5. Les Privat

2 2 0
                                    

Pukul 5.45 pagi, Miko sudah memarkirkan motornya di depan rumah Mika, ia merasa harus menjemput gadis itu supaya bisa mengumpulkan tugas ekonomi pagi-pagi sekali sebelum Bu Tari datang, karena jika Mika pergi sendirian, sudah bisa di tebak gadis itu akan datang paling pagi berbarengan dengan bel masuk berdering.

Saat Miko mengetuk pintu rumah mewah bertingkat 3 itu, seorang gadis cantik yang membuka pintu, ia lebih pendek beberapa senti dari Mika, rambutnya sebatas punggung berwarna cokelat gelap, namun memiliki senyum hangat, jauh berbeda dengan wajah ketus Mika.

"Mau cari siapa ya?"

"Mikanya ada?"

"Ada, dia masih tidur. Masuk dulu, biar aku bangunin Mikanya."

Miko mengangguk samar, mengikuti langkah gadis itu menuju ruangan utama. Miko sedikit takjub melihat arsitektur rumah tersebut, ini lebih pantas di sebut istana pun berkali-kali lipat lebih mewah dari rumahnya.

"Mau minum apa?"

"Enggak usah."

"Kamu udah sarapan? Mau sarapan dulu sambal nung-"

Miko langsung mencela, "bisa bangunin Mikanya sekarang? Kita buru-buru soalnya."

Gadis cantik itu mengangguk lalu berlari pelan menaiki anak tangga menuju lantai dua, dan menghilang dari pandangan Miko.

Butuh waktu hampir 30 menit sampai akhirnya Mika keluar kamar, sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas ransel. Gadis itu menatap Miko dengan tatapan tajam, "kurang kerjaan banget lo subuh-subuh ke sini!" gerutunya sebelum melangkah menuju ruang makan.

"Ayo ikut sarapan," gadis manis yang tadi membangunkan Mika mendekati Miko, menarik lengan lelaki itu untuk menyusul Mika ke ruang makan.

"Jarang banget lho, temen Mika ada yang main ke sini."

Miko hanya tersenyum simpul, tatapannya terus terpaut pada Mika, melihat bagaimana gadis cantik itu melahap setangkup roti isi selai cokelat buatan pembantunya.

"Aku Nadia, kakaknya Mika, kamu siapa namanya?"

"Miko," katanya, ia memerhatikan Mika dengan Nadia, tidak ada kemiripan sedikitpun dari segi wajah maupun sifat.

"Aku seneng banget Mika punya temen kayak kamu, soalnya temennya Mika biasanya anak begajulan semua."

Mendengar penuturan Nadia, Mika menatapnya tak terima, "apaan sih lu! Gak usah caper," setelah mengatakannya, Mika meneguk sedikit susu putih dan melangkah pergi meningalkan ruang makan. Miko yang belum menyentuh makanannya pun ikut bangkit, menyusul Mika.

"Miko mau ke mana? Sarapannya belum di makan." Perkataan Nadia tak mendapat respon apapun dari Miko.

Miko melangkah keluar rumah menyalakan motor, dan Mika duduk di depan rumah sembari memakai sepatu.

"Buru-buru banget sih? Ini masih pagi banget tau," Nadia bersuara.

"Gak pa-pa Kak, kita emang buru-buru" sahut Miko sembari memakai helmnya. Ia memerhatikan Mika yang masih mengikat tali sepatunya lalu bergerak turun, melepaskan jaket dan memberikannya pada Mika, "pake ini."

"Apaan sih gak mau!"

Miko berdecak pelan, lalu dengan gerakan nyaris memeluk Mika, ia melingkarkan jaket miliknya di pinggang Mika, "rok lo terlalu pendek, nanti jadi bahan tontonan orang-orang di jalan," bisiknya tepat di telinga Mika, lalu kembali menaiki motornya.

Mika membeku beberapa saat, mendadak kerja otaknya lambat merespon, detak jantungnya pun berpacu cepat.

"Buruan, kita udah telat nih."

Bad (Broken) Girl - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang