Sasuke menatap pantulan dirinya dalam cermin. Tetes-tetes air masih membasahi tubuh Sasuke yang setengah telanjang. Dia mendesah pelan sebelum keluar dari kamar mandi mendapati seorang laki-laki manis yang tengah tidur terlelap di atas ranjang. Sasuke menghampirinya—Naruto, dia menatap wajah manis yang terlihat damai itu.
Apa yang sudah dilakukannya?
Kenapa dia berbuat sampai sejauh ini?
Jujur saja, dia awalnya tidak pernah membenci Naruto. Hanya saja ego dalam dirinya yang sudah tertanam dalam dirinya sejak kecil membuatnya tidak ingin tersaingi oleh siapapun. Terlebih lagi Naruto hanyalah seorang anak panti asuhan. Dia merasa dia tidak sepadan untuk bersaing dengan Naruto, namun nyatanya dia malah membuat persaingan itu sendiri hingga dia menumbuhkan rasa benci dalam dirinya yang sebelumnya—dia tertarik dengan laki-laki itu.
Yah, Sasuke tertarik dengan Naruto. Jangan tanyakan kenormalannya, dia hanya menyukai seorang laki-laki, hanya Naruto. Berarti satu-satunya laki-laki di dunia ini yang membuatnya tertarik hanyalah Naruto. Sasuke tersenyum samar membelai rambut Naruto yang terlihat sangat halus, apa dia harus mengakhiri semuanya? Apa ia harus mengakui kalau sebenarnya dia pun tertarik pada Naruto?
Sasuke kembali tersenyum mengingat kejadian saat dia tanpa sengaja melihat foto dirinya terjatuh dari loker Naruto. Dia tahu kalau sebenarnya Naruto juga menyukainya, tapi dia tidak mau mengakuinya. Terlalu klise, jika mereka yang awalnya musuh menjadi sepasang kekasih. Lagipula, bagaimana tanggapan keluarganya kalau mereka tahu, Sasuke berpacaran dengan seorang laki-laki manis. Oh tidak—dia masih sayang harta warisannya.
Sasuke menunduk mengecup sudut mata Naruto sebelum beranjak. Dia meletakkan amplop yang berisi uang untuk keperluan panti aushan Naruto. Dia tahu kalau Naruto sedang membutuhkan banyak uang. Sasuke tidak bermaksud untuk membayar Naruto untuk pengalaman sex pertama mereka. Dia hanya ingin membantu Naruto. Dia akan menjelaskannya nanti tapi tidak sekarang, dia harus mendinginkan kepalanya agar bisa mengambil langkah selanjutnya.
Sebelum pulang dari hotel, Sasuke menyempatkan untuk singgah di sebuah bar yang ada di lantai bawah hotel. Hanya ada dirinya seorang dan juga bartender yang bekerja. Teman-temannya mungkin telah pulang beberapa jam yang lalu, maklum saja, ini sudah pukul 2 dini hari. Sasuke lupa kalau dia tidak bisa meminum banyak atau konsentrasinya akan terpecah.
"Tuan Muda Uchiha, sebaiknya anda menghubungi supir. Anda tidak bisa berkendara dalam keadaan mabuk."
Sasuke mengabaikan perkataan sang bartender dan melangkah pergi meninggalkan hotel entah kemana. Sasuke mengendarai mobilnya dengan cukup pelan, terlalu pelan hingga dia tidak sadar menginjak rem membuat mobilnya berhenti. Dia ingin menginjak gas dan melaju kembali, tetapi sebelum itu—Brughh—sebuah truk telah menabraknya dari samping membuat kepalanya terbentur dan mobilnya berguling ke tengah jalan.
Sasuke meringis pelan, hal terakhir yang diingatnya adalah wajah terlelap Naruto.
Truth, Cry and Lie
Terhitung sudah 15 menit berlalu, Sasuke masih bertahan dalam posisinya memperhatikan Naruto. Tangannya seolah terlem dan kepalanya seolah kaku untuk bergerak, dia masih menatap Naruto. Laki-laki itu kini menghapus air matanya dan mulai beranjak meninggalkan halte membawa dua buah kantong belanjaannya.
Sasuke mendesah, dia meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang di seberang sana. "Cari tahu semua tentang Uzumaki Naruto—semuanya, tanpa terkecuali." Dan setelahnya, Sasuke melajukan mobilnya meninggalkan posisinya menuju apartemennya untuk merilekskan pikirannya—mungkin juga hatinya.
Truth, Cry and Lie
Cast : Oh Sasuke as Oh Sasuke
Uzumaki Naruto as Uzumaki Naruto
KAMU SEDANG MEMBACA
SasuNaru - Truth, Cry and Lie (✔️)
Ficción GeneralKebenaran yang mungkin tidak pernah Sasuke bayangkan mengguncang kehidupan sempurnanya. Tangisan dan kebohongan menjadi satu saat dia yang tidak pernah menangis dalam hidupnya harus menerima kenyataan yang menyakitkan. ....