11 - Menghilang

31 3 0
                                    

⚠️ Warning
mature content

Jimin's Point of View

Lima hari berjalan begitu cepat. Setiap pulang sekolah, aku selalu bersama Kak Soojin, entah itu hanya sekedar untuk makan malam bersama, jalan-jalan, maupun belajar bersama. Aku selalu menggunakan alasan belajar bersama Jiyoon dan Soojin saat izin ke orang tuaku agar aku dibolehkan pulang pada saat menjelang tidur.

Sedari pagi chatku tidak direspon dan telponku tidak diangkat oleh Kak Soojin. Aku semakin khawatir dengannya dan waktu kami bersama yang hampir habis. Sepulang sekolah aku ke rumahnya namun ia tidak ada. Baiklah, aku nyerah.

Aku tidak bisa fokus belajar dan tidak nafsu makan. Lelah berpikir keras, aku mengantuk dan memutuskan untuk tidur.

***

"Jimin!" Suara mama dan ketukannya di pintu kamarku membangunkanku.

Sudah pagi kah? Apa aku terlambat? Seketika aku syok dan berlarian kecil menuju tirai jendela lalu membukanya. Gelap. Aku menengok jam beker di meja samping tempat tidurku. Tengah malem.

"Jimin!" Mamaku mengulanginya.

Aku buka pintuku lalu telingaku dibisingkan oleh bunyi dari terompet yang ditiup Soeun dan konfeti yang dilepaskan Kak Soojin. Seketika aku melihat sosoknya, aku mendekatinya dan memegang pundaknya.

"Kamu gapapa kan?" Aku berusaha memutar-mutar tubuh Kak Soojin untuk memeriksanya dari atas sampai bawah hingga aku disadarkan sosok mamaku yang masih ada di dekatku.

"Happy birthday! Yuk tiup lilinnya." Jiyoon yang berdiri di depanku menyodorkan kue yang ia bawa sejak awal.

Aku menatap ayahku, mamaku, Soeun, Jiyoon secara bergantian dan berakhir pada Kak Soojin. Aku menatapnya sinis. Aku berdoa dan meniup lilinnya lalu semuanya bersorak dan bertepuk tangan. Aku baru menyadari kalau ayahku merekam momen kejutannya sedari tadi menggunakan iPhone-nya. Itu pasti akan disebarkan di grup geng lawaknya.

"Mama harus bangun pagi, sayang. Selamat ulang tahun anak mama. Kadonya nanti malem ya pas dinner party." Mama memelukku hangat terus melambaikan tangannya ke teman-temanku dan Kak Soojin lalu pergi.

"Ayah juga harus bangun pagi. Selamat ulang tahun, sayang." Ayah pun memelukku juga dan memberikan senyum ke semuanya lalu pergi meninggalkan kami berempat.

"Jadi, apa alasanmu?" Tanyaku menantang Kak Soojin dan memberikan kesempatan untuknya membela diri. Aku kesal dengannya seharian tidak ada kabar.

"Dia yang nyiapin ini semua lho seharian ini." Sahut Jiyoon.

"Bener. Kita kan setiap hari sibuk di sekolah." Sahut Soeun melanjutkan.

"Maafin." Dia memohon dengan mata puppynya. Aku kalah.

"No... Thank you." Aku mencubit gemas pipi kirinya lalu ia memasangkan topi ulang tahun di kepalaku. "Ayo pindah ke dapur aja."

"Oke, potong kuenya!" Seru Soeun sesampainya di meja dapur.

Aku mengambil empat piring kecil dan empat garpu dari bufet dapur dan kembali ke meja.

"Ini Kak Soojin." Aku memberikan potongan kue pertama untuknya dengan tersenyum simpul menatapnya.

"Sebenernya ga baik juga makan kue tengah malem." Sahut Jiyoon setelah menerima potongan kue dariku.

"Gapapa, cuma kali ini aja." Ucap Soeun dengan tertawa kecil hingga gigi seri dan taringnya terlihat jelas.

FORBIDDEN FEELINGS (monsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang