13

288 32 12
                                    

"gue lihat kakak dengan muka yang udah hancur, di pukul. Bahkan waktu Kaka gue nyuruh buat berhenti dengan darah segar yang udah keluar dari mulutnya, mereka cuma Mandang dengan santai seolah Kaka cuma sampah yang di tiup angin."

**

"Hwan gimana? Sakit?"

Junghwan terkekeh geli, "Gimana apa nya? Ya sakit lah namanya pisau nancep di perut, Ck, nggak Selow tu anak sekali nusuk"

Hanya ada mereka berdua di dalam ruangan kamar inap, beberapa saat hanya terdengar suara Air Conditioner yang menyala hingga seorang remaja itu berucap, "setelah ini apa lagi? Hama masih ada sisa dua, enak nya yang si itu terakhir aja".

Junghwan mencebik bibirnya menimbang, benar juga. "Yang ini lebih bagus nya buat mental nya 'rusak aja' hehe"

"Ah bisa aja Lo, eh tapi enak juga tu anak mental nya rusak," Remaja itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, " Bentar lagi, dia udah pergi ke rumah tu anak"

"Hwan?"

Junghwan menoleh dari fokus nya ke alat infus di tangan, dia mengangkat dagunya menandakan 'apa?'

"Seandainya kita ketangkep sama Polisi, kita berakhir" lirih remaja itu.

"Gue udah mikir kok, Lo kalau ketangkep juga palingan nggak lama di tahan karena kekuasaan orang tua Lo, dia juga gitu mungkin. Sedangkan gue? Nggak punya tujuan lagi mau kemana, Gue kayak kapal yang kehilangan Nakhoda, nggak punya siapa siapa lagi buat keluh kesah, hidup gue hampa, Gue udah kehilangan Cahaya gue dan gue juga kehilanganmu Pelita nya. Mereka jahat sama kakak, alasan gue bertahan itu karna kakak," Junghwan meremas dadanya sesak, " gue lihat kakak dengan muka yang udah hancur, di pukul. Bahkan waktu Kaka gue nyuruh buat berhenti dengan darah segar yang udah keluar dari mulutnya, mereka cuma Mandang dengan santai seolah Kaka cuma sampah yang di tiup angin."

"secara nggak langsung psikis gue terganggu karena ngelihat itu secara langsung, dan gue nggak bisa teriak untuk sekedar minta bantuan karena syok."

**

Yedam Membuka pintu Apartemen, ia pulang duluan karena Jihoon menyuruhnya untuk lebih banyak beristirahat melihat kondisi nya yang masih belum bisa di katakan baik,

ahh iya besok ia ada ulangan biologi. Yedam Membuka pintu kamarnya, seketika ia menutup hidung nya ketika bau menyengat menusuk Indra penciuman. Ia mengibaskan tangannya untuk menetralisir bau lalu menghidupkan saklar lampu.

Apa ini?! Banyak lalat berterbangan di setiap sudut kamar, ia berlari mengambil semprotan pembasmi lalat di dapur, setelah kembali ia menyemprotkan seisi kamarnya hingga keseluruhan, sejenak lalat-lalat mulai berjatuhan ke lantai. Yedam mengerutkan kening kala bau tidak berkurang sama sekali.

Ia menyusuri meja belajar nya, melihat apakah ada tikus atau cicak yang mati, tidak ada apa apa. Setalah nya ia membuka lemari pakaian, juga sama, tidak ada. Yedam terdiam sejenak di saat setetes cairan mengenai wajahnya, secara refleks ia mencium cairan berwarna merah pekat yang menetes ke wajahnya itu, Amis darah.

Dengan gerakan Slow motion ia mendongak perlahan ke atas, dan dengan spontan badannya terjatuh ke lantai. Di sana, di atas plafon kamarnya ada bangkai Hewan yang ia tidak tahu karena sudah hancur dengan posisi di ikat di atas.

"AAAAA"

Segera ia berlari ke arah pintu, Tidak dapat terbuka. Yedam memukul pintu dengan gerakan cepat dengan tangan kanannya terus membuka pegangan pintu dengan kencang. Demi apapun ia sangat takut Sekarang!

"TOLONG!"

Yedam pergi menuju meja belajar nya, mencari handphone, entah nasib memang tidak berpihak padanya, Handphone itu tidak ada di sana. Ia membongkar isi Rak buku dan laci meja tetapi barang itu tidak ada di sana sama sekali.

"Yedam, mencari ini ya?" Sosok berjubah hitam itu keluar dari bawah tempat tidur nya, sambil memegang Handphone miliki nya. " Peek a boo, I found you"

Karena syok, tubuh Yedam mundur hingga sudut ruangan, tangan nya bergetar dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya, " Lo siapa? Please jangan ganggu gue," lirihnya.

Dengan raut yang di buat bingung, tiba tiba pria berjubah hitam itu terkekeh, "Nggak ganggu kok, tenang aja, hehe aku boleh main sama kamu bentar nggak?" Secara cepat ia merubah raut wajahnya menjadi sedih.

Di detik selanjutnya ia menyeringai, ia mengeluarkan sekantung darah dari jubah nya, membukanya lalu menyiramkan seluruh darah itu ke tubuh Yedam, " Bau nya wangi." Setalah itu ia menyapu darah itu memenuhinya wajah Yedam.

Kepala Yedam pusing, menghirup bau amis darah yang membuatnya Mengingat kejadian tempo lalu dan Trauma nya kambuh. Ia meringkuk, memegang kepalanya yang berdenging memutar peristiwa lalu secara terus menerus.

Karena tidak kuat lagi, matanya mulai memberat dan Yedam pingsan di kamarnya sendiri.

"Ck Cemen Lo, gitu aja udah pingsan, Munafik" ujarnya Sambil menendang tubuh Yedam yang meringkuk dengan tidak sadarkan diri.

Setelahnya ia membersihkan sisa darah dengan cairan khusus, tidak lupa juga dengan bangkai hewan di atas plafon.

"Sakit aja mental Lo, biar gue juga seneng." Kalimat terakhir itu di ucap sebelum ia pergi meninggalkan apartemen dengan senyum lebar. Jika di dilihat dari luar dia memang seperti manusia normal lainnya, Ia menyimpan banyak rahasia di balik senyum manis itu.

**

"Di antara kita yang masih hidup,  Cuma Jihoon yang nggak tahu apa apa," Mashiho berbicara dengan Asahi, Mereka berada di Kost Mashiho.

"Jadi.."

Mashiho memandang Hyunsuk lalu menyambungkan Kalimat nya, "Kita ada 3 kelompok Sekarang, Kelompok Pemulai, Pendendam, dan kita, kelompok Penyelesai".

"Gue tahu, Kalian sulit mencerna, tapi ingat kata kata gue, Jangan melihat orang dari Muka doang." Mashiho memberhentikan kalimat nya, memandang Hyunsuk dan Asahi.

Jaehyuk berada di Rumah sakit sekarang, agar tidak curiga Mashiho tidak membawa Jaehyuk untuk ikut dengan mereka.

"Kapan kita bisa lapor dengan Polisi?" Tanya Hyunsuk.

"Bukti kita belum kuat, masih banyak yang harus di gali, gue rasa nggak buruk kalau mereka ngungkapin secara terang terangan". Ujar Asahi memainkan tutup pena di tangan nya.

"Gimana caranya?"

Mata Asahi melirik Mashiho dan Hyunsuk, " Gue ada ide".

**

"Bang, sesekali kek Lo muji Gue" Jaehyuk misah misuh di Kamar inap Junghwan. Bukan apa, sedari tadi Jihoon selalu membandingkan kekuatan Junghwan yang tidak Manja walaupun sedang sakit dengan Jaehyuk yang berhati lembut yang  sedikit sedikit nangis.

"Lo cengeng, huuuu, Mana ada cowok cengeng, di suntik dikit malah nangis, lihat gue, Durian jatuh di kepala, gue tetap Kuat."

Jaehyuk memonyongkan bibirnya, lalu menatap Junghwan yang sedari tadi melihat pertengkaran mereka, "Hwaniee, Look at this, I want to cry, Bang Jihoon jahat sama Abang"

Jihoon memutar bola matanya, "Bangsat gue geli lihat muka Lo kayak gitu"

Melihat Raut Jihoon yang mulai kesal, Jaehyuk terkekeh lalu bertos-ria dengan Junghwan. Apapun itu acting harus terlihat nyata.



TBC




zatrezatre  Ini anak ya ampun😂 Makasih ya untuk spam nya💕.

Terimakasih untuk Para Reader akohhh lope u💕💕

Semoga suka^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Difficult|TREASURE Feat Yoonbin|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang