Ada Namun Tiada

120 3 0
                                    

Langit begitu indah dengan corak jingga yang begitu kental disertai akan angin yang terasa lembut menerpa wajah yang tampak berseri, disebuah taman dengan hamparan rumput hijau mengkilap dan warna dari bermacam jenis bunga seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihat begitupun dengan sepasang remaja perempuan berusia delapan belas tahun yang telihat tengah menikmati hari yang begitu hangat, namun seakan terlena oleh buaian angin yang seakan mendukung rasa yang begitu berkecamuk, raut wajah seorang dari mereka tampak begitu kusut menahan gejolak yang terasa begitu mencekik.

“ Hei kau kenapa Ara? Kenapa wajahmu tiba-tiba terlihat kusut begitu? “ Ujar seorang dari mereka dengan tatapan khawatir yang tidak dapat tertutupi.

“ Tenanglah Aulian aku tidak apa hanya saja aku teringat akan sosok yang begitu aku rindukan. “ Ujar Ara kepada anak perempuan yang tadi memanggilnya dengan raut khawatir yang begitu kentara.

“ Apa kau masih merindukannya? Kenapa kau begitu keras kepala sekali Ara? Dia tidak perduli kepadamu! Harus berapa kali aku katakan itu? Aku tidak ingin melihatmu seperti ini Ara, ini sungguh bukan sosok Ara yang aku kenal. “ Ujar Aulian dengan raut wajah kesal menahan gejolak yang begitu kentara ketika melihat sahabatnya yang masih terus berharap akan sesuatu yang jelas saja mustahil untuk tewujud.

“ Kau tidak tahu rasanya Aulian, aku ingin berhenti berharap akan rasa yang begitu semu untuk aku raih. Aku tahu, aku sangat tahu akan rasa itu tapi aku hanyalah seorang gadis belia yang masih berharap akan dekap hangat yang begitu aku nanti, apakah aku salah? “ Ujar Ara dengan tangis yang kini mulai melanda sang atma yang begitu lelah akan bualan sang buana yang tak pernah berpihak akan dirinya.

“ Aku tahu kau rindu tapi apakah dia merasakan hal yang sama? Ara jangan bodoh, berhenti bersikap egois kau hidup didunia nyata yang ketika kau terjatuh pun tidak akan ada yang benar-benar tulus membantumu untuk bangkit kembali selain dirimu sendiri Ara! Berhenti menyiksa dirimu sendiri dengan angan semu yang begitu menyiksa, kau berharga lebih dari apapun, jangan membuatmu rapuh hanya sosok yang kau rindukan akan dekap yang tak pernah terasa nyata itu! “ Ujar Aulian dengan mimik wajah yang berubah sendu dibalik kata yang ia keluarkan ia hanya ingin sang sahabat berhenti berharap kepada sesuatu yang tidak pasti yang hanya akan menyakiti dan merubah sosok sahabatnya yang sedikit demi sedikit mulai kembali kedirinya. Ia tidak ingin sang sahabat kembali terlena akan bualan manis namun memberikan segores luka yang mendalam diluka yang masih belum kering sepenuhnya.

“ Aulian.. lalu aku harus apa? Salahkah jika aku sedikit berharap akan dekap hangat yang begitu aku rindu? Padahal aku sendiri pun belum pernah merasakan dekap itu, tapi kenapa aku masih terus berharap? Apa salahku Aulian? Aku ingin membencinya dan melupakan sosok dirinya jauh didasar sana tapi kenapa aku terus merindu? Kenapa sosoknya masih terus berada dihati ini Aulian? Aku lelah untuk terus berharap akan angan yang terasa kosong namun terus berkembang akan rasa yang begitu mendamba. “ Ujar Ara dengan linangan air mata yang begitu deras membanjiri wajah manis yang selalu terhias akan senyum namun kini tembok yang ia bangun terasa roboh ketika rasa rindu yang begitu menyesakkan hadir kembali ditengah hati yang masih belum siap untuk merasakan luka kembali.

“ Kau tak salah Ara, kau sama sekali tidak salah.. aku tahu kamu rindu aku pun tidak bisa bilang bahwa yang kau rindukan memanglah jauh dari angan yang ingin kamu raih karena nyatanya dia begitu dekat dihatimu karena hubungan bapak dan anak memang tidak bisa dilepaskan oleh apapun sekalipun kau telah berapa kali dikecewakan, berapa kali dituangkan rasa luka yang begitu mendalam tapi hati mu tidak bisa berbohong akan rasa itu, tapi Ara.. jika itu menyiksa dirimu kenapa harus kamu ulang kembali? Ara, tidak semua cerita yang ingin kamu ukir akan menjadi nyata karena tidak semua hal bisa terwujud walaupun kamu berteriak sekalipun, jadi cukup jangan menyiksa dirimu Ara dia jauh sangat jauh untuk bisa kamu raih tapi hatimu masih bisa merasakan. “ Ujar Aulian yang begitu menenangkan hati yang kini terasa kalut namun seakan tersihir perasaan itu berubah menjadi lega akan hal yang menjadi rasa akan gusar.

Langit senja menjadi sebuah saksi akan perasaan dari seorang anak perempuan yang masih belia akan wujud rindu setitik dekap yang menjadi angan mustahil untuk terwujud, namun ia pun sadar walaupun rasa itu mustahil untuk tewujud tetapi rasa yang masih tertanam dihatinya masih terasa walaupun rasa benci masih menyapa tapi tidak menutup rasa yang begitu kental benar adanya kata ada namun tiada sama seperti dirinya ada dalam merindu akan sosoknya yang mendekap tubuh yang begitu lelah namun mustahil untuk terwujud walaupun sosok itu masihlah hidup karena sosoknya yang telah dianggap tiada.

Kumpulan Cerpen KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang