Prolog

46 3 0
                                    

~》○《~

"Jangan lo pikir karena lo kakel lo bisa sok jagoan dan sok berkuasa. Kita gak terima senioritas disini. Jadi mending lo pergi dari sini, ini bukan urusan lo" Ujar yang lebih muda, yang sontak membuat Haikal hanya tersenyum sinis.

"Lo bilang apa? Gak ada senioritas kata lo? Lo tau gak? Semenjak dihapusin istilah MOS dan MOPD yang kejam, diganti sama MPLS yang gak bermutu, jadinya kek gini nih," ucap Haikal sambil memperluas pemandangannya.

"Angkatan setelah gua itu gagal, lo pada gak tau? Guru-guru banyak yang menyayangkan sikap anak-anak baru yang gak ada sopan satunnya sama sekali. Gak perlu deh ke senior, sekarang gua tanya, LU PADA SOPAN GAK SAMA GURU ATAU KARYAWAN SEKOLAH YANG LAIN?! SOPAN GAK?!" Ujar Haikal sambil menaikkan nada suaranya 2 oktaf.

Dia mendekat menghampiri salah satu adik kelasnya. Dia menunjuk wajah adik kelasnya itu dengan telunjuknya, "Sebelum ngomong mending dipikir dulu, jangan asal jeplak bae. Lu tuh siswa, jaga mulutnya, jangan kek gak pernah sekolah gini, bikin malu, buang-buang duit sekolah mahal." Sindir Haikal sambil menoyor kepala adik kelas itu hingga mundur beberapa langkah. Teman-teman si adik kelas itu tidak terima dan hendak maju melawan balik tapi urung dilakukan karena pasukan Haikal sudah tiba.

"Sekarang gua peringatin, mending jangan cari gara-gara sama gua, lo pada masih kelas 1, udah bertingkah, sekolah disini gak semudah sekolah di SMA lain cuy, yang bisa sogok uang dari belakang trus bisa rangking dan lulus cumlaude, klo otak lo sama sifat lo semua belom berubah, gua rasa gak lama lagi lo pada angkat kaki dari sini. Jadi mending bubar aja, dan..." Ucapan Haikal berhenti dan mendekati satu-satunya senior yang ada disana tetapi berpihak pada para adik kelas itu.

"Untuk kakak mohon jika berteman dengan mereka semua, mohon bantuannya untuk di bimbing dan di didik, bagaimanapun kakak lebih senior bahkan dibandingkan saya, Kakak yang lebih dulu merasakan bagaimana beratnya hidup, Terima kasih." Setelah itu Haikal pergi tanpa menunggu balasan dari si senior, bersama dengan teman-temannya.

.

.

.

.

.

"Kal lu gak pa-pa? Ada yang luka gak?" Tanya Mahen sambil menelisik tubuh sahabatnya itu. "Lagian si lu berani amat sih turun tangan sendiri, kacung lu kemana?" Tanya Jevan sontak segera kena pukulan tepat dikepala.

"Hush! Gak boleh ngomong gitu, mereka bukan kacung gua." Ucap Haikal sambil mengambil gorengan bakwan yang dijual ditempat nongkrongnya yang tidak jauh dari sekolah. "Trus apa dong klo bukan kacung?" Tanya si Aji, bocah polos kutu buku yang ikut Haikal karena tak punya teman.

"Para Babu gua." Ucap Haikal kelewat santai yang sontak membuat sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal, bahkan si Ko Aden sampai keselek cilok yang ia beli dalam perjalanan ke basecamp mereka ini. "Sama aja bodoh, Cuma si Jevan pake bahasa halus, nah klo si Ikal pake bahasa biadab." Ucap Rizki yang duduk disebelah Haikal yang kemudian dihadiahi 2 jempol oleh Haikal.

==============================

Setelah menikmati gorengan yang setelah dihitung habis 10 ribu dan 5 gelas kopi, mereka beranjak dari basecamp untuk pulang ke rumah. Semua menuju motor mereka kecuali Haikal. "Ayo Kal, bareng gua aja, gua anterin takut hujan lagi." Tawar Jana yang memang searah, tapi masih lebih jauh rumah Haikal. Haikal hanya menggeleng sambil tersenyum. "Udah sih Kal naik aja, udah lumayan malem, naik angkutan umum bahaya, mending bareng aja." Tutur Mahen karena percayalah Haikal hanya dan cuma mau nurut sama ucapan dia, yang lain pasti dibalikin.

Lagi-lagi ia memandang wajah sahabat-sahabatnya sambil tersenyum, lalu menghela nafas dan menariknya lagi dalam. "Nggak dulu deh bro, sorry, gua mau nemenin mama gua di rumah sakit soalnya." Ucapan Haikal membuat yang lain kaget.

Tapi sebelum yang lain mengeluarkan suaranya, Haikal lebih dulu memotong. "Gak usah, maksudnya jangan sekarang, nanti gua kabarin klo dah bisa jenguk. Mama gua baik-baik aja, cuma lagi drop aja. Minta doanya aja gua." Jelas Haikal meyakinkan, padahal dirinya sendiri tidak yakin. "Oke deh, klo ada apa-apa kabarin bro, jangan diem-diem aja ya, plis kita gak papa lu repotin." Ujar Rizki yang diangguki yang lain. Haikal hanya bisa tersenyum sambil mengangkat jempolnya, melihat kepergian sahabatnya dalam sendu.

"Sorry, gua bohong lagi ke kalian, sorry gua ternyata gak sekuat yang kalian kira. Sorry..." gumam Haikal dalam tangis yang untungnya terhapus oleh rintik hujan dalam perjalanannya menuju rumah sakit dengan berjalan kaki itu.

.

.

.

.

.

"Harapan gua cuma satu Hen, Ibu sama adik gua hidup bahagia. Gak masalah kalo gua harus cari ke ujung dunia atau harus pergi ke neraka sekalipun, bakal gua cari sampai dapet."
- Haikal Harsa Pradipta

~》○《~

Hidup, Harapan, HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang