4. Separuh yang Lain

2 2 0
                                    

Miko melangkah santai di koridor kelas sebelas yang masih cukup ramai, sebab baru sekitar lima menit yang lalu bel pulang berbunyi. Wajah datarnya tetap tidak membuat ketampanannya berkurang, pun kharismanya. Ia bahkan salah satu kakak kelas yang menjadi idaman para siswi.

Langkah Miko terhenti saat melihat Mika sedang diomeli oleh Bu Tari, ia mengembuskan napas panjang. Gadis itu pasti belum menyelesaikan tugas, ah bukan tugas tapi hukuman yang diberikan guru ekonomi itu.

"Pokoknya Ibu gak mau tau! Sore ini juga, soal dan jawabannya sudah ada di meja Ibu!" tegas Bu Tari yang berhasil Miko dengar sebelum guru itu berlalu pergi. Tatapan Miko kini beralih pada Mika, menahan gadis itu yang hanya mengerlingkan matanya acuh tak acuh, lalu melangkah menuju parkiran, dengan cepat ia mengejarnya.

"Patung! Apaan sih lo!"

"Lo gak denger tadi Bu Tari ngomong apa?"

"Lo nguping ya? Dasar! Kepo banget lo jadi cowok!"

"Terserah, yang jelas, lu harus selesain hukumannya sekarang." Miko menarik lengan Mika menuju perpustakaan, seperti biasa, gadis itu akan memberontak, dan berakhir seperti diseret-seret. Seneng banget nyusahin diri sendiri, heran, pikir Miko.

"MIKO, LEPASIN!!"

Begitu sampai di Perpustakaan, Miko langsung meminta izin kepada penjaga perpustakaan untuk mengisi ruang belajar hanya berdua dengan Mika, tentu saja penjaga perpustakaan itu menurut pada Miko. Entahlah, Mika pun heran, apa sebenarnya yang dimiliki Miko, sampai rasanya semua guru begitu bersahabat dengannya.

"Bener-bener ya lo!"

Miko tidak menanggapi kekesalan Mika, ia justru berjalan menuju rak buku, membiarkan Mika kini hanya mengatur napas kesalnya. Mengucapkan berbagai sumpah serapah tak henti-henti untuk lelaki jangkung di belakang sana.

"Nih," Miko menyimpan 3 buku paket tebal di hadapan Mika, lengkap dengan kertas folio dan alat tulisnya.

"Rese lo ya?" Mika menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Gak usah kebanyakan ngomel, gak capek apa?" Miko bersuara sambil membuka-buka buku paket tebal, lengannya yang memegang pensil, memberi sedikit tanda pada beberapa halaman buku, entahlah apa yang manusia menyebalkan itu lakukan, Mika tak mau ambil pusing.

"Nih, beberapa udah gua tandain soal sama jawabannya, kerjain dulu sebisa lu, gua ada rapat OSIS." Miko menatap Mika yang masih memasang wajah tak acuh, lalu memilih untuk segera meninggalkan Mika, menutup pintu ruangan tersebut rapat-rapat.

Tak sampai 5 menit setelah Miko meninggalkannya, Mika langsung bergerak cepat untuk segera pergi dari tempat terkutuk ini. Ruangan menyeramkan dengan ratusan buku tebal nan mengerikan, apalagi aroma khas buku-buku itu berhasil membuatnya mual.

Sial! Pintunya dikunci dari luar, Mika mengeram marah, lelaki itu sangat cerdik dan merupakan musuh paling menyebalkan bagi Mika, "lu bakal bayar buat semua ini, Patung hidup!"
***

Selama rapat OSIS, Miko beberapa kali melirik jam tangan, pikirannya sedikit tidak fokus. Raganya memang utuh di ruangan tersebut, tapi jiwanya berkelana di perpustakaan. Memikirkan Mika yang ia tinggal sendirian, cukup membuatnya khawatir, ia takut gadis itu melakukan hal yang aneh, atau membuat kegaduhan di sana, Mika bukan seseorang yang bisa tenang, dalam hitungan menit pun gadis itu bisa membuat gempar satu sekolah.

"Jadi gimana Ko? Lu setuju Aura yang bakal bertanggung jawab sama kegiatan pensi tahun ini?"

Miko tersentak kaget, "kenapa? Sori."

Rania selaku wakilnya berdecak kesal, "lu kenapa sih? Gak fokus banget dari tadi."
Miko tidak mengindahkan perkataan Rania, tatapannya beralih pada Aura yang selalu saja memasang senyuman untuknya, "semuanya setuju?"

Bad (Broken) Girl - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang