Part IV

1.5K 123 17
                                    

Hari itu seluruh anggota Dreamies tampak berkumpul di salah satu meja yang tersedia di taman belakang sekolah mereka. Ketujuh anggota bahkan Mark sekalipun tampak asyik terhanyut ke dalam permainan yang sedang mereka lakoni. Kehebohan pun terjadi ketika salah satu balok dari susunan UNO Stacko yang Renjun ambil tanpa sengaja turut meruntuhkan semuanya. Jeno dan Jisung ber-high five, sedangkan Jaemin dan Chenle malah berpelukan penuh kebahagiaan lantaran tidak menjadi tumbal dari kekalahan yang kini tengah Renjun hadapi. Haechan sendiri turut bertepuk tangan terlampau bersemangat, berbeda dengan Mark yang hanya tersenyum diselingi kekehan kecil.

"Kalian jahat!" rajuk Renjun sembari menyusun kembali balok-balok UNO yang berserakan dengan ogah-ogahan.

"Bagaimana ceritanya kami yang jahat? Itu kan salahmu sendiri karena meruntuhkannya," ucap Jaemin masih sempat-sempatnya menebarkan garam pada luka Renjun yang menganga.

Hal tersebut berhasil membuat Renjun mendengus sebal sebelum manyun dengan jangka waktu yang lama di sela-sela menyusun balok UNO-nya, sedangkan yang lainnya kini malah menertawakan reaksi Renjun yang bagi mereka sangat menggemaskan tersebut di umurnya yang sudah bukan bocah lagi.

"Maaf."

Tawa mereka lantas terhenti secara bersamaan ketika menemukan seorang siswa sama seperti mereka tampak dengan berani menyela kegiatan bermain mereka yang sedang seru-serunya itu. Chenle dan Jisung bahkan saling berpandangan saat menemukan sesosok gadis tampak berdiri di hadapan Mark berbekal kepala yang tertunduk dengan helaian rambutnya yang sedikit menutupi parasnya. Baru ketika gadis tersebut memberanikan diri untuk menengadahkan wajahnya, Jaemin malah berseru heboh dengan ababilnya.

"Lami?"

Hell, siapa yang tidak kenal dengan model yang sering menjadi ikon dari brand-brand terkenal tersebut?

Bukan menjadi rahasia umum lagi bila rata-rata dari siswa yang bersekolah di sini memang bukanlah orang sembarangan. Contohnya saja gadis yang bernama Lami ini, atau kalau masih kurang jelas bisa kita ambil contoh lain misalkan saja seperti Chenle yang merupakan penyanyi cilik di masa kecilnya. Namun pada kesempatan kali ini bukanlah hal tersebut yang akan dibahas, melainkan kehadiran sang gadis yang tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah mereka.

"Ya?" balas Jeno yang memang pada dasarnya orang yang ramah.

"Bisakah aku berbicara berdua saja dengan Mark?" balas Lami terlampau to the point.

Sebuah siulan lantas terdengar di antara mereka semua dengan Jaemin sebagai pelakunya. Mark sendiri sempat melotot ke arah Jaemin yang kini malah nyengir dengan wajah tanpa dosa miliknya sebelum mengikuti langkah Lami untuk menjauh dari para anggota Dreamies yang masih senantiasa melihat ke arah mereka berdua. Lalu ketika sosok Mark dan Lami sudah tidak tampak di jarak pandang mereka, Chenle lah yang pertama kali membuka percakapan.

"Kira-kira hal apa yang akan mereka bicarakan?" ucap Chenle seraya mengawang-awang.

"Tentu saja Lami akan menyatakan perasaannya pada Mark, seperti biasanya kan?" balas Jisung sambil menepuk-nepuk pundak Chenle yang terduduk di sampingnya, "Yah, walau kita tahu sendiri pasti Mark akan menolak lagi. Kalau dihitung-hitung sudah gadis yang ke berapa kali ini? Dua puluh?"

"Entahlah," balas Chenle sembari menggidikan bahu, "Kalau aku sih malah penasaran. Kenapa pula Mark selalu menolak mereka? Padahal menurutku gadis-gadis yang menembak Mark itu cantik-cantik, bahkan sebagian besar memiliki latar belakang yang mumpuni dan sifatnya pun juga terkenal baik," celetuknya melanjutkan dengan niat mengemukakan pemikiran terpendam miliknya.

Renjun yang tadinya sempat terfokus pada susunan balok UNO-nya pun turut berkata, "Kalau aku lebih ke arah heran, kenapa banyak sekali siswa di sini yang menyukai Mark? Padahal dia pendiam begitu. Apa menariknya?"

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang