Happy Reading
November telah tiba, bulan yang kunanti-nanti. Hujan 'pun perlahan sering turun dikala malam ataupun siang. Cukup tenang, namun keadaanku tidak setenang itu.
Ayahku sakit, Hipertensi. Dia di rawat di Rumah Sakit karena pendarahan hidungnya tidak kunjung berhenti. Aku cukup panik, hanya dengan mendengar itu pikiranku kemana-mana. Aku tidak siap Pak, tolong bertahan sedikit lebih lama lagi.
Waktu itu Bapakku masuk ke Rumah Sakit hari Minggu, dan katanya harus di rawat. Dirumah hanya ada aku, ibu, dan dua kakak lelaki ku yang bisa bolak-balik kerumah Sakit.
Malam harinya aku dan Kakakku kesana, ingin melihat kondisi Bapak separah apa. Sesampainya disana rasanya kakiku lemas, air mataku ingin jatuh sangat deras.
Aku menangis dalam hati sambil terus mengeluh pada Tuhan. Aku tidak pernah melihat Bapak seperti ini, darah yang terus mengalir di hidungnya, baju Kokohnya yang berwarna putih kini kotor karena bercak darah.
Dokter menutup sementara kedua lobang hidung Bapak supaya darahnya mengalir lewat rongga mulut. Bayangkan saja, bernafas lewat mulut itu sesusah apa? Aku melihat dibawah ranjang kamarnya, ada plastik kuning yang isinya banyak darah, dari situ aku sudah bisa menyimpulkan bahwa kondisi Bapak tidak baik-baik saja.
Kakak lelaki ku yang paling muda panggil saja dia Kak Restu, dan Kakak lelakiku yang paling tua panggil saja Kak Joni. Agar kalian tidak bingung.
Tadi niatnya aku dan Kak Restu mau menggantikan Kak Joni menunggu Bapak, karena Kak Joni sudah dari siang takut kelelahan. Tapi melihat kondisi Bapak yang seperti ini aku sungguh tidak kuat, aku mau pulang.
Dengan alasan besok mau Sekolah lalu aku pulang dengan Kak Joni. Sesampainya dirumah, tanpa basa-basi aku langsung ambil wudhu, ingin segera mencurahkan semuanya pada yang Maha Kuasa.
Tapi tiba-tiba aku mendengar ada yang mengetuk pintu, ternyata uwakku. Dia bertanya kenapa, aku bilang baik-baik saja. Uwakku sangat dekat dengan Bapak jadi dia menangis waktu itu takut Bapakku kenapa-napa.
Karena melihat uwak menangis, air mata yang aku bendung sedari tadi sudah tidak bisa di tahan lagi. Aku segera meninggalkan uwakku untuk sholat, kebetulan dia mengobrol dengan Kakak Perempuan ku.
Disini, aku utarakan semuanya, aku memang umat yang tidak tahu malu. Mengunjungi-Nya hanya ketika butuh, tapi jika bukan kepada-Nya, mau kepada siapa lagi aku meminta?
Minggu ini sebetulnya aku masuk sekolah karena sesiku. Tapi karena harus bergantian menunggu Bapak maka aku tidak bisa masuk untuk besok. Sebetulnya aku sudah niat mau berangkat sekolah, tapi ibuku memintaku untuk ijin saja katanya ibu tidak ada yang menemani.
Aku 'pun berpikir keras, semalam aku tidak bisa tidur, hanya 3 jam itupun tidak pulas. Jikalau aku kerumah Sakit apakah aku tidak akan kelelahan? Tapi jika sekolah pasti aku akan lebih merasakan kantuknya. Setelah berpikir panjang akhirnya aku 'pun memutuskan untuk bersama ibu pergi ke Rumah Sakit.
Aku sebetulnya benar-benar tidak tega dan tidak kuat, tapi tidak ada lagi yang bisa menggantikan ku. Demi Bapak aku akan lebih menguatkan hatiku lagi agar lebih tegar. Akan aku coba menjadi lebih keras Pak, demi engkau.
Menunggu di rumah sakit sangatlah membosankan, hanya mendengar suara AC dengan sesekali suara suster yang berbicara "Di cek dulu darahnya ya Pak." Cukup bosan.
Aku sedikit lega karena tadi Pagi Bapak sudah cek ke Dokter spesialis nya dan katanya tidak ada kerusakan pada bagian Organ Dalam. Namun ternyata ketenangan ku cukup sampai disitu saja, mendadak Bapak mau ke Kamar Mandi untuk buang air kecil, aku antarkan.
Selepas dari Kamar Mandi Bapak berjalan sangat cepat menuju ranjang, dan darah nya keluar lagi, lewat mulut, banyak sekali. Aku benar-benar panik, sampai aku ingin menangis, namun melihat ekspresi ibuku yang lebih panik lagi aku 'pun mengurungkan niatku untuk menangis.
Dengan cepat aku memanggil susternya, dan Bapak di suntikan obat. Sungguh, seumur hidupku, ini adalah kejadian yang sangat tidak akan pernah aku lupakan dan mampu membuat aku panik setengah mati.
Melihat Bapak yang kesakitan sampai meneteskan air mata membuatku semakin panik. Di dalam hatiku terus-terusan menyebut nama-Nya serta meminta dengan sungguh-sungguh agar apa yang aku pikirkan tidak akan terjadi.
Setelah di suntikan obat, Bapak kembali tertidur, aku cukup tenang. Waktu sudah menunjukkan jam 1 siang, akupun mau menenangkan pikiranku sejenak. "Bu aku mau sholat dulu." Ucapku.
"Dimana?" Kata Ibu.
"Di depan ada Masjid. Ibu jangan kemana-mana, disini aja nungguin Bapak, aku gabakal lama." Ucapku.
Di sepanjang aku menuju Masjid, pikiranku menjadi-jadi, aku sangat ingin menangis dengan kencang, aku ingin berteriak kepada Yang Maha Kuasa. Kenapa? Kenapa harus Bapak? Bapak tidak pernah sekali 'pun meninggalkan sholat, Bapak tidak pernah melupakan engkau, tapi kenapa Ya Allah? Aku sangat ingin berteriak seperti itu, tapi aku cukup sadar, dibalik semua ini pasti ada hikmah.
Sampai Sore Hari Bapak baik-baik saja, darahnya tidak keluar lagi, aku sangat bersyukur. Dan begitulah kegiatanku setiap hari di Rumah Sakit selama 3 Hari Bapakku di rawat. Dan setiap harinya aku akan siap dengan kejadian seperti tadi, melihat Bapak memuntahkan Darah, panik, dan overthingking.
Tapi Allah cukup baik, dia menyembuhkan Bapak dengan caranya, meskipun aku tidak tau akan ada apa lagi untuk kedepannya. Insyaallah selama masih ada dia aku kuat.
- To Be Continued -
Ini masih cukup panjang, akan aku lanjut pada bagian 2
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Mesin Waktu [Mark Lee]
FanfictionSeperti lagu Mesin Waktu Budi Doremi, Jika melupakanmu hal yang mudah, ini takkan berat takkan membuat hatiku lelah. Disclaimer: Tokoh dalam cerita ini adalah milik NCT (SM Entertainment) dan dirinya sendiri serta OC atau karakter fiksi adalah cipta...