Utahime Iori

566 42 1
                                    


"Utahime?" Shoko memanggil Utahime.

Utahime tidak menjawab. Kedua matanya terbuka maupun tidak begitu lebar. Cahaya lampu yang menyilaukan membuat kedua matanya berair.

"Utahime?" Shoko kembali memanggil.

Utahime menoleh ke arah Shoko. "...Sho?"

"Lo butuh oksigen, enggak? Napas lo berat, enggak?" tanya Shoko.

"Enggak," Utahime menarik napas panjang. "Cuma pusing aja."

"Sebentar," Shoko membuka tirai dan berjalan menjauh. Tak lama, dia kembali lagi dengan obat tablet berwarna putih dan segelas air putih dengan sedotan. "Minum ini, ya."

Utahime mencoba bangun. Dia mengernyit, ada rasa perih pada pinggul kirinya. Dia pun memiringkan tubuhnya dan meminum obat dari Shoko.

"Jangan duduk dulu, ya. Tunggu satu jam dulu baru lo mulai coba duduk. Badan lo masih shock, dan lo 'kan dari kemaren enggak gerak. Jadi, pelan-pelan," ucap Shoko. "Luka lo udah ketutup, dan lo pasti masih ngerasa pedih atau ngilu. Besok lo udah bisa balik ke Kyoto, kok."

"Balik?" kata Utahime yang baru saja menghabiskan air putihnya. "Gue udah ilang berapa hari? Oh, Sho! Anak-anak gue!"

"Sehari. By the way, Mai sama Miwa udah di hotel. Mereka masih recovery, Mai juga masih butuh kruk buat jalan. Besok mereka balik ke Kyoto sama Momo. Aman, kok," jawab Shoko.

"Se-sebelah gue siapa, Sho?" Utahime merendahkan suaranya. "Kok, gue denger ada suara mesin?"

"Kugisaki Nobara. Lo mau minum lagi enggak?" dan Utahime mengangguk. "Nobara ngadepin cursed spirit beracun dan kakinya keinfeksi. Tapi, racunnya sekarang udah ilang, kok. Tinggal pemulihan aja. Agak lambat tapi, karena racunnya kemaren udah lumayan menyebar. Mungkin besok dia baru sadar."

Shoko meninggalkan Utahime dan kembali dengan segelas air putih. Utahime berusaha memiringkan tubuhnya lagi, dan kali ini lebih mudah karena rasa sakit yang dia rasakan sudah tidak seperti saat dia baru bangun. Shoko mendekatkan mulut Utahime pada sedotan yang berada di dalam gelas yang dia pegang.

"Satoru gimana? Akhirnya gimana?" tanya Utahime di sela-sela minum.

"Misi udah selesai. Sisanya, lo tunggu cerita dari dia aja," ucap Shoko.

"Halo, cantik."

Shoko dan Utahime menoleh bersamaan. Tirai terbuka, dan Satoru berjalan masuk sambil menurunkan penutup matanya.

"Silakan," Shoko tersenyum seraya menaruh gelas berisi air putih di meja kecil samping tempat tidur dan keluar dari bilik Utahime.

Satoru tersenyum lebar dan membungkuk memeluk Utahime. Dia membenamkan wajahnya di sebelah kiri wajah Utahime, mencium pipinya seraya mengusap-usap kepala Utahime. Dia beralih ke wajah Utahime sekarang, dan mencium keningnya cukup lama.

"Kangen," Satoru mencium bibir Utahime berkali. "Kangen. Kangen. Kangen."

"Ahhh, udah," Utahime tertawa kecil sambil mengusap-usap rambut Satoru. "Aku masih pusing."

Satoru menarik kursi di dekatnya dan duduk. Dia menarik tangan kiri Utahime dan memeluknya dengan kedua tangannya yang sudah berada di tempat tidur.

"Apa kabar nih, malaikat pencabut nyaliku?" Satoru bicara sambil mengecup punggung tangan Utahime. "Masih berasa sakitnya, ya?"

"Berasa banget di pinggul kiri, sih. Yang di dada udah enggak begitu," jawab Utahime. "Bahu aku juga pegel."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang