Suatu ketika Ismail remaja semakin dekat dengan Sarinah, hampir setiap minggu ia sempatkan untuk mendatangi rumah Sarinah sambil menemani ia menjahit baju pesanan dari seorang wanita dari Bandung. Memang Sarinah adalah sosok perempuan yang pekerja keras, hingga membuat jahitan baju juga desain bajunya dikenal oleh banyak orang bahkan bangsawan juga memberikan apresiasi dari jahitan Sarinah.
Saat itu Ismail sangat bimbang dengan pilihannya untuk merantau dan melanjutkan impiannya di Kota Bandung, hingga suatu saat di rumah Sarinah Ismail berbincang dan curhat dengan Sarinah tentang kegelisahan ia saat ini.
"Sarinah apakah kamu masih sibuk menjahit kali ini?" Tanya Ismail tak biasanya menggunakan nada lemah lembut.
"Tidak sih...kurang sedikit lagi ini selesai." Jawab Sarinah sembari menjahit.
"Oh... iya sudah, aku ingin curhat denganmu." Ucap Ismail.
"Eitss... tak biasanya kamu curhat denganku," jawab Sarinah.
"Ini beneran aku ngak bercanda." Seru Ismail kepada Sarinah.
Sarinah pun segera menyadari maksud Ismail untuk curhat dengannya, dihentikannya seluruh kegiatan menjahit kala itu, berpindahlah posisi Sarinah di kursi ruang tamu dengan Ismail untuk menanyakan tentang apa kegelisahan ia saat ini.
"Memangnya kamu ada apa Mail? Tak biasanya kamu mengajak curhat denganku." Ucap Sarinah.
"Aku bingung Nah," jawab Ismail lesu.
"Bingung kenapa memang?" Jawab dan tanya Sarinah.
"Bingung..." Ucap Ismail.
"Lah...iya bingung kenapa?" Tanya Sarinah kembali.
"Bingung..." Ucap Ismail mengulangi jawabanya tadi.
"Ahh sudahlah aku menjahit lagi kalau begitu." Seru Sarinah kesal dengan Mail.
"Tidak tidak Nah, betul aku bingung mau meninggalkan desa ini atau tidak." Jawab Ismail dengan nada lesu.
"Haaa!! kamu memang mau kemana?" Tanya Sarinah.
"Jadi begini Nah... aku sebenarnya ingin mewujudkan impian Abah untuk memperjuangkan diriku sebagai komponis di Kota Bandung."
"Lah... jauh amat Mail ke Bandung." Kaget Sarinah merasa tidak percaya dengan pernyataan Ismail.
"Iya memang karena di sana banyak terkenal musisi dan komponisnya aku ingin belajar dan mengenalkan karyaku saat ini." Jawab Ismail.
"Jika memang itu sudah tekadmu aku akan mendukungmu Mail, memangnya kamu pergi kapan sih?" Tanya Sarinah kembali.
"Tetapi Sarinah aku mungkin akan meninggalkan orang-orang terdekatku salah satunya kamu, pada bulan-bulan ini kemungkinan aku mulai berangkat." Jawab Ismail.
"Tidak masalah Ismail aku akan selalu merindukanmu, jika memang itu sudah tekad dan keputusanmu untuk mewujudkan impian Abah maka perjuangkanlah selama Abah masih ada." Nasihat Sarinah begitu mengena ke hati Ismail.
Tak terasa rintik hujan kembali membasahi pelataran rumah Sarinah, membuat tanah yang kering menjadi basah kembali. Ismail pun tak sengaja meneteskan air mata, ia membayangkan akan sebuah kerinduan yang amat jauh dan mendalam jika ia harus meninggalkan desa ini untuk pergi ke Bandung. Walaupun begitu Sarinah masih tetap tegar dan tersenyum walaupun dalam hati ia merasa bimbang jika harus berjarak dengan Ismail. Namun, Sarinah dengan ketegaran hatinya akan selalu memberikan semangat pada Ismail untuk mewujudkan impiannya.
Entah kenapa hujan saat itu membawa suasan yang saling menguatkan antara Ismail dan Sarinah, untuk berjanji tidak saling melupakan kenangan yang ia bangun sejak kecil, Ismail juga berjanji kepada Sarinah tidak akan melupakan sosoknya yang memberikan kekuatan dan penguatan dalam setiap hal. Begitu juga Sarinah kepada Ismail, walaupun kadang kala Ismail selalu membuat jengkel kepadanya. Namun, entah kenapada di setiap kejengkelan itu ada rasa yang tertaut kepada sikap Ismail yang selalu memberikan perhatian kepada Sarinah.
Pada saat itulah Ismail mulai mengungkapkan isi hatinya kepada Sarinah secara mendalam di temani rintik hujan pada sore itu.
"Sarinah sebenarnya aku ingin jujur denganmu." Ucap Ismail.
"Jujur kenapa Mail?" Tanya Sarinah.
"Aku sebenarnya ada rasa denganmu sejak dulu. Namun, entah kenapa aku belum mampu mengungkapkannya." Jawab Ismail
Sejak itu Sarinah mulai menaruh perhatian dan rasa kepada Ismail, sejak saat itulah Ismail untuk berjanji dengan Sarinah bahwa ia akan mengingat kenangan yang ada bersamanya sebelum Ismail meninggalkan desa kesayangannya dan seluruh orang dekatnya.
Merindu
Kepada Jiwa
Yang meraba rasa
Ini rindu Cuma rindu
Hanya tentang rindu
Tak lebih dari rindu
Cukup sekedar rindu
Terlalu menggebu
Tak sudi berlalu
Tak hendak mengadu
Walau terus menderu
Sebab ini rindu
Cuma rindu
Hanya tentang rindu
Cukup sekedar rindu
Hanya itu
Memang saat itu menjadi pertemuan yang romantis bagi Ismail dan Sarinah, karena dari sekian banyak pertemuan Sarinah dan Ismail hanya berbincang biasa tanpa ada kaitan dengan rasa hati. Walaupun begitu Ismail dan Sarinah akan tetap menautkan rasa walaupun ke depan ia akan berpisah dengan Ismail untuk mewujudkan impian Abahnya. Memang rasa yang begitu berat untuk dilepaskan jika seseorang yang kita sayang menjauh dari peraduan kita, walaupun masih bisa berkabar dengan surat pos atau telpon. Namun, kabar itu tak bisa menggantikan suasana pertemuan yang biasa dilakukan oleh Sarinah dan Ismail.
Keikhlasan Sarinah untuk berpisah dengan Ismail menjadi sebuah ketegaran rasa bagi Sarinah untuk mengenal Ismail selama ini dengan berbagai sikap juga perilakunya. Sore itu Ismail setelah hujan reda meninggalkan sebuah peraduan yang pernah ia miliki, memberikan salam perpisahan sebelum ia pergi ke Bandung.
![](https://img.wattpad.com/cover/291117459-288-k525510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE: Antara Rindu dan Nostalgia Simfoni Ismail Marzuki
Ficção HistóricaJauh di sebuah sudut kota Batavia lahirlah seorang maestro besar Indonesia yang mewariskan tak kurang dari 200 lagu pada umur 44 tahun. Beliau adalah salah seorang komponis besar Indonesia dialah Ismail Marzuki si jenius dengan segudang keahliaan da...