6 - Teman Lama? -

24 9 1
                                    

Hai semua! Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke temen kalian yg suka baca ff kookv ya! Semoga suka sama ceritany,
~happy reading <3~

🌱

"Kay, lu ngerasa ada yang perhatiin lu dari tadi ga si?"
Sedari tadi Jimin merasa ada yang terus menatap ke arah mereka berdua, lebih tepatnya ke arah Kayana.

"Hm? Engga ada deh perasaan. Lu mulai halusinasi lagi ya Jim?" balas Kayana.

"Heh kuda ngepet, liat ke arah kanan pojok. Si anak baru Zayn Malik itu ngeliatin ke sini mulu. Ke elu sih sebenernya."

Mendengar pernyataan tersebut, Kayana memutar kepalanya dan menoleh ke arah kanan pojok. Dan benar apa kata Jimin. Saat ini, pria bernama Zein itu tengah menatapnya secara terang-terangan. Tatapannya sungguh tajam sampai bulu kuduk Kayana berdiri merinding.

Secepatnya Kayana berbalik dan mengalihkan pandangannya pada papan tulis yang ada di depan. Jimin melihat gerak-gerik panik Kayana. Ia menjadi semakin penasaran, sebenarnya apa hubungan di antara si murid baru dengan sahabatnya? Mengapa pria berasal amerika tersebut terus memerhatikan Kayana?

.
.
.
-❄️-

Keduanya keluar dari kelas untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi menahan rasa lapar. Jimin sudah memutuskan untuk bertanya pada Kayana mengenai relasinya dengan si murid baru Zein. Namun tahu-tahu, langkah kaki Kayana berhenti begitu saja. Ia reflek jadi ikut berhenti.

"Eitss, kenapa lu tiba-tiba berhenti? Untung ga gue seruduk dari belakang."

Matanya menangkap pergerakan tangan Kayana yang sekarang sudah mengepal erat. Jimin mengikuti arah pandang Kayana dan sekarang ia tahu apa penyebabnya. Persis di seberang lapangan basket, Aarav sedang terbahak-bahak dengan seorang siswi yang terlihat asing pada netranya. Sepertinya dia adalah murid perempuan baru yang anak kelasnya sempat beritahu tadi. Tapi mengapa rupa-rupanya Aarav dan murid baru itu terasa dekat sekali?

"Kay, kita ke kantin lantai atas aja. Biar lu ga makin overthinking, yah?"

Masih tak bergeming. Kayana masih larut dalam lamunannya. Lagi-lagi pikiran buruk itu kembali menyerang.
Jimin yang melihatnya segera menarik pergelangan tangan Kayana.

"Udah ayoo cepet, laper nih. Perut gue udah minta diisi dari pelajaran pertama."
Pun keduanya melenggang pergi dari sana.

Sampai di kantin lantai atas, Kayana dan Jimin masing-masing telah memesan makanan mereka.
Saat ini mereka tengah mengisi rasa laparnya.

Garis wajah Kayana masih terlihat tak tenang. Jimin menjadi khawatir akan temannya yang satu ini. Karena biasanya, sekali Kayana overthinking tak akan ada akhirnya. Raganya sih ada disini, akan tetapi jiwanya seperti masih tertinggal di tempat sebelumnya.

"Kay, gue mau nanya lu sesuatu deh." ucapnya berusaha mengalihkan pikiran Kayana.

"Nanya apa?"

"Lu tuh ada hubungan apa sih sama si anak baru Zein, Zain itu?"
Jimin akhirnya menanyakan hal itu juga, tanpa mau basa-basi ia langsung masuk ke inti.

"Hah...Nga ada, gue juga baru kali ini ngeliat dia. Lu dapet kesimpulan kayak gitu dari mana coba."
Kayana tak habis pikir apa yang ada di pikiran Jimin. Mengapa teman cebol dan bobroknya ini bisa berasumsi begitu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Re-attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang