5 - Truth or Dare?

184 12 0
                                    

Jimin's Point of View

"Hey, Jiminseu! Sini kau~" Panggil Soeun padaku yang baru saja menginjakkan kaki memasuki rumah Soeun.

"Hey! Sini hibur kita!" Jiyoon menimpali.

"Kok sepi? Kak Hangyul belum datang?" Tanyaku sambil berjalan semakin mendekati mereka berdua yang masih sibuk memasak di dapur.

"Pesawatnya masih mau sampe, tapi Kak Soojin lagi siap-siap mau otw bandara." Jawab Jiyoon.

"Hah?! Ngapain musti Kak Soojin yang jemput?!" Seruku mulai gugup, khawatir dan tidak tenang.

"Mama papa kan masih kerja." Sahut Soeun. Tanpa berpikir lagi, aku melangkahkan kaki keluar berharap Kak Soojin belum berangkat.

"Kemana heeeey? Katanya bantuin?" Suara Soeun sedikit demi sedikit mengecil sembari aku melangkah pergi.

"Kenapa musti marah-marah gitu. Dia kenapa sih?" Suara Jiyoon terdengar kecil oleh aku yang sudah sampai di halaman rumah. Pikiranku kalut.

Aku melihat mobil Kak Soojin masih terparkir rapi, tapi aku sudah melihat Kak Soojin bersiap memasuki mobil. Aku otomatis berlari dan langsung masuk menduduki kursi penumpang depan.

Setelah menutup pintunya, aku duduk diam dan melihat ke depan tanpa melihat Kak Soojin lalu mengatur nafasku yang masih terengah. Aku merasakan pandangannya yang bingung memandangiku lalu aku menoleh setelah nafasku tenang.

"Kenapa?" Tanyaku padanya sambil menoleh melihatnya.

"Harusnya aku yang tanya gitu." Ucapnya masih dengan raut muka menganalisanya.

"Oke, aku jawab. Kamu cantik, Kak." Jawabku dengan tersenyum memandangi wajahnya yang terlihat bersinar. Rambut hitamnya terurai panjang dan ia memakai kaos hitam favoritnya dan kacamata hitam berukuran kecil, sekecil wajahnya yang mungil. She's perfect.

Karena aku merasa kepanasan setelah sedikit berlarian di bawah terik matahari, aku mengikat rambutku dengan ikat rambut hitam yang selalu menempel di pergelangan tangan kananku saat tidak kupakai.

Aku merasakan mata itu lagi, mata yang sering memandangiku, sedang memandangku.

"Kenapa?" Tanyaku sedikit menoleh dan meliriknya.

"Ga papa." Jawabnya. Ia mulai menghidupkan mesin mobil lalu menjalankan mobilnya. Ia sama sekali tidak bertanya kenapa aku ikut.

Sesampainya di bandara, kami langsung ke terminal kedatangan. Kami hanya menunggu sekitar sepuluh menit dan akhirnya Kak Hangyul muncul.

"Untung kita gak terlambat." Celetuk Kak Soojin lalu ia melambaikan tangannya membalas lambaian tangan Kak Hangyul dengan senyum lebar. Entah mengapa aku mendengus sedikit kesal.

Kak Hangyul datang dan langsung memeluk Kak Soojin begitu erat.

"Hey Kak!" Pikiranku bereaksi dengan otomatis tidak bisa membiarkannya berpelukan berlama-lama dan memaksakan wajahku untuk tersenyum.

"Jiminseu! Kamu ikut~" Ia menyapaku dengan tersenyum lebar setelah melepas pelukannya dari Kak Soojin sambil menyubit pipi kiriku seperti gemas.

What the-, batinku. Sejak dulu, ia selalu senang bergerak mengisyaratkan kegemasan padaku dan Jiyoon. Mungkin karena memang aku dan Jiyoon sahabat Soeun, jadi ia memperlakukan kami seperti memperlakukan Soeun. Aku otomatis sedikit menepisnya pelan.

"Aku bukan anak kecil lagi, Kak!" Aku sedikit merasa kesal dan berharap tidak terlihat dengan jelas. "Aku bawain sini kopermu." Lanjutku menawarkan bantuan. Meski aku kesal padanya, aku tetap termuda dan dia kakak sahabatku.

FORBIDDEN FEELINGS (monsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang