10 - The Truth

50 2 0
                                    

Jimin's Point of View

"Happy birthday!" Seruku bersama ayah dan mamaku di ambang pintu rumah Kak Soojin ketika disambut olehnya.

"Makasih." Ia memelukku, memeluk mama dan juga ayahku. "Masuk yuk, om, tante." Lanjutnya lalu menerima sodoran kado dari tangan mamaku. "Kenapa repot-repot bawain kado?" Ia tersenyum malu.

"Ga papa, kamu kan udah kayak anak sendiri." Jawab mamaku tersenyum ramah sambil melangkah perlahan memasuki rumahnya bersama setelah merapikan sandal kami di rak sepatu. Aku menangkap pandangan Kak Soojin jatuh di mataku sambil tersenyum lalu ku cubit gemas pipi tembemnya.

'Apaan sih?' Ia menggerakkan mulutnya tanpa bersuara. Aku hanya bisa tertawa kecil dan gemas melihatnya.

Aku mendekati Jiyoon, sementara mama ngobrol dengan Tante Lee dan ayahku asik bergurau dengan Om Lee hingga terdengar berisik di telingaku. Keempatnya duduk di sofa rumah Jiyoon saling berseberangan sedangkan aku dan Jiyoon berdiri menyandar di meja dapur. Seluruhnya ditemani suguhan kue kering, minuman sirup rasa jeruk, es buah dan kopi yang sudah disiapkan keluarga Jiyoon di atas meja dapur.

"Eh tau ga, katanya mau ada guru Bahasa Inggris baru dari Amerika!" Ucap Jiyoon terlihat antusias.

"Gantiin Miss Naeun yang mau cuti hamil ya?" Responku biasa. Aku memang tidak seberapa tertarik dengan bergosip. Informasi apapun entah itu gosip atau nyata selalu aku dapatkan dari Jiyoon.

"Cuma masalahnya kita belum tau dia cowok apa cewek." Jelasnya. "Semoga cowok deh." Lanjutnya cengengesan.

"Kapan Miss Naeun mulai cuti emang?" Tanyaku.

"Minggu depan kayaknya."

Pembicaraanku berhenti seketika saat mendengar keluarga Soeun datang. Om dan Tante Park serta Kak Hangyul pun ikut disambut oleh Kak Soojin di ambang pintu. Semua mata yang sebelumnya asik dengan sendirinya pun kini tertuju ke arah pintu. Ada yang bersorak, ada yang girang, dan ayahku pun sampai berdiri saat ia melihat anggota lawaknya, Om Park, datang.

Aku merasa sedikit geram saat Kak Soojin memeluk Kak Hangyul. Please, Jimin, itu cuma pelukan selamat. Aku tanpa sadar sudah mengunyah kue kering dengan mataku yang tidak bisa lepas memandang tajam arah pintu.

"Hey, chill!" Jiyoon tiba-tiba mengagetkanku dengan menjotos pelan lengan kananku dan otomatis aku menoleh.

"Apaan sih?" Tanyaku dengan nada sedikit naik.

"Mukamu kelihatan banget kalau lagi marah. Chill! Cuma ngasih selamet aja kok." Ucapnya merangkul pundakku dari sebelah kanan dan berusaha memijatnya. Entah mengapa aku hanya bisa diam seakan membenarkan kalimatnya. Hmph.

Rumah Kak Soojin mulai dipenuhi beberapa teman dekat Om dan Tante Lee. Aku juga sempat berkenalan dengan sahabat Kak Soojin, Kak Jinsil, hingga akhirnya Om Lee menarik perhatian kami semua dengan dua tepukan tangannya yang terdengar keras.

"Terima kasih kepada semua kerabat kami yang sudah datang hari ini. Terima kasih juga telah repot-repot membawakan hadiah ulang tahun untuk anak kami. Silahkan menikmati hidangan seadanya." Om Lee memberikan pidatonya dengan senyuman ramah.

Kue tar putih tingkat tiga bertuliskan 'Happy Birthday Lee Soojin', yang sedari tadi berdiri di tengah-tengah ruang longgar yang membatasi ruang keluarga dengan dapur, akhirnya dijadikan pusat perhatian oleh orang-orang yang berada di dekatnya. Semuanya kini berdiri menunggu Kak Soojin meniup lilinnya sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Setelah Kak Soojin berdoa dan lilin ditiup, semuanya bersorak dan bertepuk tangan.

"Terima kasih buat om, tante, teman-teman semuanya yang sudah hadir dan mendoakan. Di usia kesembilan belas tahun ini saya sangat bersyukur masih bisa menjalaninya bersama orang-orang tersayang saya," Kak Soojin menghentikan sejenak pidatonya dan melirikku dengan posisi kami yang hanya dipisahkan oleh Tante Lee dan Jiyoon lalu pandangannya kembali ke para tamu. "Sekali lagi terima kasih." Lanjutnya dengan tersenyum menatap para tamu yang hadir secara bergantian.

FORBIDDEN FEELINGS (monsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang