Gojo Satoru

597 42 3
                                    


Satoru duduk sendirian di picnic table yang terletak smoking area halaman depan Tokyo Metropolitan Jujutsu High School. Sambil merokok, dia menelepon seseorang dengan menekan tombol speed dial nomor 1.

"Ya, Satoru?" sapa orang di telepon.

"Halo cintaku, manisku, kesayanganku, hidup-matiku," Satoru tersenyum lebar. "Kamu lagi ngapain, Utahime sayang?"

"Baru banget selesai makan," Utahime menjawab datar. "Kamu makan dulu sebelom meeting panjang sampe sore."

"Udah kok, 10 menit yang lalu," jawab Satoru. "Males, deh. Harus banget aku ikut meeting? Enggak bisa nunggu hasilnya aja lewat kamu?"

"Kamu orang paling penting di kasus ini, Satoru," Utahime terdengar menghela napas. "Jangan kebiasaan deh, suka mangkir meeting. Kamu enggak kasian sama Suguru sama Kento? Apa-apa mesti nge­-report ke kamu. Udah kayak bos aja."

"Nanami. Dia enggak suka dipanggil Kento."

"Terserah. Dengerin apa yang aku bilang tadi."

"Iya, iya. Kamu kalo lagi bad mood gini jadi hot, deh."

"Satoru."

"Iyaaaaaa," Satoru tersenyum makin lebar. "Kamu bad mood gara-gara meeting enggak berenti-berenti ya, dari kemaren?"

"Ya, kayak enggak tau aja kakekmu kalo ada apa-apa nyarinya aku, bukan Mei Mei. Mei Mei juga brengsek sih, kalo mau dia yang assist meeting, dia harus dapet bonus."

"Eh, kok kasar sih, pacar aku?"

"Capek soalnya, mesti mikir."

"Sorean aku kirimin gelatto ya, biar kamu enggak bete," Satoru tertawa kecil. "Rasa blueberry favorit kamu. Atau, mau aku kirimin diri aku aja? Tetep pake blueberry, tapi blueberry-nya aku gigit."

"Satoru."

Satoru berdecak. "Iya, iya. By the way, kok kamu enggak bilang sama aku kalo target operasi kita lahir dari Heavenly Restriction kayak Toji?"

Utahime terdiam sebentar. "Siapa yang ngasih tau kamu?"

"Nanamin semalem. Aku mau nanya kamu tadi pagi, cuma kamu bilang kamu lagi ribet terus lagi nyiapin meeting."

"Emang aku lagi ribet. Bukan berarti enggak mau ngasih tau kamu. Maksudnya, biar kamu tau sendiri aja di meeting."

Satoru diam sejenak, masih tersenyum. "Kamu khawatir, Utahime?"

"Mm..." Utahime terdengar menghela napas. "Sedikit."

"Sedikit banyak, maksudnya?"

"Satoru, ngertilah—"

"Daijoubu. Boku saikyou dakara."

Utahime kembali menghela napas. "Satoru, kita semua tau kamu yang paling kuat. Tapi cewek ini—"

"Iya, paham," Satoru memotong omongan Utahime. "Case-nya sama kayak kita."

Utahime tidak menjawab, dan Satoru tahu Utahime benci membicarakan soal keamanan dirinya.

"Kamu udah tau mau dilokasiin di mana?" tanya Satoru.

"So far, antara Nagasaki atau Hiroshima. Tapi belom tentu."

"Seinget aku, Nanamin bilang semalem kalo salah satu lokasi ada di gunung Tsurugi di Takoshima. Kalo bisa, kamu jangan di sana, karena terlalu random buat aku teleport even kamu udah fotoin lokasinya dan kamu kirim ke aku. Nagasaki sama Hiroshima enggak masalah, aku udah pernah ke sana dan inget beberapa tempat di sana."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang