Hari itu adalah hari pertama Denis bekerja di kantor sebagai budak Agnes (istrinya) setelah ia mendapat pencerahan soal female supremacy lalu sepakat mengikuti jalan hidup itu selamanya. Sesuai instruksi Agnes, ia masih menjalani kegiatannya seperti biasa karena soal kepercayaan adalah urusan pribadi dan ini cukup kontroversial kalau dibawa keluar. Denis masih memimpin rapat seperti biasa penuh wibawa, didepan para bawahanya pun dia bersikap normal layaknya kemarin-kemarin. Satu hal yang beda ialah sekarang Denis terlihat gelisah dengan handphonenya karena ia takut ada pesan atau telepon dari Agnes. Dulu lelaki itu cuek saja, tapi karena sekarang ia statusnya adalah budak sang istri maka sudah sepantasnya Denis siap siaga bila ada pernitah apapun. Dan benar saja, Agnes menelepon tak lama berselang. Di tengah-tengah meeting bersama bawahan, tiba-tiba hape Denis bergetar dan ia tentu mengetahui bahwa itu adalah panggilan dari Agnes sang dewi penguasanya.
"tunggu sebentar ya, ada yang penting." ucap denis berubah drastis rona mukanya.
"iya, pak." Bawahan denis tentu saja patuh tidak ada protes sedikitpun.
Denis keluar ruangan dan menerima telepon dari Agnes.
"s...selamat siang, Mistress...." sapa denis penuh gentar.
"kalau lagi di luar ngobrol biasa aja," suruh Agnes, "panggil aja namaku."
"Iya, maafin aku, Nes."
"lagi apa?"
"lagi mimpin rapat."
"Gimana, pegel nggak kemaluan kamu dikunci pake chastity cage?"
"nggak," Denis menggeleng "cuma kalo lagi tegang, sakit. Ngga bisa berdiri."
Agnes tertawa tegas. "hahaha makanya jangan ereksi. Usahain alihkan perhatian kamu kalo ngeliat hal-hal yang merangsang. Kontrol diri kamu sendiri. jadilah anjing budak yang patuh buat aku, Denis. Gunain alat kelamin kamu yang besar itu sesuai perintahku."
"i...iya Nes." pasrah Denis.
"Hmm,,, gapapa. Sesuai dugaanku." Desis Agnes dengan nafas terhelah. "Sebagai gender yang kecerdasan serta kemampuan kendali dirinya jauh dibawah perempuan, kamu memang harus banyak-banyak menjalani 'latihan', Sayang. Derajat inteligensia laki-laki bisa dibilang masih setara hewan."
Denis membisu. Ia lumayan kaget juga akan isi pemikiran Agnes, tapi diam-diam sepaham juga walau agak malu mengakuinya.
"terus, kamu siang ini nggak sibuk, kan? aku bisa mampir ke kantor?" agnes kembali bertanya.
"Oh? M...Mau ngapain? Untuk apa?" Denis membelalak kaget.
"Ada yang mau aku diskusiin sama Devi, sekretaris kamu. Aku pengen dia tau status kebudakkan kamu dalam kehidupan kita, sekarang"
Denis berpikir sebentar, ia sedikit bimbang. Jujur, sebetulnya lelaki itu merasa senang dan bahagia bila para pegawai wanita di kantornya tahu jika ia telah berubah menjadi pria 'anjing penurut' yang telah ditundukkan sang istri, tapi...agak lumayan takut juga kalau-kalau nantinya malah mempengaruhi karir atau kharisma sebagai manajer di perusahaannya.
"Nes? Kenapa kamu pengen Devi tau? Apa nantinya gak bakal jadi masalah?" bisik denis hati-hati
"Aku yakin nggak." tegas Agnes. "Malah aku pengen Devi jadi trainer kamu. Aku pengen dia ngelatih kamu jadi anjing yang baik.
"terus, sikap aku sama Devi di sini harus bagaimana? Lalu sama semua pegawai perempuan lainnya?"
"kamu harus menganggap derajat mereka lebih tinggi dari kamu, Denis, meski mereka bawahan kamu. Tapi kamu hormati sewajarnya aja. bisa kan?" perintah Agnes "Kalo mereka minta sesuatu sama kamu, kamu jangan tolak. Atau tanyakan dulu ke aku kalau kmu ragu."