Fact

965 47 6
                                    

Andita terbangun dari tidurnya. Ia tak henti-hentinya tersenyum. Ia berharap semua yang ia impikan, benar-benar terjadi.

Dengan semangat ia pergi sekolah. Ia melakukan hal yang sama seperti di mimpinya semalam.

Ia mencoba melihat-lihat bangunan yang berjejer rapi. Tapi ia tidak menemukan cowok yang ada di mimpinya malam tadi. Ia terus saja memperhatikan setiap bangunan dengan teliti. Sampai akhirnya

Bruk

Andita sangat senang. Karena adegan ini sama seperti mimpinya. Ia pun akan melakukan dialog yang sama.

"Aduh sakit"

"Hahaha. Hati-hati dong, makanya kalau jalan pake mata"

Tuh kan itu juga sama dialognya seperti dalam mimpinya. Ia menarik napas,lalu buang. Ia tak akan merinding sekarang. Ia yakin kalau suara itu pasti milik cowok yang ada di dalam mimpinya.

Tiba-tiba ada tangan terjulur di hadapannya. Andita pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Ia tak akan sok jual mahal seperti dalam mimpinya. Akhirnya ia menerima uluran tangan tersebut. Dengan senyum lebarnya, akhirnya ia memberanikan diri menatap cowok yang ada di depannya. "Maka.." Omongannya terpotong, dan senyumnya seketika luntur bergantikan rasa sedih dan malu.

"Abang" Ya ternyata yang menolongnya tadi abang-abang tukang sayur yang suka mangkal depan rumah Andita.

"Duh neng. Lain kali hati-Hati kalau jalan" Ucap abang sayur, sambil memamerkan giginya yang gak rapi dan ada yang udah ompong, tepat bagian depan giginya. Andita pun tersenyum canggung. Dan langsung ngacir pergi ke sekolah. Karena jika terlalu lama ia bisa benar-benar tekena serangan jantung mendadak.

Andita tak akan berharap apa yang nanti terjadi di sekolah bakalan sama dengan mimpinya. Baru aja melangkahkan kaki ia udah dapet adegan yang sama dengan mimpinya. Tapi ternyata itu semua isinya zonk.

Dengan berat hati ia tak akan mengingat apalagi menginginkan kejadian yang sama dengan apa yang ia mimpikan tadi malam.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang