🔥🔥🔥
HARI Rabu, Anya hanya memiliki dua jadwal di kampus. Yaitu AIK III satu SKS dan Sistem Informasi Manajemen tiga SKS. Sehingga jam satu siang ini ia sudah kembali membuka toko.
Setelah menatap jendela selama beberapa detik, Anya mencoba memfokuskan diri pada laptop. Sibuk mengerjakan tugas. Mumpung toko masih sepi, dan ia ada waktu luang.
Sesekali, tangan kanan Anya terangkat, untuk menyuapkan roti sobek selai cokelat yang ia beli beberapa waktu lalu dari mini market.
Sesaat, motor yang terpakir tepat di bagian depan toko membuat perhatian Anya teralihkan. Berdiri karena penasaran, mata Anya pun menyipit, merasa kenal dengan laki-laki yang kini tengah sibuk melepas helm sebelum membenarkan letak rambutnya yang sedikit gondrong di kaca spion.
Gondrong?
Senyuman Anya merekah. Cepat, ia bergerak ke arah depan, membuka pintu toko, siap menyambut Mas Tamu.
"Roman-romannya, bawa makanan nih, Bos?" goda Anya saat laki-laki jangkung bernama Deryl itu masuk begitu saja. Dan, inilah yang membuat Anya senang, di mana ada Deryl, di situ ada makanan.
"Lo udah makan deh, kayaknya. Jadi ini soto terpaksa gue abisin sendiri," ujar Deryl, sembari duduk di kursi tinggi yang ada di balik meja pelayanan toko bunga.
Anya menyusul setelahnya, duduk di kursi yang tersisa dengan wajah manyun. "Enak aja, gue masih lapar tahu."
"Lo kan udah makan roti, Nya!"
"Tapi gue masih lapar, roti aja mana cukup Deryl." Dan tanpa malu-malu, Anya merebut satu bungkus soto dari dalam kantong plastik yang Deryl simpan di atas meja.
Di dunia ini, selain Wiwit, Anya mempunyai satu teman terbaik lain, yaitu Deryl. Laki-laki ramah yang memiliki wajah cukup manis. Memang Deryl bukan tipe cowok yang ganteng banget, banget, banget, tapi jujur, bagi Anya, Deryl yang manis tidak akan pernah membuat siapapun bosan memandang. Apalagi saat laki-laki itu tersenyum. Yang menampakan satu lesung di pipi kanannya.
Deryl sosok yang baik dan ramah setengah mati. Royal juga. Paling sering ngasih sumbangan makanan untuk Anya. Orang tua Deryl lumayan kaya, maka dari itu duit jajan Deryl juga banyak. Eh, Anya berteman dengan Deryl bukan karena uangnya kok, tapi, Deryl memang seworth it itu untuk ada di hidup Anya. Meski pertemanan mereka memang baru terjalin saat Anya dan Derly sama-sama masuk kampus. Tapi keduanya sudah sangat dekat satu sama lain.
"Enggak sama Wiwit?" tanya Deryl, perasaan tadi Wiwit sempat bilang bahwa ia akan menemani Anya menjaga toko. Maka dari itu, Deryl membeli tiga bungkus soto. Agar mereka bisa makan sama-sama.
Anya menggeleng. "Tadi Wiwit ke sini, terus dijemput sama gebetannya. Kan dia lagi deket sama anak teknik."
"Ga ada kapok-kapoknya ya, itu si Wiwit. Mana mainnya sama anak teknik lagi. Padahal baru kemarin-kemarin kan dia galau gara-gara dighosting sama anak sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
A MARRIAGE PROPOSAL (END)
RomanceLENGKAP "Saya punya penawaran buat kamu." Arlan melirik Anya. "Jadi istri saya, dan saya akan membiayai semua kebutuhan kamu." Anya terkekeh. "Gue dibooking nih Om?" "Bisa dibilang begitu." Arlan menganggukan kepalanya. "Ogah! Gue bukan cewek muraha...