05. Dirigen

4 0 0
                                    

~》○《~

Setelah kemarin ia disibukkan dengan kegiatan pencalonan PP, selanjutnya Ia akan mendapatkan tantangan baru, tugas lumayan berat. Yaitu perhelatan acara Wisuda Kelulusan Murid Kelas 13. Setiap tahun sekolah ini memang mengadakan acara Wisuda yang cukup meriah sekaligus pengucapan sumpah janji sebagai Analis yang akan terjun ke dunia industri. Tantangan dimulai dari pembagian tugas, pengisi acara dan sponsor tentunya. Seperti hari ini, tugas yang dimilikinya sangat banyak. Untung saja guru-guru banyak yang tidak masuk kelas dan memilih memberikan tugas rumah.

"Lu mau kemana lagi sih Kal? Mondar-mandir mulu asaan, kek setrika bae." Ujar Iki yang merupakan teman sebangku Haikal dengan jengkel karena Haikal benar-benar tidak bisa diam. "Gua mau cek anak tari sama pengisi acara sebenarnya. Rundown yang dikasih soalnya kurang lengkap, gua mesti ke humas dan kesiswaan lagi ini mah, Aduh ribet bat yak." Tutur Haikal sambil mengetik pesan di ponselnya dan meraih map biru berisi rundown acara wisuda dan buku agendanya. Iki hanya mendengus menatap kelakuan sahabatnya ini. Energinya tidak habis, padahal Ia tahu Haikal belum sarapan tadi pagi. Bahkan tadi siang hanya makan 2 pastel yang dibeli di kantin dan membantu menghabiskan sandwich buatan mama Aden.

Pintu kelas terbuka dengan tiba-tiba hingga menimbulkan bunyi keras. Si pelaku yang tampaknya anak kelas lain tapi sebut saja dengan Doni, mencari seseorang dari depan pintu kelas. "WOY! KETUA PP ADA GAK?!" Teriak Doni karena merasa tidak melihat Haikal. Haikal yang merasa terpanggil mengangkat wajahnya dan berdiri dari bangkunya. Membuat Doni buru-buru melangkah ke meja Haikal, bahkan sampai hampir terjatuh akibat tersandung.

"Sumpah, kok lu bisa diem aja di kelas sih?! Diluar lagi ada yang rebut anjir!" Ujar Doni sambil menetralkan nafasnya kembali. Mendengar ucapan Doni, Haikal segera memasukkan ponselnya dan menatap datar si pelaku. "Siapa? Cewe atau cowo? Banyakan atau Satu lawan satu" Tanyanya dengan setenang dan sedater mungkin. Iki sudah berdiri juga disamping sahabatnya ini, sambil mengamati situasi. "Cewe, satu lawan satu sih cuma ya itu ada antek-anteknya dan katanya itu adik lu. Sumpah gua gak tau, tapi gak mung- Ehh! Haikal! Gua belom- ANJING! Tungguin!" Haikal segera berlari keluar kelas tanpa mendengar penjelasan Doni tadi.

==============================

Ia bisa melihat di depan masjid sekolah dekat tangga gedung serbaguna, banyak sekali kerumunan murid. Tetapi belum ada guru atau pihak satpam yang datang. "ADA APAAN INI WOY KUMPUL-KUMPUL!" Teriak Haikal yang sukses membelah kerumunan itu dan akses pandangnya terhadap akar masalah bisa terlihat jelas.

Haikal menahan nafas sejenak. Disana ada adiknya Nisa, tetapi juga ada David yang sedang duduk mengamati. "Ini kak, dia duluan. Kan harusnya yang jadi dirigen utama tuh aku kak. Tapi dia malah ngaku-ngaku dan bahkan udah ngambil part latihan aku." Ujar perempuan di depan Nisa, sedangkan Nisa hanya memutar bola matanya tetapi tetap menunduk ke bawah. 

"Lu tuh jangan mengkambinghitamkan ya war. Bermuka dua banget sih jadi orang? Jelas-jelas Nisa emang dari awal yang udah ditetapin jadi dirigen utama, dan lu yang malah ambil part latihannya dia!" Ujar Zia adiknya Mahen tak terima perlakuan kasar Mawar dan sikapnya seolah-olah korban. "Lu diem aja kalo gak tau apa-apa ya!" Tegas Mawar sampai maju ke depan selangkah. 

Melihat hal itu, Haikal segera mengambil 2 langkah ke depan sehingga bisa menarik mundur Mawar. "Kak Haikal~ Orang kek dia nih harusnya jadiin CS aja. Gak cocok banget jadi dirigen. Dirigen tuh harus cakep, bisa nyanyi dan tau nada!" Sindir teman Mawar yang bernama Sukma. Sukma ini diam-diam suka dengan Haikal. 

"Tapi kak Haikal, maaf kalau lancang." Ucap seseorang yang berdiri dibelakang Nisa sambil memegang lengan adiknya itu. Haikal hanya menatapnya dengan sudut matanya saja. "Oke gak pa-pa kalo kamu mau jadi dirigen utama, Toh Nisa juga gak ke pengen banget ikut kegiatan ini. Dan dari awal, kamu duluan yang mancing Nisa. Kalau kamu minta yang sopan dan gak marah-marah, pasti Nisa juga fine-fine aja. Dari awal kamu udah salah." Jelasnya lumayan singkat tapi cukup berefek. 

Hidup, Harapan, HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang