F (ajar, senja, dan kenangannya)

103 8 0
                                    

Haii assalamualaikum!
Cerita ini terinspirasi dari a ajay lhoo xixixii.
Udah denger kabar a ajay mau married mei nanti? Nahh aku terinspirasi dari ituu.
Pokoknya apapun yang bakal a ajay lakuin, kita tetep dukung a ajay ya! Karena yang tau baik dan tidaknya untuk a ajay ya a ajay sendiri.
Happy reading guys!

***

"Tsani! Jangan lupa ya, traktir makan besok rame-rame. Wahahahaha," ujar teman-temanku tak berdosa. Seharusnya aku yang ditraktir, 'kan aku yang ulang tahun.

Ku iyakan saja agar mereka tidak terus menagih, "Iya, in syaa Allah!" jawabku. Setelah mereka benar-benar pergi, aku segera melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah.

Hari ini aku ulang tahun, ya walaupun sebenarnya tidak pernah dirayakan. Tapi tetap saja, di tanggal yang sama dua puluh tiga tahun yang lalu, aku lahir ke dunia ini. Semakin bertambahnya umurku semakin sedikit jatah waktuku tersisa di dunia.

Semakin kesini, aku semakin tidak bisa bodo amat-an dengan hidup yang gini-gini aja. Belum lagi Mbah dan orang tuaku selalu bertanya "kapan nikah?" ya memang benar, umurku masih belum terlalu tua untuk ditanyai tentang nikah, tapi keluargaku adalah keluarga yang kalau patut diberi julukan ya, julukannya 'keluarga nikah muda'. Kenapa? Karena semua anak-anak Mbah baik itu Mbah dari ibu, atau Mbah dari bapak, semuanya menikah di usia muda. Bahkan bulik ku saja ada yang menikah di umur sembilan belas tahun. Tidak ada yang menikah melebihi usia dua puluh lima.

Selain ditanyai tentang nikah terus-menerus, pekerjaanku juga selalu ditanyakan bapak. "Kamu sekolah tinggi lho, jurusan kedokteran lagi. Apa kamu gak ada niat buat cari kerja, Tsa?" begitu kalimat bapak yang selalu keluar jika sedang bertanya padaku.

Tanpa disuruh, aku juga ingin bekerja. Tapi jika aku bekerja, yang mengurus ibu dan bapak siapa? Iya kalau kerjanya masih satu kota, kalau kerjanya di luar kota bagaimana? Yang ada malah aku yang tidak tenang dan hal itu nanti malah akan menjadi alasan tidak konsennya aku saat bekerja.

Ku putuskan untuk menunggu dulu sampai rejeki pekerjaan datang padaku. Iya tahu, aku juga lagi cari kerja kok, di klinik kesehatan di sekitar rumah saja.

"Ibu sama Bapak mau kemana?" tanyaku saat kulihat kedua pasangan ini tengah bersiap-siap dengan baju rapi, dan ada satu koper di masing-masing tangan mereka.

"Mau ke rumah Satria," jawab ibu. Satria itu sepupuku.

"Jadi, Ibu sama Bapak mau ke Semarang? Ngapain?"

"Lho dia mau nikah, masa ndak tau?" jawab bapak.

Sejak kapan? Kenapa aku baru tahu? Kenapa tidak ada yang memberi tahuku? Apa aku yang tertinggal berita?.

"Lho kok aku gak dikasih tau?" protesku.

"Wong di grup ada kok. Kamu saja yang tidak membaca," jawab bapak lagi.

Sudah kuduga, aku memang yang tidak membuka grup.

"Ya sudah, tunggu aku, aku mau ikut." Aku bergegas menuju kamar untuk menyiapkan pakaian yang akan kubawa. Klakson mobil dari luar membuat langkahku terhenti.

"Gak usah. Ibu sama Bapak satu minggu saja kok. Nanti ada yang mau datang, tunggu saja di rumah. Kalo mau jajan, itu di tas kamu sudah Ibu kasih."

"Yahh, ya udah gak papa deh. Hati-hati Bu, Pak." Aku menarik tangan mereka satu-persatu lalu kucium tangan keriput yang masih sama dengan wangi khas keduanya.

Setelah perginya bapak dan ibu, aku memutuskan untuk mandi sebab seharian aku jalan-jalan dengan temanku. Untung saja aku lupa membawa uang, jadi men-traktir mereka bisa ditunda dulu.

Selesai mandi, aku menuju ruang tamu dengan rambut yang sudah terbungkus rapi dengan handuk. Aku akan mengambil hapeku.

Ada yang berbeda. Perasaan ketika ruangan ini aku tinggal mandi, penampakannya tidak seperti ini deh. Seperti lebih terang?.

Astagfirullah aku lupa! Tadi 'kan pintunya terbuka, sekarang pintunya tertutup. Pasti ada yang masuk!.

Aku segera memeriksa barang barang yang sekiranya berharga. Alhamdulillah tidak ada barang yang hilang.

Tapi tunggu. Ini, kotak dari siapa ya? Apa benar-benar ada orang yang masuk rumah dan meninggalkan barangnya di sini?.

Kuambil kotak kecil berwarna pink dengan pita yang membuat penampilannya semakin menarik itu. Aku membawanya ke kamar dan menyimpannya. Siapa tahu besok pemiliknya akan kembali.

Cahaya matahari yang mulai redup merambat lurus melewati celah yang tersisa dari jendela yang tertutup. Aku memutuskan untuk keluar sebentar, menikmati cahaya senja yang sebentar lagi akan hilang.

Di waktu yang sama, namun hari, dan tahun yang berbeda. Pikiranku selalu melampau jauh ke belakang. Masa yang sudah lampau dan tidak akan terulang.

Sore ini kembali membuatku mengingat segalanya, tentang dia.

---

pict for Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pict for Pinterest

uuuuu dari siapa yaaaa😱

----------------------

Thanks for reading all
See you ❤

----------------------

DERANA || Fajar Alfian [BERHENTI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang