-scared

429 42 3
                                        

is it just our bodies?
are we both losing our minds?

###





Ruangan yang hampir sepenuhnya gelap yang saat ini memenuhi pandangan netra miliknya, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan untuk menemukan seseorang namun nihil,

"Seong?"

Lampu ruangan itu ia nyalakan dan benar saja, tidak terlihat seorangpun disana, hanya kantung belanja dan payung yang tersandar di dekat dapur, terlihat berantakan. Rasanya seperti ditaruh sembarangan.

Sunghoon mencoba beralih menuju kamar dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati semua barang yang ia kenali barang dari meja nakas berantakan, berserakan di lantai dengan Jongseong yang terbaring di antara barang-barang itu.

"Jongseong!! Astaga."

Panik sungguhan menjalari perasaan Sunghoon saat ini, menghampiri Jongseong yang tidak sadarkan diri. Sunghoon mulai mencoba mengguncang tubuh milik Jongseong namun rasanya nihil, tidak ada tanda dia akan bangun,

Pandangannya kemudian terfokus pada suatu titik dan menyadari bahwa baku jari tangan Jongseong saat ini sedang berdarah. Dan ketika ia mendongak, cermin di hadapannya sudah hampir hancur dengan retakan disana.



Marah, kecewa, putus asa,



Sunghoon bisa membayangkan Jongseong yang membuat kamar mereka berantakan sambil berteriak—memukul cermin dengan keras. Merasakan segalanya menjadi satu dari sana dan begitu saja pertahanannya runtuh.

Dadanya sesak. Perasaannya juga sakit menyadari apa yang tidak ia lihat terjadi.

Air mata itu mengalir begitu saja, Sunghoon menangis, memeluk Jongseong perlahan. Perasaan bersalah itu begitu menggerogotinya. Persetan Sunghoon, hubungannya dengan Jongseong tidak bisa ia abaikan begitu saja dan akal sehatnya menghilang dengan mudahnya tadi.

"Jongseong. . . maafin aku."

Berusaha untuk membaringkan Jongseong di kasur mereka untuk kemudian terduduk di pinggirnya. Sunghoon kali ini memandangi wajah dengan garis rahang yang selalu tegas itu, yang selalu ia puja dahulu. Menatap sayu, masih dengan perasaan menjadi manusia paling jahat sedunia. 

Ia perlahan menyandarkan kepalanya pada bahu milik Jongseong,

"Maaf Seong, maaf."

Entah sudah kali ke berapa ia mengucapkan kata sakral itu.

Berhenti sebentar tanpa mengucapkan apapun, hanya bersandar pada bahu Jongseong, mencoba mengatur napasnya mungkin.

Hendak bangkit ketika lengannya tiba-tiba saja ditarik—sama sekali tidak ada perlawanan dan menyebabkan Sunghoon terbaring di atas kasur sekarang, membelakangi Jongseong lagi yang sudah begitu saja memeluknya dari belakang, erat.

"J-Jongseong?"

Ada sedikit getaran dalam nadanya. Bukan, Sunghoon hanya tidak sanggup jika berhadapan dengan Jongseong saat ini.

"Biarin begini dulu, ya?"

Lirih Jongseong, pada akhirnya. Masih dengan lengan yang mengitari pinggang milik Sunghoon.

Hening yang kemudian menguasai atmosfer di sekitar mereka, entah berapa lama. Rasanya mencekik memang, namun Sunghoon juga tidak bisa berucap apapun. Ia tidak berani menginterupsi Jongseong sedikitpun.

Hingga Sunghoon perlahan dapat mendengar isakan di balik punggungnya, 

"Hoon..."



entah Jongseong menanti Sunghoon membalas, namun hening itu kembali menghiasi setelahnya.



"... kamu... kamu boleh berhenti cinta sama aku dan ganti jadi cinta orang lain, cinta sama Heeseung, mungkin, tapi tolong, 

jangan tinggalin aku. . ."



Berkata lirih dengan banyak getaran pada suaranya. Sungguh, seumur mereka hidup bersama, Sunghoon belum pernah mendengar suara separau dan seputus asa kalimat Jongseong tadi. 

Sunghoon merasa tercekat saat ini, sesak itu kembali memenuhi dadanya. Perasaan terkejut, takut, bersalah, khawatir. Ia sungguhan tidak pernah menyangka Jongseong akan berkata begitu.



"Aku. . . Aku nggak akan marah, nggak akan mempermasalahkan apapun asal kamu tetap disini—"



Suara Jongseong terhenti sesaat di tengah kalimat, beriringan dengan isakannya yang semakin terasa menyakitkan,







"—karena aku nggak bisa membayangkan hari tuaku kalau kamu nggak di sampingku, Hoon."

Sunghoon sempurna menangis mendengar kalimat yang Jongseong ucapkan. 

Hatinya mencelos, tidak sanggup membalas apapun, sungguh. Ia hanya membiarkan isakan yang memenuhi ruang di antara mereka. 

Terlalu naif jika ia kemudian mengiyakan permintaan Jongseong yang dipenuhi emosi.

Sunghoon tahu persis mereka sama-sama takut untuk menjadi sendirian di dunia dan ia tidak pernah tahu sampai kapan mereka akan mempertahankan satu sama lain bahkan dengan seperti ini.






































#####

Hmmm:(

scared to be lonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang