Fushiguro Toji, Fushiguro Megumi, Zen'in Naoya

279 30 0
                                    


"Hai, Pah," Megumi menyapa ayahnya yang baru keluar dari kamar mandi.

"Oh? Megumi?" Toji menutup pintu kamar mandi dengan handuk di bahunya. "Papa kira kamu enggak jadi pulang."

"Iya, aku telat pulangnya soalnya tadi pada meeting dan selesainya lama," ucap Megumi.

"Oh," Toji mengambil bir dingin yang sudah dia taruh di atas meja sebelum dia mandi. "Kalo mau makan lagi, Naoya tadi bawain Okonomiyaki. Udah Papa masukin lemari es, sih. Kamu panasin aja."

"Masih kenyang, besok aja," kata Megumi. Namun, dia tidak menatap wajah ayahnya, melainkan tangan kiri sang ayah. Ada luka sayat yang sudah mengering di bagian bawah lengannya. Tidak dalam, tapi meninggalkan memar di sekitarnya.

"Papa dikabarin Satoru, soal misi kalian," Toji duduk di sofa di seberang Megumi. "Kamu enggak apa-apa, 'kan?"

"Aku aman, cuma Nobara aja yang kenapa-napa. Dia juga udah sehat kok, tinggal recovery sedikit," jawab Megumi.

"Iya, Satoru juga bilang begitu," kata Toji sambil meminum birnya. "So far, gimana nasib misinya?"

"Belom ada instruksi lagi, Pah. Minggu depan aku masih belajar kayak biasa, lebih banyak ke latihan fisik sih, dan kayaknya bakal lebih sering field test."

"Field test buat apa? Kamu masih harus nyari cursed spirit juga?"

"Kayaknya sih, gitu. Belom ada briefing lagi, tapi feeling-ku sih, gitu."

"Grade kamu enggak seharusnya ngadepin Special Grade cursed spirit, Megumi. Kamu belom nyampe ke situ."

"Mau gimana lagi, Pah? Keadaan lagi kacau. Siap enggak siap."

Megumi bisa melihat ada kekesalan dan 'wajah tidak setuju' pada ayahnya. Megumi yakin ayahnya ingin berdebat dengannya soal keamanan dan keselamatannya. Namun, Megumi juga tahu kalau perdebatan soal itu tak akan ada habisnya.

"Misi kamu kemaren itu bahaya banget, Dek," Toji mendengus. "Itu harusnya dikerjain sama guru-guru kamu, bukan kamu."

"Aku udah bilang 'kan, enggak ada cara lain. Mau gimana lagi, Pah?"

Toji mendengus lagi. "Ya, memang. Mau enggak mau."

"Aku juga tau kok, Papa pasti terlibat. Misi kemaren juga Papa pasti turun," ucap Megumi.

Kedua alis Toji terangkat. "Papa terlibat?"

"Aku enggak tau Papa beneran terlibat apa enggak, tapi ini asumsiku. Di misi kemaren, Papa juga turun, entah di kota mana. Soalnya Papa enggak begitu sering chat aku dan bener-bener nanyain kabarku kayak biasa," jelas Megumi. "Papa sempet pergi sama Gojo-sensei sama Getou-sensei, dan kayaknya Sukuna ikut juga malem itu. Pas misi, Sukuna tiba-tiba ada di Fukuoka bareng aku, dan aku yakin banget Papa juga turun. Aku yakin di malem Papa pergi sama mereka, Gojo-sensei sama Getou-sensei minta Papa buat terlibat."

Megumi menunjuk tangan Toji yang terluka. "Itu tangan Papa kenapa?"

Toji mengangkat tangannya dan memandanginya. "Kena besi ini, di bengkel."

Megumi memutar kedua bola matanya. "Pah, udahlah."

Toji bersandar ke sofa sambil menyilangkan kakinya. "Kamu marah sama Papa karena Papa turun?"

Megumi menggeleng. "Enggak. Tapi lebih baik Papa jujur aja. Percuma mau aku marah juga, Papa enggak akan bisa aku larang."

Toji tersenyum kecil. "Kamu udah gede, ya."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang