Senin merupakan hari pertama pelaksanaan ujian nasional bagi siswa sekolah menengah atas (SMA) kelas 12. Semua siswa diwajibkan datang tepat waktu tanpa terkecuali sebab ujian ini adalah ujian akhir kelulusan.
Flo telah bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Terlihat jam telah menunjukkan pukul 06.25 WIB. Flo menggunakan pakaian seragam sekolahnya dengan begitu rapi dan lengkap.
"Aku udah siap"celetuknya.
"Gw sarapan dulu"
"Hah?"
"Nggak usah sarapan dulu, anterin aku dulu ke sekolah"
"Ehhh apa-apaan ini? mau kalau suami Lo sakit?"
"Bodoamat yang penting aku ke sekolah. Hari ini tuh hari penting pak Zen buat aku"
"Hari ini juga adalah hari penting buat perut gw nona Flo. Cacing di perut gw udah ngedemo"
"Lah? Jangan gitu dong. Aku kan tanggung jawabmu. Jadi kamu harus bertanggung jawab. Siapa suruh nikahin gadis yang masih SMA?"
"Bukan mau gw, itu maunya ortu gw. Salahin mereka sana"
"Nggak mau lah, kan kamunya yg udah ijab Qabul itu artinya tanggung jawab kamulah sebagai suami aku"
"Gw lapar, mau makan. Nggak mau debat pokoknya" ucapn Zen kemudian mengambil semangkuk bubur yang telah berada diatas meja makan. Satu suapan ia layangkan ke mulutnya. Namun, sebelum sampai ke mulutnya, tangannya di hentikan oleh Flo.
"STOP"
"Makannya sentar saja. Ini emergency" ucap Flo sambil menarik Zen dengan paksa untuk mengantarnya ke sekolah.
"Gw mau makan dulu"
"Bentar aja SUAMIKU" Ucap Flo yang menyebabkan jantung Zen berdegup lebih cepat dari biasanya.
"Dasar bocil nyusahin banget. Untung aja Lo udah jadi istri gw kalau enggak...." Ucapnya ngegantung.
"Kalau enggak kenapa he?"
"Kalau enggak gw buang deh Lo ke sungai Kapuas"
"Astaghfirullah, ampunilah suamiku ini yaa Allah"doanya.
"Aamiin. Ehhh kok gw ikutan sih. Yaudah ayo pergi"
"Gitu dong kan enak nggak usah usah debat dulu kek Capres"
"Diam atau berangkat sekarang" Tawarnya dengan nada suara yang cool dan ini yang membuat Flo jantungnya selalu berdegup mendengar suara Zen yang membuatnya Feeling ini Love.
"Berangkat"
"Nyengir kan Lo kalau udah diturutin"
"Jelas lah" mereka berdua pun berjalan menuju mobil Zen yang diparkir di halam rumah mereka. Mobil putih yang bertuliskan "Pajero" itu menjadi mobil kedua miliki Zen yang ia beli dari hasil kerjanya sendiri. Sungguh mapan bukan?
Zen membukakan pintu mobil untuk Flo layaknya seorang raja yang membukakan pintu untuk Sang ratu. Flo yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa tersenyum. Namun, sebelum Zen beranjak dari tempat itu, ia tak lupa memasangkan seat belt untuk Flo. Tangan Zen meraih seat belt tersebut untuk di pasangkan ke tubuh Flo. Flo tertegun melihat wajah Zen begitu dekat dengannya. Matanya manatap manik mata milik Zen yang begitu indah. Gugup dan deg-degan saat ini telah Flo rasakan. Semakin dekat dan semakin intens membuat Flo diam seribu bahasa.
"Ehhhh" ucap Flo ditengah kegugupannya.
"Diam"
Seat belt pun telah terpasang di tubuh Flo. Zen kemudian menjauhkan tubuhnya dari tubuh Flo dan menutup pintu mobil. Ia berjalan menuju kursi pemudi. Sejujurnya, Zen pun gugup dengan kondisi tadi tapi ia bisa mengatasi hal tersebut. Zen yang memperhatikan wajah Flo tadi hanya bisa mengagumi istrinya tanpa mau mengucapkannya secara langsung. Wajah istrinya terlihat begitu imut di saat gugup seperti tadi. Ingin sekali Zen mencubit pipi Flo namun gengsinya masih lebih tinggi dari gunung Everest.
Mobil pejero putih itu pun melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah Flo yang membutuhkan waktu 15 menit. Rasa canggung menyelimuti mobil tersebut. Mereka hanya saling diam dan fokus pada pikiran mereka saat ini.
******
Beberapa hari ini Flo telah mengikuti ujian Nasional dan kemarin adalah hari terakhir. Artinya, Flo tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan wisuda kelulusan.
"Akhirnya bebanku sudah selesai. Saatnya menunggu pengumuman kelulusan" ucap Flo.
"Iya, aku juga. Semoga kita lulus yah. Dan bisa nerusin mimpi kita. Flo kamu masih ingatkan kalau kita punya impian untuk kuliah di satu univ yang sama?" Tanya Aletta.
"Ingat dong"
"Alhamdulillah kalau begitu"
"Ngomong-ngomong kamu gimana sama kak Zen?"
"Enggak gimana-gimana. Biasa aja"
"Gimana yah ngomongnya? Maksud akutuh kamu sama kak Zen udah saling cinta belum. Saling ngungkapin gitu"
"Belum. Boro-boro mau saling cinta, orangnya aja kaku kayak kanebo kering ditambah lagi sifatnya yang cuek dan sedingin es di samudra Antartika. Gimana mau saling cinta coba"
"Jadi selama ini kalian gimana aja"
"Yah kayak orang asing dalam satu rumah"
"Kok bisa sih? Aku yakin kamu pasti udah punya rasa kan sama suamimu tapi kamu gengsi"
"Apa-apaan kamu Letta. Enggak kok" ucap Flo mengelak.
"Bohong dosa loh Flo. Mau Lo jadi istri durhaka sama suami?"
"Husssttt,, jangan bawa-bawa dosa dong Letta. Gimana yah ngomongnya"pikirnya.
"Kalau kamu butuh temen cerita, panggil aku aja. Letta selalu siap Sedia kok. Hehehe"
"Sejujurnya yah Letta aku nggak tau gimana perasaan aku sama Zen. Tapi disaat dia mengucapkan kata Istriku, jantung aku selalu berdegup dengan cepat dan seperti ada aliran listrik yang menyengatku. Emang sih kak Zen itu ganteng tapi sifatnya ituloh yang ngeselin"
"Itu artinya kamu udah mulai cinta sama kak Zen. Apa kamu cemburu kalau kak Zen di deketin sama cewek lain?"
"Cemburulah masa enggak." Jawabnya spontan.
"Nah itu berarti kamu memang udah suka sama kak Zen. Cuman kamunya aja yang nggak peka sama perasaan kamu sendiri"
"Emang begitu yah Letta?"
"Iya Flo. Kalau bukan cinta apa dong namanya?"
"Apa mungkin aku sudah cinta sama Zen?"
"Iya Flo, yakin deh sama aku"
"Tapi apakah Zen juga punya rasa seperti aku?"
"Mungkin saja"
"Tapi dia kok nggak pernah nunjukin itu malahan dia ngeselin banget kalau ketemu aku"
"Mungkin begitu cara dia menutupi rasanya buat kamu Flo"
"Entahlah aku bingung tentang masalah perasaan seperti ini"
"Begitulah Flo, namanya perasaan emang sulit diartikan. Kamu kok nggak manggil kak Zen dengan sebutan mas atau sebutan apa gitu yang lebih sopan?"
"Emang harus yah Letta?"
"Harus dong Flo. Itu salah satu tanda bakti kamu kepada suami. Jangan panggil dia dengan sebutan namanya. Nggak baik loh"
"Terus aku harus manggil dia dengan sebutan apa?"
"Itumah terserah kamu Flo. Mas, kak, atau sayang juga boleh" ledek Letta.
"Itumah maunya kamu Letta. Apa aku manggil dia dengan panggilan kakak aja yah?"
"Itu lebih baik daripada manggil dia dengan namanya.
"Oke akan aku coba. Makasih yah Letta udah mau dengerin dan negur aku"
"Sama-sama Flo. Itu udah jadi tugas aku sebagai sahabat kamu"
"Sayang deh sama kamu Letta"
"Aku juga Flo" mereka berdua pun berpelukan layaknya telatubies.
📌📌Jangan lupa Vote,komen dan share biar author semangat buat ceritanya.
Makasih🙏🌼
~awput

KAMU SEDANG MEMBACA
Flo dan Zen (END)
Novela JuvenilDisaat senang-senangnya menikmati masa-masa SMA yang akan berakhir beberapa bulan lagi, Flory zanetta zaveer harus menerima kenyataan bahwa dia akan dijodohkan dengan orang yang ia tidak kenal. Zen Arkana Mahendra, adalah orang yang akan dijodohkan...