Waktu sudah menunjuk pukul 10 malam, namun Mika masih bersuka cita bersama teman-temannya di warung Mang Jajang. Ini adalah pertama kalinya lagi setelah beberapa hari Mika selalu tidak bisa nongkrong dengan alasan les privat bersama Miko, tentu saja membuat Edo dan Bayu keheranan.
"Gimana rasanya Mik? Les privat pake bahasa isyarat?" ledek Edo.
"Gak usah sok tau deh lo!"
"Serius Mik, si Patung jadi guru les lu? Ngomongnya gimana anjir?!" Bayu ikut bersuara.
"Dia tuh aslinya bawel banget sumpah, gak ngerti deh kenapa di sekolah dingin banget."
Bayu mengernyitkan dahinya bingung, "masa sih?""Dia demen kali sama lo," celetuk Edo asal sambil memakan kuaci.
"Ngaco!" Mika melemparkan kaleng kosong bekas minumannya tepat mengenai kepala Edo.
"Bisa jadi sih Mik, lo bayangin deh, tiap hari tuh si Miko tau aja kelakuan lo, itu tandanya dia ngintilin lo kemana aja ya kan?" Bayu menjentikkan kedua jarinya.
"Gak mungkin lah. Gak usah aneh-aneh deh lo pada." Mika memilih memakan kuaci yang sudah dikupas Edo.
"Iya udah deh gak usah ngomongin si Miko, gak penting juga!" sahut Edo, ia masih sibuk membuka kuaci lalu memberikan biji kuaci itu pada Mika, hal rutinitas ketika mereka berkumpul.
Saat Edo dan Mika asyik memakan kuaci, Bayu memilih memainkan gitarnya, bersenandung riang di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Mika pun begitu, ia bahkan mengabaikan panggilan Nadia berulang kali.
Hingga tepat pukul 11 malam, Mika memilih pulang di antar Edo."Thanks Do," ucap Mika dan menepuk kepala Edo yang tertutup helm cukup kencang, setelah itu turun dan berlari masuk ke rumahnya.
"Wah! Gak tau di untung lo ya!" teriakan sebal Edo tak mendapatkan respon apapun darinya.
Langkah Mika terhenti saat melihat Nadia terlelap di atas sofa dengan posisi duduk. Ia menghela napas panjang dan melangkah lebih cepat menaiki tangga untuk segera sampai di kamarnya.Perasaan sesak itu muncul lagi tatkala Mika berada di rumah, di dalam kamarnya sendiri. Di mana setiap orang selalu merasa aman berada di rumah, lain dengan Mika. Gadis itu justru merasa panik, tidak nyaman, dan menyakitkan.
Ia memejamkan mata dengan menghela napas berat, maafin gue Kak, batinnya.
***
Mika melahap selembar roti dengan selai coklat buatan Mba Rini dengan wajah malas. Sejak tadi Nadia sibuk meracau, mewawancarai nya tentang jam berapa semalam dia pulang.
"Mika! Lo denger gue ngomong gak sih?!"
"Apa sih Kak? Bawel bener lo,"
"Lo balik jam berapa semalem?! Gue nungguin lo sampe jam 12 malem! Tapi waktu gue cek ke kamar lo, pintu lo udah di kunci!"
"Gue balik jam 7 elah, lebay lo!"
"Bohong! Jam 7 gue udah di rumah, lo lewat mana?!"
"Jendela," Mika meneguk susu cokelat yang juga buatan Mba Rini, setelah itu beranjak bangkit berjalan menjauhi ruang makan.
"Mika! Gue belum selesai ngomong!""Apasih Kak? Nanti aja, gue udah telat nih," Mika bergerak memakai sepatunya, tak sabar ingin segera pergi dan menghindari suara Nadia yang selalu membuatnya pusing.
"Pulang sekolah langsung pulang! Urusan lo sama gue belum selesai!"
"Nggak bisa, gue ada urusan!" Mika berteriak sambil berlari menjauhi pekarangan rumahnya.
Mika pergi ke sekolah naik angkutan umum. Ya, walaupun mobil dan motor berjajar di garasi rumahnya, ia tidak mau menggunakan kendaraan itu ke sekolah. Ia tidak suka memerkan apa yang bukan miliknya, apalagi jika orang-orang mau berteman dengannya hanya karena orang tuanya tajir melintir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad (Broken) Girl - TERBIT
Fiksi RemajaMikayla Putri adalah putri bungsu dari pengusaha terbesar di Asia Tenggara. Ia siswi SMA Nuansa yang duduk di bangku kelas 12. Bersama 2 orang temannya, Edo dan Bayu, Mika selalu berulah, menjadi siswi ternakal yang selalu bermasalah dengan guru. Na...