Kalo iya beliin gue milk tea dong, lagi haus nih!"

"Bodo ga peduli, Kayana mau pergi ke kelas ka Aarav dulu papaiiii."

Wajah Jimin memperlihatkan raut sedang menahan muntah. Penglihatan dan pendengerannya serasa sudah tercemar karena melihat tingkah aegyo Kayana barusan.

"Cape banget, udah dibilangin masih aja keras kepala." ujarnya sambil menghela napas singkat

Melihat sign bertuliskan "12 IPA 5" yang digantung itu, Kayana berjalan mendekat ke arah jendela dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Melihat sign bertuliskan "12 IPA 5" yang digantung itu, Kayana berjalan mendekat ke arah jendela dari luar.
Bola matanya bergulir kesana kemari untuk mencari sosok orang yang sudah ia dambakan.

Tiba-tiba saja Kayana merasakan ada tangan yang menyentuh bahunya. Tersentak akan hal itu, ia menolehkan kepala ke belakang untuk melihat siapa empunya tangan tersebut.

"Kak Aarav?!"

"Sshhh, pelanin suaranya. Kamu lagi ngapain disini?"

"Ha? A-ah itu, apa tuh namanya...ntu loh."

PANIK PANIK PANIK

Ia tak menyangka bahwa orang yang sedari tadi ia cari akan berada tepat di belakangnya. Mencoba cari alasan untuk menjawab pertanyaan Aarav yang masih menganggur.

"Kayana tadi mau ke toilet tapi gatau kenapa malah ke kelas Ka Aarav. Hehe..."

Kepalanya menunduk menahan rasa malu, alasan macam apa itu! Kayana memainkan ujung bajunya sebagai upaya pengalihan, masih tak berani untuk melakukan kontak mata dengan pria bernetra cokelat tua yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.

Aarav lagi-lagi tertawa gemas akan tingkah laku Kayana. Kenapa adek kelasnya yang satu ini selalu berhasil membuatnya merasa terhibur.

Mengusak surai cokelat-muda milik Kayana dengan senyum pepsodentnya yang lebar, sampai-sampai gigi kelincinya muncul.

"Dek Kaya pengen nemuin ka Aarav ya?"

Re-attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang