4 - Keinginan Lama -

19 6 0
                                    

"Kayana ga perlu takut. Ka Aarav juga suka sama kamu. Bukan, lebih tepatnya sayang. Kayana mau jadi pacar ka Aarav kan?"

~Re-Attempt~
selamat membaca <3

~Re-Attempt~selamat membaca <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hening, tak ada balasan. Suara daun yang saling bersentuhan, terdorong angin, melingkupi ruang pendengaran keduanya. Kayana masih tak bergeming, ia perlu mengatur ulang memori otaknya. Yang barusan itu nyata apa mimpi?

"Dek Kaya, kamu pasti kaget banget ya? Ka Aarav tau ini terlalu mendadak, kamu gak perlu jawab sekarang."

Kayana mulai membuka pita suaranya.
"Kak Aarav..."

Mendengar namanya disebut, ia memusatkan seluruh perhatiannya pada Kayana.

"Iya, kenapa?"

"Ka Aarav beneran suka sama Kayana? Itu...Kayana kan laki-laki, bukan perempuan. Mantan kekasih Ka Aarav kan ga pernah ada yang selain perempuan."

Pertanyaan itu terlontar dari bibir Kayana. Pertanyaan yang sebenarnya seringkali datang dan singgah dalam pikirannya. Karena sepengetahuan dirinya, Aarav masih seperti pria pada umumnya, ia tidak belok.

"Kamu ga perlu khawatirin itu. Emang Ka Aarav belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki, tapi Kakak mau belajar untuk dapat mencintai dek Kaya dengan benar."

Netra yang lebih muda saling bertatapan dengan yang lebih tua. Tak ada kebohongan disana, hanya ada ketulusan dan kepastian.
Kayana memperlihatkan senyumnya yang paling manis. Ia tak bisa mengulum senyuman lebih lama, serotoninnya sudah menumpuk bak gunung yang siap meledak.

Tak ada hujan tak ada badai, tahu-tahu Kayana tertawa kecil.

"Kenapa cekikikan gitu?" tanya Aarav karena penasaran

"Gapapa, Kayana bahagia banget sekarang."

Berjalan mendekat ke arah Aarav sambil menundukkan kepalanya sedikit. Ia menggigit bibir bawahnya sebentar, memantapkan hati. Kemudian berjinjit untuk mengecup pipi kiri Aarav.

Chup!

Meski hanya sekilas, namun tetap saja hal itu membuat Aarav kaget bukan main. Seluruh tubuhnya membeku dan tak bergeming selama beberapa detik.

Kayana yang melihat Aarav terdiam bak patung itu tertawa. Ia tak pernah melihat sikap Aarav yang seperti ini sebelumnya. Kakak tingkatnya itu selalu saja memperlihatkan wajah tenang nan damainya. Di matanya, Aarav adalah sosok pria yang siap siaga menangani berbagai masalah dengan kepala dingin.

Re-attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang