~》○《~
Pagi hari menyambut walau mentari masih malu untuk menunjukkan rupanya dan memilih bersembunyi di balik gumpalan awan. Udara yang kian hari semakin dingin karena sudah memasuki musim penghujan. Dimana setiap orang yang berpergian keluar rumah setidaknya harus membawa bekal payung atau jas hujan sehingga tidak terhambat kegiatannya. Tetapi suasana seperti ini sangatlah mendukung untuk kembali bergelung dalam selimut yang hangat dan melanjutkan kembali mimpi-mimpi yang sebelumnya menghampiri.
Berbeda dengan remaja yang masih menyelami mimpi indah yang terganggu tidur nyenyaknya karena suara bising dari alarm dan terpaksa harus segera bangun. "Mahen! Ayo bangun! Nanti kau terlambat, jika tidak bangun sekarang. Ibu tunggu di meja makan, Ayo cepat bangun!" Teriakan Ibunya dari luar kamarnya membuat Ia terduduk sambil setengah mengumpulkan seluruh energinya untuk masuk ke bilik kamar mandi yang dingin di ujung kamarnya.
Sebelum beranjak bangun, Ia melirik ponselnya yang sedang di isi dayanya diatas nakas. Hanya ada pesan grup saja, tak ada pesan penting. Ia mengulum senyum lalu segera bangkit dan masuk ke kamar mandi agar tak terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup, Harapan, Haikal
Fiksi Remaja"Gua cuma percaya sama Tuhan, karena percaya sama makhluk fana itu dosa besar" . . . "Gua minta tolong, titip Ibu sama Adik gua ya... Janji jaga mereka, karena cuma lo semua yg bisa gua mintain tolong" . . . "Hidup itu berat sa, tapi seberat-beratny...