5 - Andai Waktu Berhenti-

16 8 0
                                    

Saat ini mereka tengah berada di sebuah fine dining Italia bernama Semifreddo. Restoran ini memiliki nuansa eropa yang elegan dan nyaman dengan warna cokelat tua mendominasi ruangannya.
Lampu gantung yang menghiasi juga menambahkan suasana glamor. Rasanya sudah seperti berada di Eropa sungguhan.

"Bagus banget ka Aarav tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagus banget ka Aarav tempatnya. Kayana suka banget restoran Eropa kayak begini."

Tersenyum merasa bangga mendengar Kayana memuji tempat makan pilihan Aarav.

"Ka Aarav tau kamu suka yang kayak gimana. Ini official date pertama kita kan? Harus yang terbaik dong."

Kayana sungguh tersentuh dan gembira akan usaha yang Aarav berikan untuk acara makan bersama mereka. Sejujurnya, sampai saat ini ia masih tak percaya kalau pria di hadapannya sekarang juga sangat menyayangi dirinya.

"Makasih ya kak. Ka Aarav udah nyiapin banyak hal buat Kayana. Jujur aja, Kayana sempet ngerasa kalo ini semua belum tentu nyata." ujarnya dengan arah pandang tertuju pada piring di depannya.

Kedua tangannya dipautkan depan dada sebelum kembali berucap.

"Ka Aarav tau ga sih Kayana selalu ngimpi-ngimpiin ini semua. Dari dulu pengen ngelakuin banyak hal baru sama ka Aarav, cuman ketahan sama perasaan takut."

"Kenapa harus takut?"

"Ya takut ka Aarav ngerasa jijik sama Kayana. Takut ka Aarav malah risih dan ngejauhin Kayana. Takut hubungan pertemanan ka Aarav sama Kayana yang udah dibangun dari masih kecil rusak gitu aja."

Membicarakan hal ini membuat Kayana kembali teringat akan perasaan-perasaan tak mengenakkan yang pernah ia lewati.
Rasa sukanya yang begitu dalam, sampai-sampai ia memilih untuk memendam.

Termenung sebentar, lalu ia menatap sang pujaan hati kala mendeteksi adanya pergerakan tangan yang lebih tua, menggenggam tangan lentiknya.

"Dek Kaya, ka Aarav minta maaf ya. Maaf udah ngebuat kamu nunggu lama." katanya sambil menyorot netra indah dan terang yang lebih muda dengan tatapan teduh.

Masih setia menggenggam tangan satu sama lain. Namun sayang terputus karena pelayan restoran datang membawa dua piring pasta fusili yang dilumuri oleh saus krim nikmat ke hadapan mereka.

"Yaudah makan dulu ya biar ga laper kamu nya."

Suara garpu yang saling berdenting dengan piring terdengar, masing-masing mulai menyantap hidangan lezat yang ada disana.

-❄️-

Rasa lapar sudah tergantikan oleh rasa puas dan kenyang. Hujan mulai datang, merintikkan airnya. Seperti biasa, Aarav akan mengantarkan Kayana pulang.

Re-attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang