03. Ayah & Ibu

7 1 0
                                    

~》○《~

Hari sudah berubah gelap, senja sudah menghilang sejak sejam yang lalu. Tetapi tanda-tanda pria tua yang ia sering sebut dengan nama Ayah itu sampai saat ini belum juga menunjukkan batang hidungnya. Haikal beranjak dari meja belajarnya dan melangkah keluar dari kamarnya. Ia melangkah ke meja makan lalu membuka tudung saji yang berada diatasnya. Ia menghela nafas berat melihat isi di dalam tudung saji itu. Tidak ada makanan sama sekali, Ayahnya pasti akan marah jika dia pulang kerja nanti tapi tidak ada makanan. Dia memikirkan cara untuk mencari setidaknya lauk pauk yang mungkin masih tersisa diwarung nasi. Ia kembali melangkahkan kaki ke kamar untuk mengambil jaket dan dompetnya. 

Saat melangkah keluar ia dikejutkan dengan keberadaan pria muda di halaman rumahnya. Ia sangat mengenal pria ini, yang umurnya hanya berbeda setahun darinya. "Eh, ada kak David. Dah lama kak? Kok gak ketuk aja sih? Untung saya keluar lho." Ujar Haikal sambil sedikit mendekat ke arah seseorang yang dipanggil David tadi. David hanya memberikan senyum mengejek tanpa mau turun dari motornya. "Gua gak mau pake basa-basi. Kalo gak karena ibu lu, gua gak akan pernah mau datang kesini atau sekedar ketemu sama lu. Cukup di sekolah aja, dan itu juga lu harus menganggap gua sebagai senior lu, paham gak?!" Ketus David panjang lebar sedangkan Haikal hanya bisa mengangguk lemah dan menatap ke bawah dimana kakinya berada. 

Tapi tak lama keberadaan sebuah tas kain menghalangi pandangannya ke arah kaki membuatnya mengangkat wajahnya menatap kakak kelasnya ini. "Dari ibu lu, ambil! Gua gak mau memperpanjang masalah dengan membawa lagi barang remeh kek gini. Buruan!" Tegas David tanpa sempat memberikan jeda untuk Haikal menolak. Tas itu sudah berada di tangannya ketika David memutar motornya kasar lalu pergi tanpa pamit, meninggalkan Haikal yang menahan tangis menatap isi tas itu. Ibunya selalu, dan selalu. Yang kadang membuat sakit hati akibat kerinduannya dan bersyukur, ternyata Ibunya sampai kapanpun tak melupakannya. Akhirnya ia melangkah kembali masuk ke dalam rumah, mengurungkan niat awalnya untuk membeli lauk pauk untuk Ayahnya. 

Sesampainya di meja makan, ia membuka tas kain itu yang isinya sudah bisa ia tebak. Lauk-pauk buatan ibunya, amplop dan surat. Ia segera menyimpan amplop dan surat ke dalam saku jaketnya. Sedangkan lauk-pauk tadi ia pindahkan sedikit ke piring dan sisanya ia simpan dalam kulkas, setidaknya 2 hari kedepan ia tidak terlalu sulit mencari makanan. Setelah merapikan lauk-pauk tadi dan menutup tudung saji kembali, ia segera melangkah ke kamarnya dan menutup pintu, serta tak lupa menguncinya dari dalam. Ia tahu Ayahnya akan segera pulang, ia tidak mau malam ini diganggu olehnya. Besok ada Ujian Kimia Analisis yang penting baginya. Sesampainya di atas tempat tidur, ia mengeluarkan amplop dan surat dari dalam sakunya. Amplop yang ia tahu itu pasti berisikan uang ia simpan ditempat rahasia yang hanya dia dan Tuhan yang tau. Sedangkan suratnya ia buka perlahan dan mulai membacanya.

"Assalamu'alaikum putraku yang tampan...

Sudah sangat lama rasanya kamu tidak bertemu Ibu. Ibu rindu sama kamu, Kal. Nisa sama Ayah Dipta juga sering menanyakan tentang kamu. Kenapa kamu tidak pernah balas pesan Ibu baik itu via chat atau surat seperti ini? Mau bagaimanapun kamu juga anak Ibu, sayang. Sama seperti Nisa. Ayah Dipta juga sayang sama kamu, bahkan selalu minta Ibu untuk bawa kamu ke rumah. Tapi kamu selalu menolak, bahkan tidak pernah balas pesan Ibu. Ibu telepon pun kamu hanya diam saja. Ada apa nak? Apa kamu sudah tidak rindu lagi? Sudah tidak sayang dengan ibumu lagi ya?

Pasti kamu masih marah sama ibu ya? Maaf ya sayang, ibu benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan Ayahmu hari itu. Dan ibu pun menyesalinya hingga hari ini. Tapi percaya sayang, ibu tidak pernah tidak menyayangimu. Didunia ini kamu tetap anak ibu. Anak kebanggaan Ibu. Jadi jangan benci Ibu ya? Berkunjunglah jika ada waktu luang, karena Ibumu ini sudah tua dan sangat rindu kepadamu.

Hari ini, Ibu minta tolong ke David untuk mengantarkan surat dan lauk-pauk itu. Ibu tahu kamu pasti tidak sempat masak bukan? Dan Ayahmu pasti akan marah jika tahu di rumah tak ada makanan untuknya, jadi Ibu buatkan makanan yang agak banyak sehingga bisa kamu panaskan dan makan untuk 2 hari kedepan. Amplop yang Ibu berikan itu seperti biasa, hanya untukmu bukan Ayahmu. Jadi simpanlah dengan baik, jangan sampai Ayahmu tahu, oke?

Hidup, Harapan, HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang